Chapter 4 - Weird Feeling

2.8K 391 4
                                    

Butuh perjuangan yang lumayan untuk meluluhkan hati Kalenzo hingga bocah laki-laki itu harus tersenyum senang seperti sekarang. Kathleen dengan sukarela melepaskan tanggung jawabnya dari pekerjaan dan menyerahkannya kepada sang sekretaris demi menyenangkan hati sang putra yang ingin bermain keluar.

Tidak apa-apa, resiko akan ia tanggung jika sesuatu terjadi pada pekerjaannya. Asalkan Kalenzo bahagia, Kathleen rela melakukan apa saja.

Bahkan untuk mengorbankan pekerjaannya sekalipun.

Disinilah mereka sekarang, taman bermain yang dipenuhi oleh pengunjung. Kathleen sedang mengawasi Kalenzo yang sedang bermain perosotan, bocah itu terlihat bahagia, tawa nya membuat Kathleen selalu tersenyum mendengarnya.

"Sayang, hati-hati. Lihat sekitarmu"Peringat Kathleen kepada Kalenzo yang sedang asyik bermain.

"Baik, mom! Hehehe!"

Kathleen tersenyum melihat Kalenzo, namun senyumannya meluntur saat ia kembali merasakan sakit di kepalanya. Ah, ini karena akhir-akhir ini ia tidak beristirahat dengan benar mengingat pekerjaannya begitu sangat padat.

Ia memutuskan untuk duduk, tangannya memijat kepalanya. Kedua matanya terpejam sebentar untuk meredakan sakit kepalanya.

Kathleen tidak mau Kalenzo melihat ini, ia ingin putranya bermain dengan tenang tanpa memikirkan kondisi dirinya sekarang, Kathleen harus terlihat baik-baik saja.

"Nona Yu?"

Kathleen mendongak saat mendengar suara bariton memanggil namanya, ia terkejut melihat Wylen berada di depannya.

"Tuan Arthuro?"

Wylen tidak bicara apapun lagi, lelaki itu duduk disamping Kathleen dan sejenak memperhatikan wajahnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Maaf. Tetapi, wajahmu sedikit pucat. Apakah kau--"

"Tolong jangan sampai putraku tahu soal ini, mohon bantuannya." Potong Kathleen sembari refleks menyentuh jemari besar Wylen.

Wylen terdiam, kemudian ia mengangguk sembari mengulum senyum tipis. Kemudian netra tajamnya melihat figur Kalenzo tengah tertawa riang bersama teman-teman yang bocah itu baru temui, mereka sedang bermain bola bersama-sama.

Cuaca hari ini berangin, tidak kencang tetapi sedikit dingin. Wylen membuka jas berwarna abu-abu gelapnya sehingga kini ia hanya mengenakan kemeja hitam polos saja, kemudian memberikannya kepada Kathleen yang kini sedang sibuk memperhatikan putranya yang sedang bermain.

"Jika tidak keberatan, pakailah. Udara dingin, dan kau hanya mengenakan dress tanpa lengan. Izinkan aku untuk menghampiri putramu"Tanpa menunggu balasan Kathleen yang kini memegang jas miliknya, Wylen berjalan menghampiri Kalenzo.

Perasaan aneh menjalar di hati Kathleen. Ia melihat jas besar milik Wylen yang masih berada dalam genggamannya, kemudian netra cantiknya melihat kearah figur sang jangkung yang kini turut asyik bermain bersama Kalenzo dan teman-temannya yang lain.

Senyum terukir di bibir merah Kathleen, dengan perlahan ia memakai jas abu-abu itu dan ini sangat besar. Tetapi setidaknya sekarang ia merasa hangat.

Hangat.

Perasaan yang sudah lama tidak ia rasakan.

Rasanya aneh ketika ia merasakan ini lagi, Kathleen merasa senang tanpa alasan setelah beberapa menit yang lalu pikirannya terbelah dua.













---













"Ah, kurasa kita harus berhenti. Sebentar lagi hujan, ayo kita temui mommy mu"Ajak Wylen, ia merasa rintikan hujan perlahan turun.

Kalenzo menurut, ia menyimpan kembali bola yang sempat dimainkan bersama Wylen dan teman-temannya yang sudah pulang. Kemudian mengangkat tinggi-tinggi kedua tangannya didepan Wylen yang sedang melipat kedua lengan kemejanya.

"Gendong! Gendong!"

Wylen menoleh kearah sang bocah, ia terkekeh melihat wajah Kalenzo yang terlihat menggemaskan dengan raut memohon. Dengan mudahnya Wylen mengangkat tubuh mungil Kalenzo, dan bocah itu langsung merangkul erat leher Wylen.

Ia melihat Kathleen sudah tidak ada di bangku taman, namun ia menangkap figur wanita itu sedang melambaikan tangannya. Kathleen berada di dalam kafe yang tidak jauh dari sini.

"Daddy, kapan-kapan kita main bola lagi! Kata teman-teman, daddy sangat keren sekali!"Ujar Kalenzo dengan antusias, bocah itu terlihat sangat bahagia sekali sekarang.

Wylen tersenyum tipis, ia mengangguk kecil. "Boleh, jika mommy mu mengizinkan. Aku akan mengajakmu pergi bermain bola."Jawabnya.

"Aku akan pastikan mommy mengizinkan kita bermain!"

Tawa terdengar dari Wylen mendengar jawaban antusias dan percaya diri Kalenzo. Hingga kini mereka sudah berada di dalam kafe, Wylen mendudukkan Kalenzo disamping Kathleen.

"Bergabunglah dengan kami. Sebagai ucapan terima kasih karena telah menemani putraku bermain"Kathleen bersuara, ia menyodorkan secangkir coklat panas kepada Wylen.

"Betul, dad! Ayo bergabung dengan kami!"Kalenzo turut membujuk Wylen dengan menarik pelan lengan kemeja sang lelaki.

Wylen tersenyum tipis sembari mengangguk, ia kemudian duduk menghadap Kathleen dan Kalenzo. "Terima kasih atas minumannya"Ujarnya.

"Sama sama. Nah, sekarang waktunya makan. Mommy sudah memotong beberapa sayur dan dagingnya untukmu"Kathleen menyodorkan piring berisikan daging beserta sayuran yang berada dalam wadah yang berbeda kepada Kalenzo.

"Daddy, bolehkah kau menyuapiku?"

Kathleen mengerut tidak suka mendengar ucapan Kalenzo, putranya ini terlihat tidak sopan pada orang yang belum dikenali dengan baik. "Sayang, mommy bisa menyuapi mu jika kau mau."Ujarnya, tetapi putranya itu menggeleng dan menatap dirinya dengan tatapan kesal.

"Tidak mau. Mommy selalu menyuapiku sambil bermain laptop seperti ini, biar daddy saja! Aku kan sekarang punya daddy."

"Ah, tidak apa-apa. Aku sama sekali tidak keberatan, sudah ya jangan bicara seperti itu kepada mommy mu."Lerai Wylen, ia merasa tidak tega melihat raut wajah Kathleen yang sedih mendengar ucapan Kalenzo.

"Maaf"Lirih Kathleen, ia kemudian mematikan laptop yang sedari tadi menemaninya. Ucapan Kalenzo sukses membuatnya merasa bersalah.

Wylen refleks mengusap punggung tangan Kathleen, tangan wanita itu dingin. "Tidak perlu meminta maaf. Nah, sebelum makan. Aku ingin kau meminta maaf dulu kepada mommy mu karena sudah mengatakan perkataan yang membuat mu sedih sekarang."Ujarnya kepada Kalenzo yang ini menatap Kathleen dengan tatapan penuh tanya.

"Mom?"

"Ah! Mommy tidak apa-apa. Sekarang makanlah dahulu sebelum mendingin"Jawab Kathleen, ia mengusap kepala Kalenzo kemudian melihat kearah Wylen yang masih menatapnya penuh arti.

Lagi dan lagi, perasaan aneh ini kembali Kathleen rasakan.

Rasanya begitu nyaman.












TBC?

Become a Daddy || Winrina (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang