Setibanya di rumah, Kevlin langsung menapakkan kaki di atas anak tangga. Sebelum ia mencapai lantai dua, suara sang mama membuat kepalanya menoleh pelan.
"Gimana ngedatenya tadi? Lancar?" Arettha bertanya sembari menyilangkan tangan di depan dada.
Kevlin memalingkan pandang dan menanggapi, "Kacau. Berantem lagi."
Arettha yang mendengar tanggapan singkat itu menyunggingkan senyum senang. Rasanya aneh jika melihat seorang mama merasa bahagia karena sang putra bertengkar dengan kekasihnya. Namun, ini lah faktanya, Arettha sedikit menyukai drama pertengkaran yang terjadi di antara putra bungsunya dan Camilla.
"Dah, kamu putus aja dari Milla, Kev." Arettha berujar asal pada putra kesayangannya. Ia sengaja berkata seperti itu untuk memberikan gambaran lain tentang sebuah hubungan yang baik menurut versinya. Bersama dengan hal itu, ia berharap jika Kevlin mau melihat dari perspektif lain tentang hubungan yang ideal.
Mendengar pernyataan sang mama, Kevlin hanya bisa terdiam. Ia tak langsung membayangkan jika dirinya harus mengakhiri hubungan dengan Camilla. Pasalnya, ia masih ingin melihat lebih jauh seberapa tidak singkronnya hubungan yang sedang dijalani dengan persepsinya sendiri.
Lalu, ia kembali melangkah menuju lantai dua dan memasuki kamarnya dengan perasaan gundah gulana sekaligus kebingungan. Sorot matanya yang semula terlihat tenang kini berganti menjadi sendu bercampur takut. Kali ini, ia benar-benar tidak bisa membayangkan jika hubungannya dengan Camilla hancur begitu saja.
"Ya, memang engga sekali ini aku suka sama seorang cewek, tapi berasa berat kalau memang kejadian. Apalagi semisal Milla putus dari aku, dijamin dia bakal gandeng orang baru. Dia memang rada bar-bar di balik tampilannya yang cantik," papar Kevlin dalam hati sembari duduk di tepi kasur dan mengacak rambutnya frustasi.
Setelahnya, Kevlin pun terpikir untuk menghubungi Renata untuk berkeluh kesah. Hal itu dilakukan karena yang dibutuhkannya saat ini adalah dukungan dari sahabat dekatnya itu.
Kevlin W:
Re?
Kamu lagi apa?-**-
Di lain posisi, Renata sedang berada di dalam ruang rapat sembari menyaksikan rintik hujan berjatuhan. Udara dingin turut menusuk permukaan kulitnya yang mulus. Manik mata coklatnya menatap bulir hujan lekat.Di saat itu lah ia teringat akan Kevlin yang tak pernah tahu akan perasaannya secara jelas. "Seandainya, Kevlin engga pacaran sama Milla, mungkin, aku masih bisa deketan sama dia," ujarnya dalam hati.
Lalu, kedua indera pendengarannya mendengar getar yang dihasilkan oleh ponsel android yang diletakkan di meja kerja, "DRRTT..DRRTT..DRRTT.."
"Re, ponselmu getar nih." Tyas menatap punggung ramping milik Renata sembari memberi tahu.
Renata pun berbalik badan dan meraih ponselnya. Ia mendapati dua pesan dari nomor berbeda, salah satu di antaranya adalah nomor asing tanpa foto profil kontak. Sementara, pesan lain berasal dari Kevlin yang berminat untuk berbasa-basi dan jelas terbaca apa motifnya.
Saat mendapati nama Kevlin sebagai salah satu kontak yang menghubunginya, hati Renata diliputi rasa senang bercampur sedih. Hal itu membuatnya tak langsung menjawab pesan dari Kevlin. Ia malah memilih untuk menanggapi pesan dari nomor asing yang memperkenalkan diri.
087654xxx:
Hai, Re :D
Ini Jeff. Disimpan ya nomorku..Renata pun menanggapi, dan terjadi lah percakapan ringan di antara keduanya.
Renata:
Oke, Jeff..
Jeff:
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold You Forever
RomanceAwalnya, Renata mengira bahwa Kevlin akan terus menanti dan bersabar terhadap sikap Camila yang terbilang kurang sabaran dan cukup posesif. Akan tetapi, satu hingga sekian peristiwa membuat Kevlin mengutarakan keluh kesah padanya. Renata yang diam-d...