Kejujuran Namjoon

359 46 8
                                    

Sebelum sampai dihotel, Namjoon dan Seokjin mampir ke supermarket. Namjoon setuju pas Seokjin ajak untuk beli cemilan, kemudian pack pasta instan dengan saus bolognese untuk dibuat nanti malam.

Dengan ngandelin map Namjoon pilih jalan singkat, telusuri alley yang sepi untuk sampai dihotel.

Alasannya sederhana. Yang lebih muda sedari siang frustasi mau pegang tangan Seokjin yang semangat banget hari ini.

Namjoon yang kelelahan dengan kaki yang terseok, sedangkan Seokjin malah berisik seharian. Sedikit-sedikit komen soal Syndey dan rasa takjubnya.













--

Sesampai di dalam kamar hotel, Seokjin regangin tubuhnya yang kini tinggal berbalut sweater dan celana panjang.

Yang lebih tua tepuk ranjang, buat Namjoon, yang udah ganti baju dengan berbalut kaos hitam tipis sama celana pendek doang, jadi ikut terjang kasur. Menelungkupkan tubuhnya, sedangkan Seokjin berbaring disamping.

Kaki Namjoon hampir mati rasa karna berjalan kaki seharian.

Mata yang lebih muda sayup-sayup pandang Seokjin yang menatap diam kearahnya.

"Apa?"

"Gak dingin?"

Namjoon menggeleng, "udah nyalain pemanas ruangan"

"Cape?" Tanya Seokjin lagi, kini ia lebih dekat kewajah Namjoon. Kening keduanya hampir bersehentuhan.

Anggukan pelan sebagai balasan dari Namjoon buat Seokjin memanyunkan bibir plum-nya, "Maaf" ucap Seokjin

"Sini,"

Seokjin maju lebih dekat ke Namjoon, merangsek masuk ke pelukan dominannya seperti cari kehangatan, buat Namjoon tertawa kecil.

Cuma di minta deket, Seokjin malah minta peluk, padahal sudah jelas-jelas dia pake sweater dan Namjoon cuma kaosan doang.

"I love you" bisik Seokjin tiba-tiba, kedua matanya pandang Namjoon telak.

Habis kata sederhana dan makna gak main-main itu diungkapin Seokjin, Suasana kamar langsung berganti gitu aja.

Namjoon awalnya mematung. Heran sama Seokjin yang tiba-tiba buat serius obrolan malam sebelum tidur.

Akhirnya ia menggeser tubuhnya, angkat kepala lebih tinggi dari Seokjin yang tidur disamping.

Wajah Seokjin sekarang hampir gak berjarak. Yang lebih tua berbaring dengan bantal dibawahnya, sedangkan Namjoon menumpu tubuhnya dengan kedua lengan, tetap disamping Seokjin yang memiringkan wajahnya seakan tantang Namjoon untuk lebih mendekat.

"Lo tau perasaan gue, " bisik balik Namjoon. Nafasnya menerpa halus kulit pipi Seokjin, "gue mau kasih lo dunia kalo lo seseneng ini"

Luapan perasaan keduanya dibisik, seakan biar cuma udara dingin Sydney yang tau soal ini. Dunia diabaikan, gak boleh tau. Rahasia yang cuma mau dibagi berdua.

Janji yang dibuat Namjoon buat sekujur tubuh Seokjin merinding. Besar perasaannya untuk Namjoon makin menyulut. Gak dipungkiri, girang dihatinya karna dicintai Namjoon, dan juga campur aduk sama gelisah diotaknya. Takut dunia tahu, takut kalo akhirnya dia harus pisah dan tinggal didunia lain yang gak ada Namjoon.

Seokjin gak butuh satu dunia-

"Gue gak perlu dunia ini Namjoon," balas Seokjin lirih, "gue mau dunia lo"

Namjoon diam, sampai Seokjin mendekat lagi dan cium kupu-kupu dagu dominannya.

"Tell me everything Namjoon,"

Namjoon diam dengan air mata yang menggenang di bola matanya.

"Lo tau semua tentang gue, keluarga, teman, bahkan ukuran baju sampai sepatu, tapi gue gak tau apa-apa tentang lo" tutur Seokjin lagi.

"Lo gak perlu tau, gak seharusnya tau. Yang perlu lo tau, gue sayang sama lo. Itu aja" lirih Namjoon. Terlihat jelas dengan garis rahangnya, dan nafasnya bahwa ia berusaha keras menahan air mata untuk jatuh.

"Namjoon, hubungan itu dua belah pihak, kalo cuma elo yang tau gue, itu bukan hubungan" tutur Seokjin, setelah itu dia diam sebentar dan berbicara lagi, "semua yang lo lakuin sekarang ini buat gue bingung, kenapa kita pergi dari Seoul dengan tiba-tiba?, kuliah gue gimana?,"

"Lo aman sama gue Seokjin, lo butuh apa bilang sama gue, bakal gue kasih" jawab balik Namjoon, suaranya pelan tidak memburu

Perlahan Seokjin lebih mendekat lagi, dengan tangan kirinya yang menumpu, ia pakai untuk menggaruk lembut rambut dominannya, bibirnya dipoutkan sedikit lalu berbisik, "Gue butuh kejujuran lo Namjoon"

"Harus sekarang?"

Seokjin mengangguk dua kali sebagai respon.

Bisikan paksa dari Seokjin menghasilkan helaan nafas berat dari lelaki yang masih betah pandang Seokjin dengan tampang gak rela.

Tapi, akhirnya Namjoon bergerak dari ranjang, ambil laptopnya yang dibiarkan ditumpukkan barang diatas meja serta dokumen berbungkus amplop coklat.

Tau mereka akan terlibat dalam obrolan yang lebih serius, Seokjin bangun dan duduk menyila diatas ranjang.

Namjoon berikan dokumen beramplop coklat itu ke Seokjin lalu arahkan layar laptop ke Seokjin.

Lelaki yang lebih tua oandang bingung layar laptop sama dokumen ditangannya.

Dilayar laptop ada foto dengan dia sebagai objek berhamburan disana dari banyak angle, zoom in-out, dari kepalanya yang masih hitam pekat sampai warna coklat. Lalu ada juga foto Seokjin waktu masih kecil sekotar ia berumur 4 atau 5 tahun.

Ada juga file hasil jepretan foto ayahnya. Orang tua dari Seokjin sudah meninggal begitu lama, tapi kenapa Namjoon punya foto mereka?.

Kenapa-

"Ini poin pentingnya," potong Namjoon, dia ambil dokumen yang masih ditangan Seokjin lalu buka perekat dokumen tersebut.

Namjoon ngeluarin beberapa berkas dengan penuh bercak darah dimana-mana. Seokjin hampir histeris lihat dokumen tersebut.

Dengan tangan yang agak bergetar Seokjin lihat dokumen-dokumen tersebut.

"Kenapa berkas perusahaan bokap gue yang udah bangkrut di-" Seokjin gak sanggup lagi ngelanjutin, dia tatap Namjoon bingung.

"Perusahaan yang gue pimpin sekarang, adalah hasil dari akusisi secara paksa dari bokap gue ke bokap lo"

Dengar itu nafas Seokjin seolah tertahan dalam tenggorokkannya.

Namjoon bergerak duduk bersimpuh diatas ranjang menghadap ke Seokjin, lalu menggenggam kuat sepuluh jemari submisifnya itu,

"orang tua lo ga bunuh diri, tapi -"

Seokjin diam, berusaha menyiapkan dirinya untuk apa yang akan dikatakan Namjoon lagi.

Namjoon menduduk, seakan tak kuat pandang wajah Seokjin, "Tapi- mereka dibunuh sama bokap gue"

Telinga Seokjin seperti berdengung

"Dan semua foto dilaptop itu, karna bokap gue nyuruh gue nyari anak mereka untuk ngebunuh anak mereka diam-diam"

Suara Namjoon mulai terdengar bergetar,

"Dan gue-,"

Seokjin diam, tapi dia tau bahwa Namjoon sudah menangis.

"gue baru tau kalo anak mereka itu elo-,"



"Gue gak mungkin bisa-,"
























-TBC-

Maafkan baru dapet time buat lanjut lagi ya gaes. Hahaha.

Boo sibuk nyari mood sama pencerahan :")
Kalo ada yang kenal sama mood dan pencerahan, kenalin yak. 🙃

DOKUMEN (NAMJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang