Chapter 14 - It's Okay

2.6K 378 14
                                    

Jreng!

Happy reading! Chapter ini pasti sukses bikin kalian misuh-misuh sama aku dan juga Kathleen ehehehehhe.














---













"Masuklah lebih dulu, aku akan memasukkan mobil kedalam"

"Aku akan membuat makan siang untuk kita"

Wylen dan Kathleen berpisah, wanita itu berjalan memasuki rumah untuk membuat makan siang sedangkan Wylen memilih untuk tetap di mobil dan memasukkannya kedalam garasi.

Ia akan menginap disini sampai Kalenzo pulang, Wylen mengkhawatirkan Kathleen jika wanita itu tinggal sendiri. Bisa-bisa Kathleen akan terus bekerja dan lupa untuk istirahat.

Dan juga sebenarnya besok Wylen harus menemui seseorang pagi hari, pertemuan ini sangat penting dan sudah terjadwal dengan baik. Meskipun besok ia ingin seharian bersama Kathleen, harus Wylen urungkan dahulu dan menggantinya dengan hari ini.

Oh? Mereka habis mengantar Kalenzo ke bandara bersama Jimin. Pesawat yang mereka tumpangi pun sudah terbang dan akan kembali pekan depan, tentu hal ini menjadi momen yang pas bagi Wylen untuk dekat dengan Kathleen.

Dan ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, hehe.

Saat kedalam rumah, bisa ia cium aroma masakan menyapa. Wylen tersenyum ketika melihat figur Kathleen tengah berkutat dengan alat masak disana, calon istrinya itu sangat terlihat cantik dan juga---err seksi dengan mengenakan kemeja kebesaran berwarna cream , hingga hotpants yang Kathleen kenakan tidak terlihat.

Wylen meneguk kasar ludahnya, ini akan terasa sangat sulit jika ia melihat pemandangan seperti ini.

"Apa yang kau masak?"

Kathleen merasakan sepasang tangan kekar melingkari perutnya, ia hafal pemilik tangan ini, tanpa menoleh ia menyunggingkan senyum.

"Nasi goreng kimchi tidak buruk juga untuk makan siang?"Jawaban Kathleen juga mengandung pertanyaan, membuat Wylen terkekeh pelan sembari mencium bahu kecil milik sang wanita.

"Memakan mu tidak buruk juga untuk makan siang"Bisik Wylen, suaranya terdengar berat tidak seperti biasanya.

Kathleen seketika terdiam, ia merasakan sesuatu mengeras dibalik tubuhnya dan itu terasa mengganjal. Ia menelan kasar air liurnya saat merasa suasana tiba-tiba menjadi panas.

"Aku ingin kau memanggilku dengan sebutan yang selalu Jimin ucapkan saat bertemu denganku."Ujar Wylen kembali, kali ini kedua tangannya mengusap lembut perut ramping Kathleen.

Ah tidak. Fokusnya menjadi pecah karena Wylen.

"Ehm, kita harus makan siang terlebih dahulu."Kathleen mencoba untuk melepaskan kedua tangan Wylen dengan perlahan dan lembut, ia pun kini berbalik setelah masakan yang dibuat sudah matang.

Kini mereka saling berhadapan dengan Kathleen yang bisa melihat tatapan 'ingin' nya Wylen dengan jelas. Lelaki itu tampak mendamba padanya, bahkan bisa terlihat sangat jelas kedua telinga Wylen memerah.

"Setelah itu?"Tanya Wylen.

Kathleen menggigit bibir bawahnya, meragu untuk mengatakan jawaban yang tentunya akan membuat sang calon suami merasa kecewa.

Tapi jujur saja, Kathleen masih belum bisa dan belum siap untuk melakukan hal yang jauh bersama Wylen. Meskipun ia tahu betul bahwa Wylen adalah lelaki yang bertanggung jawab dan juga calon suaminya.

Tapi tetap saja, ia takut.

"Aku akan menyelesaikan sedikit pekerjaan untuk meeting besok, kau bisa beristirahat lebih dulu jika aku terlalu lama."

"Aku akan menunggumu. Tidak peduli seberapa lama itu."Kekeuh Wylen dengan cepat, ia benar-benar tidak peduli harus berapa lama menunggu Kathleen selesai. Seluruh isi kepalanya nyaris meletup karena sesuatu didalam dirinya sangat menggebu-gebu.

Oh, ayolah! Kathleen sebentar lagi akan menjadi istrinya yang sah, dan apapun yang Wylen lakukan pada wanita itu, tentu akan menjadi tanggung jawabnya. Dan juga, Wylen ingin menikmati waktu berdua dengan Kathleen karena akhir-akhir ini wanita itu selalu sibuk.

Entah itu sibuk mengurus Kalenzo ataupun pekerjaannya. Dan sedikit kurang memperhatikan Wylen, namun sekali ia ia mewajarkan. Ia tidak menuntut Kathleen, dan akan menunggu wanita itu kapanpun.

Namun rasanya, Wylen hari ini merasa tidak sabar. Entah karena Kalenzo tidak berada diantara ia dan Kathleen atau karena memang hormonnya sedang naik.

Ia sangat menginginkan Kathleen.

Wylen ingin egois untuk hari ini.

Setelah mendengar jawaban Wylen, Kathleen mengulum senyum gugup.

"Wylen, maaf. Sebenarnya aku masih belum siap, aku merasa masih takut."Cicit Kathleen, ia merasa sangat bersalah pada Wylen dan takut untuk hanya sekadar melihat wajahnya.

Suasana menjadi diam.

Wylen tersadar saat mendengar ucapan Kathleen. Meskipun sedikit kecewa, tetapi ia juga sangat menghargai keputusan Kathleen dan Wylen harus mengerti dengan apa yang Kathleen inginkan.

Ia merasa bersalah karena sudah bersikap egois pada Kathleen. Wylen benar-benar tidak akan memaksa jika Kathleen belum siap.

"Ah, tidak apa-apa. Aku mengerti, tidak boleh merasa bersalah seperti itu. Aku tidak masalah"Jawaban Wylen sukses membuat Kathleen mengangkat pandangannya dan menatap netra tajam sang lelaki lekat-lekat.

Seketika kepala Wylen merasa pening, ia harus meminum sesuatu yang segar untuk meredakan hasratnya. Jika terus begini akan bahaya bagi Kathleen, ia tidak mau membuat wanitanya terluka.

Biar Wylen saja yang menanggung semuanya, Kathleen tidak boleh.

Kathleen bisa melihat sedikit tatapan kecewa dibalik senyuman tipis berkharisma milik Wylen. Ia benar-benar merasa sangat bersalah karena lagi dan lagi harus membuat Wylen menunggu.

Tiba-tiba muncul saja pertanyaan besar dari dalam diri Wylen pada ketakutan dan ketidaksiapan Kathleen untuk berhubungan lebih jauh dengannya.

Apakah Wylen masih memiliki kekurangan hingga membuat Kathleen tidak siap?

Apakah Wylen terlalu menuntut hingga membuat Kathleen takut?

Astaga, jika itu adalah benar, Wylen benar-benar harus menahan diri mulai saat ini. Dan mulai melakukan perubahan agar Kathleen tidak meragu dan mencap dirinya sebagai lelaki yang penuh nafsu.

"Hei, jangan merasa bersalah. Aku tidak apa-apa. Maaf jika aku terlalu menuntut dan egois"Ujar Wylen dengan suaranya yang sedikit serak, ia mengulum senyum pada Kathleen dan mengusap kedua lengannya dengan lembut, bermaksud untuk menenangkannya.

Padahal tanpa Wylen ketahui sendiri, yang lebih harus ditenangkan adalah dirinya sendiri yang merasa mulai cemas.













TBC?

Double chapter kok tenang ehehe.

Kasian Wylen, stay strong mas Wylen! 😩

Become a Daddy || Winrina (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang