Sign it

1.2K 181 7
                                    

Happy Reading!



.





.





.



Sekitar jam empat subuh Seokjin bangun dari tidurnya, ia bermaksud untuk olahraga pagi. Dia lagi rajin jadi pengen lari pagi sekarang. Yoongi diajakin tapi sahabatnya itu mager setengah mati. Hingga Seokjin mutusin buat sendiri aja lari pagi disekitaran komplek rumah atapnya itu.

Namun tepat dipersimpangan, saat Seokjin keluar dari rumah atap, dirinya dihadang tiga orang, mulutnya dibekam tiba-tiba dengan sapu tangan yang ada aroma alkohol bius dari sana.

Lima detik dan Seokjin kehilangan kesadarannya.

Dengan kepala yang berat, Seokjin coba untuk raup kesadaran, buka mata dan netra sambut semua sisi gelap hanya samar terlihat sebuah lampu kecil kuning. Nafasnya terblokir karna kantung plastik yang dipakaikan ke kepala. Ia meronta namun dua tangannya diikat kuat, kakinya pun begitu.

"kalo emang ga bisa dibayar lagi, lo tanda tangan aja dokumen ini" titah seorang lelaki dengan suara yang berat.

Pendengaran Seokjin menangkap suara itu, ia yakin ini suara orang-orang yang sering kerumahnya dulu buat nagih hutang ayahnya.

"ka-kasih saya waktu sebulan lagi" mohon Seokjin, tangannya kini bertaut takut.

Si ketua rentenir itu ketawa sedikit, kemudian menatap Seokjin dengan tajam, ia berdiri dari dudukannya, hampiri Seokjin kemudian jambak surai yang tengah terbungkus plastik hitam, "heh sialan! sudah gila, minta waktu sebulan, hm?" setelahnya diam sejenak, kemudian melanjutkan "lo mau permainin gue?"

"ba-baik, aku tanda tangan" jawab Seokjin putus asa, jika ia terus berada dalam plastik hitam ini, Seokjin yakin ia mungkin bisa mati perlahan karna kehabisan oksigen.

Tanpa membuka kantung plastik yang masih menutup kepala, sebuah pulpen disemat diantara ibu jari dan jari telunjuk Seokjin, lalu diarahkan ke bagian yang harus ditanda tangan.

"sign it" titah si ketua rentenir.

Tangannya pun bergerak untuk membubuhi tanda tangan ke dokumen itu. Setelahnya sebuah jarum suntik mendarat ke leher, buat ia merasa pening dibagian kepala, dan tubuh itu tumbang tak sadarkan diri.

+++

Seokjin membuka mata pelan-pelan ketika mendengar derap langkah seseorang yang berjalan kesana kemari disekitarnya, mengantisipasi cahaya yang mungkin bisa menyakiti penglihatananya. Alih-alih cahaya, ia melihat langit-langit berwana abu. Merasa tidur ditempat asing, Seokjin segera mendudukan dirinya, menganalisa sekitar lalu menemukan sosok wanita paruh baya dengan pakaian serba hitam, ada handuk kecil putih yang disampir dipundaknya.

Seokjin mengerjap, mencoba mencari pegangan dan meyakinkan diri kalo ia tidak sedang mengigau, "gue dimana?" gumamnya ia menatap sekitar kamar dengan dominan warna putih abu, ukuran kamar yang terlampau luas serta design yang terlampau mewah.

"anda sudah bangun?" tanya si wanita paruh baya itu.

Seokjin merespon dengan anggukan ragu.

"saya sudah siapkan kamar mandi, anda boleh mandi dan bersih -bersih, saya akan kedapur untuk siapkan makan siang"

"hah?" Seokjin cengo, nata psi wanita paruh baya yang kini berjalan keluar dari kamar meninggalkan Seokjin.

"sadar Kim Seokjin!" Seokjin nampa pipinya sendiri keras-keras, "keknya gue lagi mimpi jadi pangeran" nampar lagi pipi sebelahnya dan, "akh sakit" rintihnya sendiri.

DOKUMEN (NAMJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang