Haii
Seperti biasa budayakan vote sebelum baca yha..
*****
"Entah semesta yang jahat atau memang aku yang tak pantas untuk bersahabat dengan semesta"*****
Velicia apa bisa kamu berhenti untuk menulis" tanya Edward dengan nada tinggi.
Velicia hanya menunduk sambil meringis pelan karena sakit ujung bibirnya.
Tangan Mita mulai memegang dan menarik dagu Velicia dengan kasar hingga mendongak keatas "Udah beberapa kali Mama katakan berhenti menulis Velicia!" ucap Mita sambil menghempaskan tanganya dengan kasar hingga wajah gadis itu menoleh ke samping.
"Velicia kamu adalah harapan papa dan Mama satu satunya jangan bersikap ke kanak-kanakan Velic!" ucap Edward mengebu gebu.
"Cobalah seperti Viola dia sangat membanggakan Mama sama papa" ucap Mita membanggakan Viola.
"Kita berbeda ma,kita nga sama kalau Mama sama papa merasa di banggakan oleh Viola kenapa ga dia aja yang menjadi harapan Mama sama papa?" ucap Velicia sambil menahan amarah.
"Plak"
Satu tamparan keras mendarat tepat di pipi gadis itu.
Gadis itu memejamkan matanya untuk membendung semua air matanya yang akan keluar, memaksakan air matanya tetap berada di dalam tanpa keluar setetes pun itu sangat sakit.
"Tau begini Mama ga Sudi ngelahirin kamu" ucap Mita tanpa memikirkan perasaan gadisnya saat ini.
Gadis itu sudah tidak bisa menahan air matanya tubuhnya terasa bergetar dan dadanya terasa sesak menahan tangis.
"Aku juga ga minta untuk di lahirin ma"
Gadis itu mulai berdiri dengan kaki dan tubuhnya yang melemas,Matanya memandang Edward,Mita serta Viola dengan tatapan sendu dia Pun meninggalkan mereka bertiga.
"Mau kemana kamu Velicia" tanya Edward masih dengan nada tinggi.
"Peduli apa papa sama aku" ucap gadis itu sambil meneruskan langkahnya.
****
Gadis itududuk termenung sendiri di atas rooftop gedung yang sepi melihat keramaian kota dari atas sana,di temani oleh dinginnya angin yang menerpa kulit dan wajahnya.
"Cepek sama hidup?" tanya seseorang dari arah belakang mendengar lontaran kata itu Velicia langsung menoleh kebelakang.
"Zilo?lo ngapain di sini"
"Yang seharusnya nanya itu gue ngapain lo di sini"
"Mau nanya apa mau nya semesta" ucap Velicia dengan tatapan kosong.
"Lo sendiri ngapain disini" ucap gadis itu sambil mengedarkan pandangannya ke arah laki-laki itu.
"Mau nanya sama langit doa aku ke Tuhan Uda nyampe belum" ucap ngawur.
"Zilo" panggil Velicia.
"Apa"
"Apa maunya semesta si"
KAMU SEDANG MEMBACA
VELICIA
Teen Fiction"Tentang rasa yang harus abadi dalam bait aksara dan tentang harsa yang harus menjadi lara" Kisahnya sederhana hanya tentang Kanvas dan buku namun tidak dengan kenangan dan rasa yang ada didalam kisahnya,yha melebihi kata sederhana.. Happy reading s...