"Jake, setelah ini. Apa saja jadwalku?"
"Oh? Setelah rapat bersama departemen keuangan, hari ini anda hanya meninjau dan menandatangani beberapa berkas kerjasama dari beberapa perusahaan yang telah saya dan Yohan seleksi. Berkas-berkas nya sudah saya siapkan di ruangan, tuan."
Wylen mengangguk, ia melirik arlojinya yang terpasang di tangan kirinya kemudian menoleh kearah sang sekretaris. "Baik. Sekarang kita istirahat, dan untuk rapat tadi, tolong kirimkan poin penting yang sudah kau tulis lewat email."Ujarnya.
"Baik, kalau begitu saya duluan."
Wylen berjalan memasuki ruangannya sedangkan Jake berjalan kearah pintu keluar, tentunya untuk ke kantin perusahaan yang jaraknya tidak jauh dari koridor. Sekarang lelaki putra sulung dari keluarga Arthuro itu sudah duduk santai di sofa empuk miliknya dan memejamkan kedua matanya untuk mengistirahatkan diri.
Namun belum lima menit Wylen beristirahat, ponselnya berdering. Tentu saja Wylen langsung mengambil ponselnya yang berada dibalik saku jasnya dan melihat nomor Kathleen menelpon.
Melihat itu sontak perasaan Wylen berubah menjadi khawatir, ia jadi teringat pada keadaan Kathleen yang sedang tidak baik-baik saja.
"Halo?"
"Ah, syukurlah anda mengangkat telepon dari saya dengan cepat. Kontak anda masuk kedalam panggilan darurat milik nyonya Yu, sekarang beliau sedang berada di ruangan UGD setelah pihak perusahaan membawanya kemari dalam keadaan tidak sadarkan diri di ruangannya."
Deg.
Wylen terdiam sejenak, namun setelah itu ia langsung beranjak dari sofa dan berjalan keluar dengan terburu-buru.
"Tolong berikan alamat rumah sakitnya kepadaku, aku akan kesana sekarang."
"Baik, tuan."
Setelah panggilan telepon terputus, Wylen langsung menghubungi sekretaris nya. Sekarang lelaki itu sudah berada didalam mobil, Wylen berlari kesini hingga keringat membasahi keningnya.
"Halo--"
"Jake, hari ini aku harus pulang mendadak. Ada sesuatu yang penting yang harus aku urus."
Wylen langsung mematikan teleponnya tanpa ingin tahu apa jawaban yang akan Jake berikan. Ia langsung menjalankan mobilnya dengan cepat setelah mendapat alamat rumah sakit tempat Kathleen dibawa.
---
"Sebelum saya memberitahu kondisi nyonya Yu. Saya ingin bertanya, apakah anda merupakan kerabat atau keluarga dari pasien?"
"Saya calon suaminya. Dan sekarang cepat beritahukan bagaimana kondisi calon istriku sekarang."
Jawaban itu dengan mulus keluar dari bibir Wylen. Lelaki itu pun sedikit terkejut dengan jawaban yang ia berikan, tetapi ia akan mengurus itu nanti. Sekarang ia benar-benar ingin mengetahui bagaimana kondisi Kathleen sekarang hingga wanita itu kini masih ditangani di ruangan UGD.
"Calon istri anda mengalami kelelahan dan dehidrasi, mungkin karena aktivitasnya sangat padat hingga kurang istirahat. Dan juga mengalami demam tinggi hingga mimisan, tapi hal itu tidak berbahaya untuk kesehatan calon istri anda."
"Pasien perlu istirahat selama satu pekan tanpa melakukan kegiatan berat. Dan juga anda sebagai calon suami pasien harus terus mendampingi agar proses penyembuhan berjalan dengan baik."
"Baik, dok. Apakah ada lagi yang ingin disampaikan?"Tanya Wylen, ia bersedia mendengarkan lebih banyak informasi perihal Kathleen sebanyak apapun dari sang dokter.
