"Zhanzhan, kau terlihat pucat hari ini."
Xiao Zhan mengangkat wajahnya dari papan alas yang menjepit lembaran kwitansi di tangannya, dan mendapati wajah tampan sahabat karibnya sedang menatapnya khawatir. "Hanya sedikit tak enak badan, mungkin masuk angin," jawabnya tak acuh.
"Kalau begitu istirahat saja di ruanganmu, aku yang akan menunggu barang-barang ini sampai selesai dipindahkan ke dalam."
"Tidak, Talu. Aku ingin memeriksa sendiri agar tak ada kesalahan yang terlewat."
"Apa kau tak percaya padaku?"
"Talu, kau jelas tahu kalau aku tak bermaksud begitu," ucap Zhan dengan nada merajuk, mengundang tawa renyah dari sahabatnya.
Sebagai sosok yang perfeksionis, Xiao Zhan harus mengecek dengan mata kepala sendiri untuk memastikan kain-kain yang dikirim oleh vendor sesuai dengan permintaannya saat tahap pemesanan. Hasilnya, bisa dilihat 'Xiao Apparel' miliknya berhasil tumbuh semakin besar dan memiliki brand value yang kuat di mata masyarakat berkat usaha keras serta ketelitian Xiao Zhan selama beberapa tahun ke belakang.
Apakah Xiao Zhan patut bangga? Tentu saja.
Dering ponsel yang berbunyi berulang-ulang memecah konsentrasi Xiao Zhan. Ia menggerutu malas melihat kontak ayahnya terpampang pada layar sentuh tersebut. Sebelum ayahnya mengirimkan pesan ancaman, Xiao Zhan menyerahkan kwitansi di tangannya pada Talu guna mengalihkan tanggung jawab, lalu masuk ke dalam butik menuju ruangannya untuk menjawab panggilan.
"Ada apa meneleponku?" tanya Xiao Zhan tanpa menyembunyikan kekesalan dalam suaranya.
"Putraku, kapan kau akan mengirimkan uang yang Ayah minta kemarin?"
Lelaki manis itu memijit keningnya saat pusing tiba-tiba melanda. Memangnya apa lagi yang Pak Tua itu inginkan selain uang? "Apa Ayah bercanda? Aku tak punya uang sebanyak itu."
"Kau memang tidak punya, tapi suamimu pasti punya, Zhanzhan."
Xiao Zhan memejamkan kedua netranya menahan kekesalan. Dirinya saja tak pernah berani meminta uang sepeser pun pada Wang Yibo, meskipun pria itu selalu mengirimkan jatah bulanan padanya. "Kalau begitu minta sendiri pada menantu Ayah, itu pun jika dia sudi memberikan uang yang tujuan penggunaannya saja tidak jelas," timpalnya sarkas.
"Anak durhaka! Bisakah kau mendukung ayahmu sekali saja? Sebentar lagi aku akan mencalonkan diri menjadi anggota kongres, apa kau tahu seberapa banyak uang yang kubutuhkan untuk membayar sebuah partai agar mau mengajukanku?"
"A-apa?" Xiao Zhan terperangah tak percaya, ingin mengutuk ayahnya yang selalu mengambil langkah impulsif. "Apa Ayah sadar, terjun ke dunia politik tidak hanya membutuhkan modal yang sangat besar, tetapi juga kepercayaan masyarakat di sekitar kita. Apa Ayah sudah memiliki kompetensi? Tolong pikirkan kembali keputusan Ayah baik-baik..." Kali ini Xiao Zhan menurunkan nada bicaranya, berusaha membujuk ayahnya agar mau berpikir ulang dan tidak mengambil keputusan yang merugikan.
"Dasar bocah ini, kau tahu apa tentang politik? Simpan saja ceramahmu yang tidak berguna itu dan setorkan uangnya pada ayahmu!"
Xiao Zhan menghela napas kasar. Sudah menduga bahwa ayahnya yang keras kepala tak akan bisa dinasehati dengan mudah. Jika sekedar kata-kata mampu meluluhkan hati ayahnya, maka tak mungkin dulu ayahnya tega mengabaikan dirinya beserta sang ibu demi wanita lain yang menarik hatinya.
"Aku benar-benar tidak punya uang sebanyak itu, Tuan Xiao..." ujar Xiao Zhan lelah.
"Bodoh! Apa gunanya kau menikah dengan seorang konglomerat jika tak bisa mengeruk hartanya sebanyak mungkin. Kau bisa meminta, atau mencuri uang suamimu, atau jual saja salah satu propertinya diam-diam. Gunakan otak bodohmu untuk berpikir, Xiao Zhan!" semprot pria paruh baya yang telah kehilangan kesabarannya dari ujung sambungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chance of Love [Yizhan] END✔️
Hayran KurguWang Yibo adalah seorang pengusaha besar yang terkenal dingin dan arogan. Ia dengan tega menyia-nyiakan istrinya, Xiao Zhan, dan menjadi penyebab tragis kematiannya. Setelah menyadari perasaan cintanya pada sang istri, Yibo tak sanggup menanggung ra...