Permohonan Namjoon

395 41 6
                                    

Happy Reading!














---

Akuan Namjoon selesai tepat pukul 2 dini hari.

Kalau malam ini biasanya, kedua pasang kaki mereka udah mengait dibawah selimut, mengais hangat yang terus terasa kurang walau jarak udah habis.

Tapi, bukan untuk kali ini.

Dada Seokjin luar biasa berat untuk cerna semua yang ada dihadapannya.

Orang tuanya dibunuh, Perusahaan harta benda direnggut, lalu ia yang selama 30 Tahun hidupnya hanya terus berusaha membayar hutang sana - sini. Sampai tiada lagi harga dirinya.

Mendengar semua perkataan Namjoon ; tentang orang tua yang dibunuh tapi disamarkan seperti bunuh diri, lalu akusisi perusahaan yang dibuat seperti kebangkrutan suatu perusahaan, lalu yang terakhir keinginan untuk membunuhnya.

Semua seperti mimpi buruk.

Terlalu buruk untuk Seokjin urai.

Rasanya tumbuh tumpukan kerikil sebesar ibu jari dihati Seokjin, menimbun sampai tenggorokan. Dia kehabisan kata. Buatnya susah bernafas secara normal, berulang kali buka tutup mulut, abaikan sistem respirasi tubuhnya yang telah rusak. Lidahnya kering, menyeret langit-langit mulutnya, buat ragu utarakan kata.

Iya sekali lagi seperti ini. rasanya ia seperti lahir hanya untuk dibercandakan Dunia.

Sekarang bahkan harus oleh seorang lelaki yang sudah berhasil renggut hatinya.

Seokjin pikir ia bisa bernafas lebih lega dengan ada Namjoon disampingnya. Banyak hal yang gak pernah bisa dia lakuin dan nikmati, tapi setelah bersama Namjoon dia bisa merasakan semuanya, bahkan menikmati dunia yang selama ini selalu membuatnya menangis. Dia bisa melihat sisi indah dari Dunia ketika bersama Namjoon.

Salah besar, pikirnya.

Namjoon seperti mereka yang cuma lewat dihidupnya setelah mendapatkan semua yang diinginkan.

Namjoon, lelaki yang kini matanya sudah memerah karna tangisan, lutut melekat dilantai samping ranjang. Kepalanya tenggelam dipangkuan Seokjin yang terduduk kaku. Tangannya genggam erat tangan Seokjin yang mengepal erat; halangi Seokjin lukai telapak tangannya sendiri dan biarkan tangannya yang diremuk Seokjin.

"Kenapa?" Respon Seokjin untuk pertama kalinya "gue baru mau bahagia," lirihnya lagi.

Namjoon menggeleng keras, bawa nama Tuhan bahwa janji dia tak akan melukai Seokjin, bahkan tak akan membiarkan kekasihnya itu terluka sedikitpun.

Dia sayang.

Sangat menyayangi Seokjin.

Genggaman tangan itu nyata. Kecupan manis itu benar-benar nyata.

Walau semua rasa sayang itu tumbuh melalui perjanjian haram, Namjoon bersumpah sayangi Seokjin segitu banyak. Nafsu memiliki Seokjin semuanya di malam-malam sebelum ini bukan bohong. Bukan pura-pura belaka.

Namjoon bersih keras sampai kalimatnya berantakan karena frustasi.

Tapi Seokjin tetap meragu.

Hubungan yang terjalin melalui jatuh cinta murni diawal saja bisa terhianati ego dan nafsu. Apalagi ini, hanya sebatas perjanjian dan transaksi.

Seokjin pandangi Namjoon sama seperti orang-orang yang mengusiknya dan menyakitinya sana-sini.

Kali ini lukanya bukan hanya fisik, tapi juga hatinya, remuk dimana-mana.

Tak cukup hanya harga diri, hati pun diambil dan dibuat berantakan.

Tak tau lagi apa yang tersisa bagi Seokjin sekarang.

DOKUMEN (NAMJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang