Itachi mengetuk pelan pintu ruang inap Sakura dan berjalan masuk. Sakura membiarkan Itachi keluar masuk ruangan dan berbicara sedikit. Cukup sulit bagi Itachi untuk meyakinkan Sakura untuk menerimanya untuk sementara setidaknya sampai Sasori bisa kembali.
"Itachi-san apakah kamu bahagia?"
"Bahagia?"
"Iya, di dunia ini apakah kamu bahagia?"
"Ya kurasa?"
"Baguslah, setengah permintaanku adalah kebahagiaanmu, kurasa semuanya tidak sia - sia"
Sesekali Sakura bertanya atau menceritakan kisah singkat. Seringnya semuanya hanya satu arah, hanya Sakura yang bicara. Dia tidak terlalu suka jika Itachi balik bertanya. Tapi pertanyaan kali ini terlalu aneh, rasa penasaran Itachi tergelitik tanpa sadar dia balik bertanya.
"Seingatku tidak ada alasan untukmu meminta kebahagiaan untukku, kenapa?" Sakura berbalik dan menatap balik.
"Ng? Alasan?, Sasuke.. alasannya Sasuke"
Sakura kembali menatap jendela yang terbuka. Dia bertanya tentang tinggi gedung, musim, hari, dan jenis bunga yang dibawa Itachi.
"Itachi, Ibumu berbohong kan? Aku dan Sasuke belum menikah?"
"Hmm, kenapa kamu berpikir begitu?"
"Kalau aku dan Sasuke sudah menikah seharusnya saat ini Sarada sudah ada di sini" Sakura menunjuk perutnya yang rata. Dia bergumam tentang umur kehamilannya, tanggal lahir, warna mata.
"Sebentar, siapa? Sarada?"
"Ng? Iya Sarada, anakku Sarada, hehe .. Uchiha Sarada" berbanding terbalik dengan tawa yang keluar dari mulutnya, air mata mulai jatuh membasahi pipinya. "Paman Itachi .. sepertinya Sarada akan memanggilmu begitu" . Belum sempat Itachi bertanya lebih lanjut, Sakura mengusir Itachi dari ruangannya.
"Pergi dan suruh orang yang di balik pintu itu pergi juga"
Itachi menarik Sasuke menjauhi rawat Sakura. Keduanya menyusuri lorong putih panjang dan sepi. Bau antiseptik tersebar dimana - mana. Setelah berjalan cukup jauh, keduanya sampai di taman dengan kursi beton.
"Duduk, ceritakan kembali ingatanmu tentang kematian Sakura"
"Tidak ada, aku belum mendapat ingatanku hanya ada kilasan aku mati lalu Sakura membalikannya, entahlah jutsu terlarang mungkin lalu dia terjatuh dalam pelukanku"
"Sarada? Apa nama itu mengingatkanmu pada seseorang?"
"Sarada?" Sasuke bisa merasakan detak jantungnya berdebar lebih cepat dan tidak beraturan. Rasa mual dan pusing kembali menyerangnya. Uchiha Sarada, nama itu berputar di kepalanya, kupingnya mulai berdengung dan sebuah ingatan acak kembali masuk dalam kepalanya.
"Anak, anak perempuanku"
"Sasuke coba ingat, hari itu, Sarada ada dimana?"
"Sarada? Tidak ada, belum ada?"
"Kehidupan sebelumnya, saat Sarada lahir berapa umurmu?"
"20? 21? Aku tidak terlalu ingat hal seperti itu"
"Kehidupan terakhir berapa umurmu?"
"20?"
"Bodoh! Sasuke, kemungkinan saat itu Sakura sedang hamil, ini hanya dugaanku, Sakura bukan menolongmu dia membunuh dirinya sendiri" Itachi menarik napas sebelum melanjutkan kata - katanya "Sasuke, apa kamu membunuh anakmu?"
Sasuke meradang mendengar pertanyaan itu. Dia menyumpahi dan meledakkan amarahnya. "Sebodoh dan sekeji apa aku di matamu hah? Membunuh anakku? Aku bukan kamu yang memilih untuk membunuh seluruh klan Uchiha" Dia meninggalkan Itachi setelah melayangkan satu pukulan tepat di wajah kakaknya itu.
---------
Itachi menghempaskan tubuhnya di sofa panjang berwarna hitam pekat. "Konan, sebagai wanita mana yang lebih kamu cintai suamimu atau anakmu?"Hmm.. anak sih, walau seharusnya suami kita kan menua bersama suami, hey apa kamu menghamili orang?"
"Haha, bukan aku, mulutmu sembarangan sekali. Kenalanku hmm sepertinya dia membenci suaminya karena anaknya mati atau hilang entahlah"
"Terapi, mau kubantu?" Itachi menatap wajah Konan dan menimbang - nimbang tawaran itu tapi dia tidak tahu bagaimana cara untuk menjelaskan pada Sasori.
"Tidak, nanti saja"
Itachi pernah mendengar tentang suatu kisah turun temurun di klan Uchiha. Katanya jika seorang Uchiha merasakan cinta sudah dipastikan tidak akan ada kebohongan di dalamnya. Untuk klan yang dingin dan tidak berwarna menjadikan cinta sebagai sumber kekuatan memang terasa tidak cocok. Sepanjang ingatan Itachi seluruh kerabatnya memiliki ciri - ciri yang sama rambut hitam, wajah kaku, sifat dingin.
Sudah dapat dipastikan apa yang dirasakan Sasuke pada Sakura adalah cinta. Tapi semua terasa tidak sesuai pikir Itachi. "Apakah seseorang memaksa Sasuke untuk membunuh anaknya?"
Keesokan harinya Itachi kembali mengganti bunga di ruang rawat Sakura. Dia juga membawakan beberapa buku dan makanan ringan. "Sakura, aku bosan bagaimana kalau kita mengobrol?" Sakura hanya mengangguk. Itachi berusaha memancing pembicaraan kearah Sarada. Dia berbicara tentang keponakannya dari Uchiha yang lain. Sesekali Sakura bertanya nama dan siapa yang sedang dia bicarakan.
"Oh, Obito san menikah dengan Rin san?"
"Ya, ya betul"
"Pasti dia bahagia sekali, bagaimana dengan Guru Kakashi? Apa dia menikah?"
"Berpacaran, entahlah sepertinya dia tidak berniat menikah, oh ya anak Rin dan Obito cantik sekali seperti Rin, untungnya tidak seperti Obito"
"Sarada, terlihat seperti Sasuke perempuan" Sakura tertawa geli, Itachi merasa lega sepertinya caranya berhasil. Sakura mulai menyinggung tentang Sarada.
"Sasuke bayi memang seperti anak perempuan, entah kenapa dia tumbuh seperti itu"
Sakura mulai menceritakan kisahnya sebelum terbangun di dunia ini. "Sepertinya dalam hidup Sasuke, Kak Itachi yang paling berharga... aku dan Sarada hanya sebuah titik kecil yang bisa terhapus" dengan wajah yang basah dengan air mata, Sakura menutup cerita panjang yang terasa menyakitkan bahkan bagi Itachi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lingkaran - Sasusaku Fanfiction
FanficAU (modern world) Sasuke terbangun dari mimpi buruk yang panjang merindukan seorang wanita dengan rambut berwarna merah muda dan mata hijau cerah. Tapi, ada 1 hal yang terjadi tidak ada yang mengenal gadis itu. Sebenarnya apa yang terjadi pada Sasuk...