"Tidak ada, sudah cukup. Untuk sekarang sampai besok, pasien harus dirawat intensif disini. Ah, sekarang calon istri anda sudah dipindahkan ke ruang rawat inap."
"Baik. Kalau begitu, saya pamit terlebih dahulu untuk menyusul."
---
Kathleen merasa sangat bingung saat dirinya tiba-tiba sudah terbangun dan sudah berada di rumah sakit. Dan sungguh kepalanya sangat pusing bukan main saat baru sebentar saja ia membuka mata.
Astaga, rasanya ia sangat mual.
Seingat Kathleen, ia sedang berada diruang kerjanya sedang mengecek beberapa berkas. Namun tiba-tiba saja kepalanya terasa sakit dan pusing, ia memutuskan untuk istirahat sebentar dengan menidurkan kepalanya diatas meja kerja.
Dan bangun-bangun, bukannya lebih baik. Kathleen merasa kondisinya sangat buruk sekarang.
"Ah, syukurlah ternyata kau sudah siuman."
Wylen datang tepat waktu, ia berjalan sedikit cepat untuk menghampiri Kathleen yang kini sedang memijat kepalanya yang terasa pusing dan sakit.
"Kau ditemukan tidak sadarkan diri di ruangan mu, nona Yu. Dan untung saja pihak rumah sakit menelpon diriku dari emergency contact yang sengaja aku buat."Ujar Wylen, sekarang ia duduk menghadap Kathleen yang kini melihatnya.
Wanita itu sangat pucat, dan Wylen merasa sangat khawatir dibuatnya.
"Maaf telah merepotkanmu, tuan Arthuro. Karena diriku, kau pasti menunda--"
"Tidak ada kata maaf. Aku justru lebih baik meninggalkan pekerjaan ku ketimbang mengabaikan kondisi dirimu yang sedang sakit ini, nona Yu."
---
Wylen membuka kancing teratas kemejanya. Hari ini sangat panas sekali, sesekali dirinya memantau Kathleen yang sedang tertidur dari jauh. Wylen baru saja menghubungi sekretaris nya untuk menjemput Wylen dari sekolah dan membawanya kemari.
Namun lelaki itu beranjak dari sofa dan berjalan mendekat pada Kathleen yang terbangun dan merintih pelan dengan memegang kepalanya. Hal itu membuat Wylen kembali khawatir pada sang wanita yang kini telah sepenuhnya terbangun.
"Apakah nyeri kepalanya begitu kuat?"Tanya Wylen dengan lembut, ia memegang pundak kanan Kathleen membuat wanita itu menoleh kearahnya.
Oh tuhan, wajahnya masih sangat pucat dan Wylen kini semakin mendekat kearah Kathleen. Lelaki itu memutuskan untuk duduk diatas ranjang yang masih luas dan membawa Kathleen kedalam pelukannya.
Ini adalah pelukan mereka yang pertama sebagai orang asing. Kathleen tidak menolak, ia sepenuhnya menyandarkan kepalanya pada dada Wylen yang bidang. Kemudian lelaki itu bisa merasakan anggukan kecil dari Kathleen sebagai jawaban atas pertanyaan yang ia berikan pada sang wanita.
"Maaf aku tidak tahu cara untuk meredakan sakit kepala mu. Tapi aku akan berada disisi mu jika kau membutuhkan sesuatu."Ujar Wylen dengan lembut, kedua tangan besarnya mengusap punggung dan kepala Kathleen yang kini terdiam.
Wanita itu kembali tertidur dengan tenang, Wylen tersenyum.
"Selamat tidur, nona Yu."
TBC?
Jangan protes karena part nya dikit karena nyari ide Se susah itu🙏 mohon hargai usaha author ya temen-temen.
Untuk yang sudah baca dan vote, makasih banyak! 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Daddy || Winrina (✓)
Fanfic"Daddy! Bolehkah aku memanggilmu daddy?" Tiba-tiba saja seorang bocah laki-laki berkata seperti itu kepada Wylen Arthuro dengan polosnya. warn! genben. warn! cerita ini hanya fiksi, jadi jangan baper sampai dunia nyata.