Chapter 7:Buku

7 2 0
                                    

Haii

Vote sebelum baca yha..

*****
"Suatu keberuntungan atau memang beruntung?"

*****

Ici kamu hari ini,mau pulang?" tanya Alicya tampak sedih.

"Iyha aly hari ini gue pulang besok kan ketemu lagi di sekolah"

"Ici jaga diri yha di rumah,aly ga mau ici luka lagi" ucap Alicya.

"Iyha aly gue bakal jaga diri kok"

"Kalau gitu gue pulang dulu ya"

"Gue anterin Velicia dulu ya" pamit Zilo pada semuanya.

"Yok cia" ucap Zilo.

Velicia pun mengangguk dan mengikuti langkah kaki Zilo.

"Lo yakin mau pulang ke rumah?" tanya Zilo khawatir pasalnya ayah gadis itu pasti akan marah kepada gadis itu.

"Gue sendiri ga yakin" ucap gadis itu dengan tatapan kosong.

"Tapi kalo gue ga pulang urusannya pasti lebih panjang,dan gue makin benci sama semesta" ucapnya.

"Yaudah kalo itu mau lo" jawab Zilo.

****

"Makasih udah anterin gue pulang" ucap gadis itu.

"Iyha,jaga diri lo" jawab Zilo.

"Gue masuk yha lo" pamit Velicia.

Zilo mengangguk sambil tersenyum lembut kepada Velicia.

Gadis itu pun masuk ke dalam rumahnya, perasaannya saat ini sangat kacau hatinya berdegup kencang.

"Darimana aja lo" tanya tiba-tiba dari arah belakang.

Gadis itu menoleh kebelakang sudah di kiranya itu adalah kembarannya.

"Ga perlu tau" ucap singkat Velicia.

Kakinya mulai melangkah menuju kamar nya meninggalkan kembarannya,namun belum sempat melangkah lebar tangan Velicia sudah di pegang oleh Viola.

"Tunggu,lo belum Jawab pertanyaan gue" ucap Viola.

Velicia menepis tangan Viola dengan kasar "peduli apa lo" jawab Velicia lalu meninggalkan kembarannya itu.

"Velicia untuk kali ini lo berhasil lolos dari amukan papa tapi ga lain kali!!" teriak Viola pada Velicia.

Gadis itu tidak menghiraukan ucap kembarannya itu kakinya tetap melangkah menuju kamarnya.

Dia membuka perlahan pintu kamarnya,mengambil laptopnya yang tergeletak di meja belajarnya, jari jemarinya mulai mengetik satu persatu kata sehingga menjadi kalimat, rumah terbaiknya memang hanya dunia sastra dan Tuhan.

Harapannya sederhana hanya menginginkan menulis dengan nyaman dan menikmati malam dengan tenang,namun apakah itu terlalu tidak mungkin?.

Velicia menarik nafasnya panjang lalu membuangnya dengan kasar,kakinya mulai melangkah menuju jendela di kamarnya,tangannya mulai membuka jendela itu.

Matanya yang hitam pekat memandangi langit malam yang di hiasi dengan taburan bintang-bintang yang gemerlapan memancarkan sinarnya.

"Kenapa harapan ku belum terwujud? Apa mungkin langit sudah penuh dengan harapan manusia?" gumamnya sendiri.

Tiba tiba notif di handphonenya berbunyi, Velicia pun bergegas menggambil handphone miliknya itu.

KENZILO DENATA

Zilo:Cia bokap lo marah sama lo

Engak,gatau besok:You

Zilo:syukurlah,kabarin gue kalo lo ada apa apa

Hmm..:You

Dia pun meletakan kembali handphonenya di atas meja kayu yang berada di sebelahnya.

"Tuhan,berikan aku orang yang mampu mengerti aku" ucapnya tiba-tiba.

Velicia masuk kedalam lalu menutup kembali jendelanya dan bersiap-siap untuk tidur.

****

Pagi telah tiba,namun langit masih terlihat gelap karena mendung.

Gadis dengan seragam sekolahnya sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, hari ini papa dan mamanya akan pulang sore nanti,entah bagaimana nasibnya nanti ketika orang tuanya pulang.

Gadis itu melangkahkan kaki menuju teras rumahnya,sesampainya di teras rumahnya mata gadis itu terbelalak melihat sesosok laki-laki yang sudah berdiri didepan pintu rumahnya.

"Zilo?"

"Lo ngapain disini?" tanya gadis itu bingung.

"Jemput lo" jawab laki-laki itu.

"Ngapain,gaperlu" tolak gadis itu.

"Udah berangkat sama gue!" ucap laki-laki itu memaksa.

"Gue gamau Zilo" jawab tegas gadis itu.

"Ga ada penolakan" ucap laki-laki itu.

Jujur saja Velicia sangat malas jikalau Zilo sudah memaksanya seperti ini,pasalnya jika kemauannya tidak terturuti dia akan mengoceh seperti emak-emak.

"Lo ngoceh lagi gue lempar ke Singapure" ucap gadis itu.

"Siapa takut,yaudah naik" perintah laki-laki itu.

****

"Iciiii" panggil seseorang dari kejauhan,mendengar sebutan yang tak asing di telinga Velicia,dia pun mencari arah sumber suara itu berasal, tak lain tak bukan itu adalah Alicya.

Velicia tersenyum lembut kepada Alicya.

"Ici,ici gimana kemarin di marahin sama papanya ici ga?" tanya Alicya khawatir.

"Engak gue ga di marahin" jawab Velicia.

"Syukurlah aly ikut seneng kalo ici ga di marahin sama ayahnya ici" ucapnya dengan nada mengemaskan.

Suatu keberuntungan bagi Velicia karena mengenal Alicya yang lembut dan selalu menyayangi nya walaupun mereka tak lama saling kenal,dari dulu Velicia mengharapkan teman perempuan namun yha.. Semua akan berubah pada waktunya,dia berharap Alicya tidak akan merubah sikapnya terhadap Velicia.

*****

See you guys...

Vote biar aku semangat!

VELICIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang