"Mama, mengapa Ayah selalu jahat pada kita?" tanya Xiao Zhan kecil kala itu.
"Zhanzhan sayang, jangan berkata seperti itu tentang ayahmu." Tangan ringkih itu mengelus rambut halus putranya lembut, ia tersenyum melihat raut penasaran Xiao Zhan yang menurutnya sangat menggemaskan.
"Tapi Maa, bukankah Ayah selalu mengabaikan Zhanzhan dan membentak Mama?"
Saat itu, Xiao Zhan tidak memahami arti senyuman pedih sang ibunda. Ia hanya menuruti dan menanamkan setiap perkataan wanita yang disayanginya itu dalam hati hingga kini.
"Bagaimana pun, dia adalah ayah Zhanzhan.
Zhanzhan harus selalu menyayanginya."Xiao Zhan membuka kedua netranya ketika merasakan belaian lembut pada surainya. Tangan kurusnya yang ditancapi jarum infus terangkat untuk mengusap mata sembab akibat mimpi masa lalunya bersama sang ibu.
Oh Sehun tersenyum kecil melihat adik iparnya telah sadar. "Zhan, bagaimana perasaanmu, hm?"
Xiao Zhan mengernyit bingung mendapati Sehun lah yang ada di sana menjaganya. Bukankah tadi dirinya bersama Talu?
Seolah memahami raut keheranan Zhan, Sehun berkata, "Temanmu sedang ke luar, ada urusan mendesak. Dia menghubungi nomor rumah dan kebetulan aku sedang tidak ada jadwal," jelasnya.
"Ah, begitu... maaf sudah merepotkanmu, Ge," ucapnya tak enak. Tangan Zhan meraba perut dan mengelusnya lembut. Untungnya calon bayinya baik-baik saja.
Sehun memperhatikan gestur tersebut penuh makna. "Mengapa tidak bilang kalau kamu sedang hamil, Zhan?" Agaknya suara Sehun sarat akan kekecewaan, mungkin karena Zhan merahasiakan berita bahagia ini darinya. "Bukankah kita adalah keluarga?"
"Ma-maaf, Ge." Xiao Zhan menundukkan pandangannya menyesal. "Aku masih mencari waktu yang tepat untuk mengatakannya pada semua orang." Bahkan saat ini pun, Xiao Zhan masih diliputi keraguan, mengingat suaminya belum dapat menerima kehadiran darah dagingnya sendiri.
Sehun menghela napas dan tersenyum maklum. "Baiklah, tidak apa-apa. Aku tidak menyalahkanmu, Zhan. Omong-omong, mengenai Yibo, aku sudah memberinya hadiah berupa dua pukulan di wajah," ujarnya ringan.
"A-apa?"
*****
"Tidak ada bukti kuat mengenai perselingkuhan mereka berdua, Tuan Wang. Bisa dipastikan bahwa semua kecurigaan Anda hanya berdasarkan asumsi belaka karena sempat melihat interaksi mereka pada timing tak tepat. Contohnya, Talu terlihat 'memeluk' istri Anda sepulang dari rumah sakit setelah Tuan Zhan dirawat karena pingsan."
Wang Yibo masih memeriksa setiap bukti-bukti yang terhampar di atas meja kerjanya. Ada rekaman cctv di seluruh ruangan butik milik Zhan selama sebulan ke belakang, cctv rumah sakit, potret kegiatan Xiao Zhan dan Talu selama beberapa minggu ini, bukti kecocokan umur kandungan Zhan dengan malam pertama mereka melakukan hubungan badan, dan masih banyak lagi bukti konkret lain yang tak dapat dibantah kebenarannya.
Ya, katakan Wang Yibo sudah tak waras. Ia bahkan sampai membayar sebuah lembaga detektif swasta terbaik di Tiongkok untuk menyelidiki dugaan perselingkuhan istrinya atas dasar kecurigaannya sendiri. Hasil nihil yang mereka dapatkan membuat pria itu mengacak rambutnya frustasi.
Masalahnya, ia sudah terlanjur memperlakukan Xiao Zhan dengan buruk, membentaknya, bahkan melecehkannya. Entah sudah berapa kali Xiao Zhan menangis karena dirinya. Tak dapat dipungkiri, gejolak rasa bersalah mulai menggerogoti relung hatinya.
"Kubilang juga apa." Talu berdiri di ambang pintu sambil bersedekap, mimik wajahnya tersenyum meremehkan.
"Mengapa kau di sini?" Meski terbukti tak bersalah, Wang Yibo tetap tidak menyukai kehadiran pria yang menurutnya terlalu dekat dengan istrinya. Dirinya saja tak pernah bisa seakrab itu dengan Xiao Zhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chance of Love [Yizhan] END✔️
Fiksi PenggemarWang Yibo adalah seorang pengusaha besar yang terkenal dingin dan arogan. Ia dengan tega menyia-nyiakan istrinya, Xiao Zhan, dan menjadi penyebab tragis kematiannya. Setelah menyadari perasaan cintanya pada sang istri, Yibo tak sanggup menanggung ra...