BAB 7 [Rencana Nambah Anak]

1.8K 185 3
                                    

"HAHA!" Wulan tertawa seram.

Brugh,

Yang benar saja, ia membanting Aryan sekuat tenaganya ke lantai.

"Aaaaaa!!"

Teriak Adwan tiba-tiba dengan mata terpejam, sampai-sampai Saras yang sedang tertidur pulas di sebelahnya langsung terbangun dengan wajah panik setengah mati.

"Sayang, kamu kenapa?!" sigapnya memburu, bersamaan dengan ia yang mengguncang tubuh Adwan agar segera tersadar.

"Anak aku,...anak aku...hh," Adwan masih saja belum membuka matanya, bahkan air matanya sudah mebanjir.

Melihat hal itu, tentu saja Saras menjadi ketakutan, "Sayang, bangun hei,...bangun."

"Ya Allah, sayang. Kamu kenapa sih hei, ayo bangun sayang,...bangun," lanjut Saras tak bisa menahan air matanya karena takut dan cemas luar biasa.

"Hiks,..hiks, anak aku...anak aku," tangisan Adwan malah semakin menjadi.

"ADWAN BANGUNNNN!!"

Teriak Saras sekeras-kerasnya beriring jeritan tangis, bersamaan dengan ia yang menarik tubuh Adwan sekuat tenaga sampai suaminya itu terduduk dari posisi tidurnya.

"HAH!!"

Adwan sontak membuka matanya, akhirnya ia terbangun juga. Keadaannya begitu kacau, wajahnya pucat pasi, dan keringat mengalir dimana-mana.

"Ya Allah, sayang. Kamu kenapa sih," barulah Saras bisa sedikit menghela napas lega.

Adwan tak menjawab, ia hanya bisa menatap Saras di hadapannya dengan nyawa yang belum terkumpul utuh.

Melihat hal itu, Saras segera beranjak mengambil air putih yang kebetulan memang selalu tersedia di kamar itu.

"Sayang, minum dulu," ia langsung meminumkan air itu ke suaminya.

Berselang beberapa menit, barulah Adwan mulai terlihat tenang. Dan Saras pun dengan hati-hati menyeka wajah suaminya yang bermandikan keringat. Begitu pengertian, ia lebih memilih membiarkan suaminya mendapatkan ketenangan dulu, daripada menghujaninya dengan ini itu, seperti kebanyakan orang lainnya.

"Udah, sayang. Gak apa-apa, ada aku disini," lirihnya benar-benar lembut mendamaikan, seraya ia yang mengusap-usap pelan rambut suaminya yang basah karena keringat.

"Sayang," panggil Adwan tiba-tiba dengan suara amat pelan, bersamaan dengan ia yang beralih menggenggam erat tangan istrinya.

Saras balas menggenggam erat tangan suaminya itu, seraya ia yang menatap lekat wajah pucatnya, "Iya, sayang?"

"Aku mimpi, sayang. Aku takut banget, aku pikir dunia kita sudah berakhir tadi," mata Adwan kembali berkaca-kaca lagi.

Saras tidak mau langsung menyerang, ia hanya menghela napas dalam, "Kan itu cuma mimpi, sayang. Bunga tidur kalau kata orang."

"Tapi mimpi tadi benar-benar berat buat aku, dan benar-benar buat aku takut juga."

"Kalau sayang mau cerita, dengan senang hati aku dengar."

"Aku mimpi Aryan celaka di tangan perempuan itu," akhirnya Adwan mengatakannya.

"Perempuan siapa, sayang?" jelas Saras ambigu dibuatnya.

"Wulan," ucap Adwan dingin, kentara sekali ia tidak suka dengan nama itu.

"Aku mimpi kalau dia banting Aryan ke lantai," lanjutnya dengan wajah malah emosi.

Sontak, Saras tampak dilanda syok mendengarnya, "Astaghfirullah!" ucapnya sampai mengelus dada.

"Iya, sayang. Mimpinya nyata banget, makanya aku pikir dunia kita udah hancur tadi."

Mas Santri, I Love U 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang