Song recommendation for this chapter:
Voment juseyo ❤
🌹🌹🌹🌹
BUGH!
Seseorang menghantam Jonathan,
BUGH!
Tubuh besar Jonathan terpelanting lantas membentur tembok.
Apakah kita bisa sebut itu seseorang? Atau sesosok?
Nyatanya Jonathan kebingungan sendiri karena tidak bisa melihat apa yang sedang menghantamnya itu, pipinya terasa perih, tubuhnya sakit, seperti angin berat yang menyerangnya,
Polisi itu menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, sama sekali tidak ada orang selain dirinya dan Dr. Jeon.
"Akh! "
Kini tubuhnya terlempar ke bawah.
"Uhuk! Uhuk! " darah segar keluar dari hidungnya akibat terbenturnya dengan lantai.
Srrrtt
Srrttt
Menolehkan kepalanya ke langit-langit bangunan, Jonathan mengernyitkan dahinya ketika melihat lampu diatas sana berkelap-kerlip, menjadikan lorong apartemen remang-remang menyerempet ke gelap.
Di tengah-tengah lorong, mata sipit Jonathan menangkap sebuah bayangan hitam sedang berjalan ke arahnya,
Mata sipitnya dibuat menyipit lagi, hendak memastikan apa yang sedang dilihatnya.
Wajah Jonathan langsung memucat, tubuhnya bergetar, matanya hampir mengeluarkan air mata, ada keringat dingin yang mengalir di pelipisnya, nafasnya seakan tercekat, suhu udara mendadak menjadi dingin dan mencekam.
Byut!
Lampu akhirnya padam.
"AAAAA!!! " Jonathan segera bangun dari lantai dan berlari ke arah tangga darurat, lebih baik dirinya disuruh untuk menangkap pembunuh berantai daripada mengalami hal ini.
🌹🌹🌹🌹
"Sialan! "
Berjalan tergesa-gesa, wajahnya tertekuk, Kim berusaha untuk menelpon Jeon, entah berapa kali sudah. Dirinya memasuki sebuah lobby apartemen yang remang-remang akibat cahaya kecil dari beberapa senter.
"Permisi, apa Jeon Jung Hwa adalah salah satu penghuni apartemen ini? "
"Benar" seorang petugas laki-laki terlihat sedang sibuk dengan senter dan beberapa komplain dari penghuni lain karena padamnya listrik.
"Boleh ku tau nomor kamarnya? "
Pertanyaan Kim sukses diabaikan, karena petugas masih sibuk dengan komplain penghuni.