~BA 17~

487 42 0
                                    

Semenjak 1 minggu yang lalu, Nukuea sama sekali tidak pernah mendapatkan kabar dari Lian.
Terakhir Lian mengirim LINE dengan pesan

' Nukuea, hia rindu. Hia harap nu masih menunggu hia. Sepertinya mulai besok rencana kami akan segera dilaksanakan, jadi ini mungkin menjadi pesan terakhir hia pada Nu. Tolong tunggu hia. Hia sayang Nukuea.'

Semenjak itu tidak ada lagi pesan dari hia.
Setiap hari Nukuea selalu menunggu kabar dari Lian namun selalu nihil.

Nukuea hanya bisa menunggu kepulangan Lian.
.
.
.

Sementara itu Toy benar2 menyelidiki Lian.
Yang dia dapat hanya Lian pergi ke kantor dan pulang kerumah.
Rumah Lian adalah sebuah mansion mewah dan dia juga mempunyai banyak sekali anak buah.

Yang Toy tidak tahu kalau setiap malam Lian selalu tersiksa dengan rasa rindu pada Nukuea.
.
.
.

Seminggu pun berlalu.

Lian menelpon Willie dan mengingatkan dia bahwa besok adalah hari terakhir kesempatan dia come clean.

"Bagaimana ini sayang, apa benar kita akan kehilangan segalanya?" tanya Min.

"Sepertinya iya. Karena apa yang Toy dapat tetap nihil. Tidak mungkin jika Lian hanya orang biasa bisa sebersih ini. Pasti benar ada orang penting dibelakang dia." ucap Willie lemas.

"Bagaimana kalau kau bunuh saja dia?" ucap Min.

"Kau gila jika benar dia adalah anak angkat seorang mafia, maka setelah dia mati giliran kita yang mati." bentak Willie.

"Tapi aku tidak mau kehilangan semua kemewahan ini." ujar Min sedih.

"Tapi kita tidak ada cara lain. Menyerah, masuk penjara atau mati." ujar Willie.

Min pun menangis membayangkan dirinya yang kembali miskin.

Keesokan harinya Willie datang ke kantor Lian membawa semua berkas kepemilikan properti keluarga Panich.

"Lian ini aku kembalikan semua harta ayahmu, jadi tolong lepaskan kami." pinta Willie.

"Tidak bisa seenak itu paman. Paman sudah menghancurkan hidupku. Maka dari itu tidak akan semudah itu paman dan bibi bisa dengan seenaknya berkeliaran. Paman dan bibi  sudah mengurung dan menyiksaku semenjak kecil hingga dewasa." ujar Lian.

"Maksudmu apa? Bukankah sudah perjanjian kita jika semua harta ayahmu kukembalikan kau akan membebaskan kami." bentak Willie.

"Tidak, aku ingin semua orang tahu apa yang sudah paman dan bibi lakukan padaku."

"Semua orang tahu? Memang kau punya bukti apa, hah?"

"Aku memang belum punya bukti kalau paman telah mencuri harta keluargaku dan paman juga menyekapku semenjak kematian orangtuaku dan paman juga sering kali menyiksaku dengan tanganmu. Tapi aku akan mendapatkannya."

Willie pun tertawa.

"Bukti? Memang benar aku telah mengambil harta ayahmu, juga menyekapmu dan apalagi tadi kau bilang menyiksamu? Menyiksamu itu adalah bagian dari hobiku, Lian. Kau memang pantas disiksa. Namun semua tidak ada bukti. Merampas harta ayahmu? Aku akan bilang kalau aku adalah wali dari kamu ahli waris jadi sebelum kamu berumur cukup tentu saja aku harus mengurusnya.
Menyekapmu? Aku hanya ingin kau tidak terluka dan disakiti oranglain karena kau anak orang berpengaruh. Kau tidak punya bukti dan kita lihat kata2 siapa yang mereka percaya." ujar Willie dengan kesal.

"Kurasa mereka akan lebih percaya pada kata2mu paman." ujar Lian tenang.

Tiba terdengar suara dari belakang Willie dan terlihat Mark memegang ponsel dengan beberapa polisi disitu.

"Bukti? Memang benar aku telah mengambil harta ayahmu, juga menyekapmu dan apalagi tadi kau bilang menyiksamu? Menyiksamu itu adalah bagian dari hobiku, Lian. Kau memang pantas disiksa."

"Angkat tanganmu khun Willie anda ditangkap dengan tuduhan pengelapan, penyekapan dan penyiksaan anak." ujar salah satu polisi disitu.

Lian pun berdiri dari kursinya dan mendekati Willie yang sedang diborgol oleh polisi.

"Nikmati masa tuamu dan bibi dikamar yang lebih parah dari kamar tidurku, PAMAN." ujar Lian.

"Dasar anak keparat, awas kau akan kubalas kau anak bedebah." teriak Willie yang digusur oleh polisi.

Setelah semua orang pergi dan hanya tersisa Lian, Mark dan Tommy didalam sana,
Tiba2 Lian terjatuh bersujud disana.

"Lian!" teriak Mark sambil berlari menghampiri dan menopang tangan Lian.

"Kau baik2 saja Lian?" dan Mark pun melihat wajah Lian.

Lian berbalik dan memeluk kaki Mark dan menangis sejadi2nya.
Mark yang kaget dengan kejadian itu hanya bisa mengelus punggung Lian dibawahnya.

"Tenanglah Lian. Semua sudah berakhir. Kau berhasil Lian." ujar Mark.

Beberapa saat kemudian Lian pun dibopong oleh Mark dan Tommy duduk di sofa kantor itu.

Lian duduk tertunduk disana.

"Lian, kau baik2 saja, nak?" tanya Mark.

Lian mengangkat kepalanya dan menggangguk.

"Aku baik2 saja phi. Aku merasa sangat lega namun aku juga merasakan sakit sekali hati ini pada dia, phi." ujar Lian.

"Tenanglah semua sudah berakhir, sekarang kau bisa menjalankan kehidupanmu dengan normal." ujar Mark.

"Bagaimana cara agar aku bisa berterima kasih pada phi?" ujar Lian masih terisak.

"Ada caranya."

"Bagaimana phi. Aku akan melakukan apapun untuk phi."

"Hiduplah dengan bahagia. Itu saja yang phi minta darimu, Lian. Dan ini...."
Mark menyerahkan semua berkas2 yang tadi dibawa oleh Willie.

"Ini adalah milikmu. Jaga dan pergunakan dengan baik." ujar Mark.

Lian menerima berkas2 itu.
Dan menggangguk pada Mark.

"Aku akan mulai mengelolanya dengan baik, phi. Tapi aku tidak tahu apa2 dengan masalah bisnis ini, maukah phi mengajariku, karena aku tahu hanya phi orang terbaik yang bisa menjadi guruku." ujar Lian.

Mark memgganggukkan kepalanya.

"Dengan senang hati."  ujar Mark dan merekapun tersenyum.






TBC






8 2 2

Baby Angel (ZeeNunew) 002Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang