BAB 9 [Tragedi]

1.5K 155 8
                                    

"Pokoknya kita bakal sama-sama ter--"

Sreppp,...Brughh,

Benturan hebat tiba-tiba terdengar.

"Aaaaaaa!"

Teriak histeris orang-orang di tengah jalan.

"Sayang, itu apa?!" tanya Saras panik dan memburu, seraya ia dan Adwan menoleh ke belakang untuk melihat.

Belum sampai 70 derjat badan mereka berputar menghadap belakang,

"AAAAAAA!"

Saras menjerit sejadi-jadinya bersamaan dengan ia yang menghambur memeluk Adwan.

BRUGHHH...,

SREPHHH...,

TRATHH....,

TRATHH....,

DUARRR....,

Mobil Adwan dan Saras terlempar mengenaskan ke depan saat puluhan mobil yang juga sudah terguling di belakang turut menghantam secara bertubi-tubi dan tanpa kendali.

"AAAAAAAA---!"

"AAAAAAAA---!"

"TUHANNN---!"

Jeritan-Jeritan histeris meraung di se-antero jalan.

Senin, 27 Februari 2023, telah terjadi kecelakaan beruntun di jalan Raya Jakarta-Bogor.

Liu...Liu

Liu...Liu

Liu...Liu

Rombongan ambulance dan mobil polisi datang bersamaan di waktu yang sigap.

"Sa--sa--saya--ng,"

Lirih Adwan tanpa suara, hanya sebatas lidahnya yang mampu bergerak.

Jemarinya yang sudah begitu kaku digerakkan tetap bersikeras mencoba menggapai istrinya yang tergeletak beberapa meter di depannya.

"Sa-saya-ng,...hiks,"

Adwan menangis pilu saat ia rasa dirinya akan segera hilang kesadaran, sementara istrinya masih tergeletak sendirian di ujung sana. Tidak ada seorangpun yang menghampiri dari sekian ratus orang petugas di TKP.

"Angkat cepat,"

Mata Adwan tertutup sempurna saat petugas mulai membawanya ke dalam ambulan. Raut wajahnya yang sudah tidak sadarkan diri itu terlihat begitu sedih dan menyimpan beban berat. Terakhir kali ia melihat istrinya, tubuhnya sudah berlumuran darah.

.....

Siuttt,

Mobil orang tua Adwan memarkir di halaman rumah Fauzan.

"Mam-ma..., Mam-maaaa,"

Aryan menangis tiba-tiba saat neneknya hendak membawanya turun dari dalam mobil. Padahal tadinya anak itu begitu anteng.

"Eh...Eh, Mama bentar lagi juga sampai kok, sayang. Shutt..., jangan nangis ya, nda boyeh," bujuk sang nenek dengan penuh kasih sayang.

"Ayo turun, Mah. Anak-Anak langsung nyusul aja nanti ke dalam," celetuk papa Adwan, seraya tangannya yang sudah membuka pintu mobil.

"Ayo, Pah," sang Mama juga membuka pintu mobil sambil Aryan yang masih meringis ia gendong di tangannya.

Drtt,...Drtt

Getar hp mama Adwan tiba-tiba.

"Bentar, Pah. Mama angkat telepon dulu,"

Papa Adwan pun menghentikan langkah untuk menunggu istri dan cucu terkasihnya itu.

Mas Santri, I Love U 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang