-30-

169 7 0
                                    

Pertanyaan yang ditanyakan oleh Tania itu membuat Kevlin terdiam. Rasa ragunya tentang permintaan itu menyeruak perlahan. Bukan karena ia tak ingin menjalankan permintaan itu, melainkan ia takut mengecewakan salah satu sahabat dari mamanya itu.

"Kev?" Suara Tania kembali terdengar bersama dengan kerutan kening di wajahnya, mengisyaratkan jika mama dua anak itu menanti jawaban.

"Iya, tante? Maaf, aku kurang fokus tadi." Kevlin sedikit menggelengkan kepalanya dan beralasan.

"Kamu keberatan ya buat jagain Renata?" Nada antusias yang semula terdengar pada pertanyaan itu kini berubah menjadi nada sedikit kecewa. Tania sadar jika permintaan yang disebutkannya itu mungkin saja membebani putra dari Arettha, sahabat baiknya saat masih mengenyam bangku Sekolah Menengah Atas.

Di saat yang sama, Renata turut berbisik pada sang mama, "Ma, engga perlu begitu. Aku juga bisa jaga diri sendiri."

"Mama ngerti, tapi 'kan yang namanya bahaya itu engga bisa diprediksi, Re. Terus, kalau Kevlin awasin dan jaga kamu, mama bisa lebih tenang." Tania menjabarkan maksud dari dirinya yang meminta Kevlin untuk menjaga Renata.

"Tapi itu sama aja ngerepotin Kev.." Renata yang merasa tak enak hati berujar, namun dipotong oleh Kevlin, "Engga ngerepotin kok, Re. Aku mau jagain Renata, Tan."

"Beneran?" Tania memastikan. Ia tak ingin sahabat laki-laki dari putri bungsunya itu merasa terpaksa untuk melindungi Renata.

"Serius, Tan. Toh, aku sama Renata sudah bersahabat dari jaman SMA. Bukan hal yang susah untuk melindungi Renata." Kevlin mengangguk pelan dengan senyum manisnya.

" Kevlin mengangguk pelan dengan senyum manisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah, terima kasih ya, Kev. Tante percaya sama kamu. Tolong jaga dan awasi Renata dengan baik ya." Tania menanggapi dengan mimik wajah senang. Akhirnya, ia tak perlu merasa khawatir jika Renata pergi seorang diri ke mana pun atau saat bersama dengan Tyas dan juga Nadia.

Setelah kesepakatan itu terjalin, Renata hanya bisa terdiam. Sesekali ia melirik Kevlin, memberikan isyarat jika dirinya merasa tak nyaman jika harus membebani sang pujaan hati untuk melindungi.

"Mau gimana lagi? Mama memang seoverprotektif itu kalau sudah menyangkut soal keselamatan. Namun, di sisi lain, aku bisa lebih banyak menghabiskan waktu dengan Kevlin meski engga terikat dalam suatu hubungan yang manis," papar Renata dalam hatinya.

-**-
Keesokan paginya, Kevlin yang menuntaskan sarapan dengan terburu-buru melangkah keluar dari rumah dengan menggamit roti di bibirnya. Di saat yang sama, Arretha menelisik dan bertanya, "Kev, kamu kok keburu? Ini masih jam setengah tujuh lho.

"Iya, tapi nanti Renata nunggu terlalu lama." Kevlin mengunyah roti sembari mengikat tali sepatu di ruang tamu dengan cekatan.

Hold You ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang