-23-

153 13 16
                                    

Keesokan harinya, Renata yang baru saja tiba di kampus mendapat kejutan manis berupa sekotak brazilian coklat dari Jeff. "Ayo dong diterima. Jangan dilihatin terus kotaknya. Ini asli dari Brazil, mamaku tadi malam pulang dari luar negeri," ucap Jeff dengan senyum merekah.

Sedangkan, Renata yang seharusnya merasa senang dengan kejutan yang disuguhkan oleh Jeff malah menatap seniornya keheranan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedangkan, Renata yang seharusnya merasa senang dengan kejutan yang disuguhkan oleh Jeff malah menatap seniornya keheranan. Ia bertanya-tanya dalam pikiran maksud dari sikap Jeff padanya saat ini. Ia juga menebak-nebak dengan sorot mata ragu.

"Kak Jeff ada angin apa ya? Pagi-pagi kaya gini udah ngasih sekotak coklat import. Ya bukannya engga pernah mengecap coklat dari luar negeri, tapi aneh aja rasanya. Apalagi, aku sama Kak Jeff juga bukan yang akrab banget. Mana mungkin, aku dengan biasa aja menerima pemberian darinya. Yang dua hari lalu aja, dikasih martabak, aku masih sungkan. Ditambah lagi yang ini." Renata berujar dalam benaknya sembari berpikir untuk melarikan diri dari laki-laki yang ada di hadapannya sekarang.

"Kok bengong, Re? Aku salah bicara ya?" Jeff membulatkan kedua matanya saat merasa ujaran sebelumnya tak memperoleh tanggapan dari sang lawan bicara.

Renata pun tersadar dan menanggapi, "Ah, engga kok. Aku cuman kepikiran soal kuis pagi ini. Anyway, aku duluan ya, Jeff."

Di saat itu juga, Renata berlalu dengan membawa sekotak coklat yang diberikan oleh Jeff. Hal itu membuat Jeff tersenyum penuh arti. Mendadak, rasa percaya dirinya yang menciut untuk mendekati Renata kembali meninggi. Ia yakin jika dalam waktu singkat dan dengan kegigihannya, Renata akan takluk pada pesona dan rayuannya.

"Nah, coklatku akhirnya diterima. Aku yakin, engga sampai bulan depan, Renata akan semakin akrab denganku. Pokoknya, aku engga akan kalah saing dengan laki-laki yang bernama Kevlin itu. Apa yang aku targetkan, harus terwujud meski ada penghalang datang!" Jeff berujar dalam hati sembari mengukuhkan niat yang sebenarnya memiliki maksud terselubung.

-**-
Setibanya di kelas, Renata mendapati sebagian dari teman satu angkatannya di kelas Pembukuan sudah duduk manis sembari menanti kehadiran dosen yang mengampu mata kuliah.

Di saat yang sama, Renata merasa tak ada satu pun tempat duduk di deret depan atau pun tengah yang bisa ditempatinya. Hal itu membuat dirinya memutuskan untuk duduk di belakang. Akan tetapi, saat Renata hampir tiba di deret tempat duduk bagian belakang, Kevlin memanggilnya, "Re, sini.."

Renata pun menoleh dan mendapati Kevlin yang kini menyingkirkan tas ransel hitam miliknya, mempersilakan dirinya untuk duduk bersebelahan. Renata yang melihat hal tersebut menyunggingkan senyum manis. Dalam sekejap, hatinya pun berbunga-bunga. Baru kali ini, ia diminta untuk duduk berdekatan dengan Kevlin.

"Kemarin, dia bersihin noda makanan waktu bertamu di rumah. Sekarang, dia bolehin aku duduk di sebelahnya. Rasanya senang, tapi juga bingung. Dia bolehin aku duduk sebelahan karena masih jauhan sama Camilla atau memang dia mulai sadar sama perasaanku??" Renata berujar dalam pikirannya, berusaha menerka dan menahan rasa percaya dirinya yang seakan membumbung, berharap jika Kevlin mulai mendekatinya dengan tulus.

Hold You ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang