keyakinan dan dokumen

1.1K 172 12
                                    

Happy Reading!











Namjoon memandangi Seokjin dengan tatapan malas, sementara si pemilik surai hitam legam nyengir lebar dengan mata penuh binar. "lo gak perlu lakuin gini, sampe bawa gue kesini cuma buat traktir makan karna gue balikin pulpen lo"

Yang lebih muda senyum miring, jarinya mengetuk-ngetuk meja kaca, wajahnya dicondongkan kedepan "gue lagi nyari patner sex gue yang baru, kayaknya itu elo"

Seokjin sudah selesai dengan croissant-nya, ia ngelap mulutnya kemudian lipat tangan didada "bukannya lo yang batalin tuh kontrak?"

"ini, tanda tangan lo bukan?" tanya Namjoon, sembari keluarin satu lembar kertas dari tasnya, kemudian sodorkan ke hadapan Seokjin.

Yang lebih tua hanya melirik sebentar sebelum teguk gelas berisi air mineral. Ia pun mengangguk pelan setelah memastikan itu tanda tangan dia.

Namjoon hembuskan nafas kasar, "bokap lo ada hutang yang belum lunas ya ke club gangnam?"

Dengar pertanyaan Namjoon, Seokjin merespon dengan angguk pelan, ia menelan ludah kasar "ja-jadi bokap gue itu sebenarnya ngutang ke elo ya?"

"iya" Namjoon mengangguk

"trus orang-orang yang ngebius gue pas subuh-subuh, ngiket kepala gue pake kantung plastik sampe gue susah nafas itu orang-orang lo?" tanya Seokjin ragu-ragu, dan lagi Namjoon membalas dengan mengangguk.

Seokjin tertawa. Tawanya lepas, namun ada air mata yang tergenang dipelupuk matanya siap untuk menetes, buat tawa itu malah terdengar amat memilukan dipendengarannya, dan juga Namjoon.

"kenapa lo ga sekalian aja suruh mereka bunuh gue?" tanya Seokjin lagi dengan tertawa hambarnya itu.

"gue minta maaf soal itu," kata Namjoon, kini ia memundurkan badannya buat nyender ke kursi, "tapi gue bener ga tau kalo mereka pake cara kasar buat seret lo sampe kesini, gue pikir mereka bakal ajak ngomong baik-baik lo, kayak yang Hoseok lakuin."

Namjoon berdehem sebentar kemudian melanjutkan "Biasanya gue emang minta tolong Hoseok buat nyari, ini baru pertama kali gue minta orang lain buat nyari patner sex gue"

"hidup gue keknya emang ga lebih penting dari nafsu sex lo" kini Seokjin sudah menangis, punggung tangannya menyeka cairan bening yang keluar dari kedua bola mata. "lo ga tau gimana takutnya gue dilima jam yang lalu" tambah Seokjin, ia pun bangkit berdiri dari kursi dan melangkah kembali ke kamar.

Seokjin mengambil ponselnya diatas nakas, yang memang merupakan satu-satunya barang milik dia yang ada dalam kamar.

"lo mau kemana Seokjin?" tanya Namjoon, ia menahan pergelangan tangan Seokjin

"gue mau pulang mau tenangin diri gue, dan gue bakal lunasin hutang gue, cuma perlu having sex sama lo aja kan?" Seokjin dengan nafas yang memburu" tenang, gue bakal kasih seluruh badan gue ke lo buat nebus hutang, terserah mau lo apain badan gue. Gue ga akan kabur"

"Seokjin, gue ga mau having sex sama orang yang benci sama gue"

"lo fucker kan? Trus kenapa peduli sama perasaan patner lo?!" suara Seokjin kini meninggi

Dan Namjoon reflek dorong Seokjin dengan tubuhnya hingga ketembok, ia menghimpit namja manis itu dengan dua tangannya, memperkecil ruang gerak dari Seokjin, "jangan pancing emosi gue, Seokjin"

"lo yang mulai duluan bangsat!" umpat Seokjin tempat dimuka Namjoon.

Ingin sekali Namjoon layangkan pukulan keras dirahang namja manis dengan mata sembab didepannya ini, tapi niat itu ia urungkan. Ia tarik napasnya dalam, mencoba menahan diri untuk tidak ladeni Seokjin lebih jauh. Ia memilih untuk tatap tajam lelaki manis itu.

DOKUMEN (NAMJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang