Song recommendation for this chapter:
Jangan lupa voment juseyo
🌹🌹🌹🌹
"Dr. Jeon? " seseorang berdiri di ambang pintu dengan mata melotot, dan ekspresi tertekuk, seperti tidak percaya apa yang telah dilihatnya.
Ciuman terputus, mereka melihat ke ambang pintu.
Terdapat seorang suster yang membawa sebuah kotak kecil berisikan pisau bedah dan alat-alat lain yang diperlukan Jeon.
"Taruh di samping autopsy table" suara dingin dari dokter cantik membuat suster itu gelagap, kakinya cepat-cepat melangkah ke arah autopsy table dan menaruh kotak itu. Detik berikutnya, menunduk dilakukan oleh suster itu dan segera keluar dari ruang forensik dengan wajah yang memerah.
"Jung seper-eummh" bibir tebal Kim dibungkam kembali oleh sang dokter manis. Heh, masih haus ciuman ya?
Detik menjadi menit dilalui oleh pasangan 'mantan' yang sedang diliputi kerinduan.
🌹🌹🌹🌹
Pukul 22.30 pm.
Mereka berdiri di depan gang sempit tanpa cahaya.
Flashlight dari ponsel dihidupkan oleh Kim,
Si mata biru berkacamata menoleh ke kanan dan ke kiri, tidak ada siapapun yang lewat kecuali anjing-anjing liar yang menatap mereka sambil memiringkan kepalanya ke samping, mencoba menerka apa yang sedang dilakukan oleh dua manusia itu. Gang itu berada di balik sebuah bangunan hotel bergaya romawi kuno.
Menarik tangan dokter manis itu dilakukan oleh Kim, mereka kini sedang melangkahkan kaki di gang gelap itu, hanya berbekal flashlight untuk menyinari jalan.
Tep.
Di ujung gang, Kim berhenti dan mengeluarkan sebuah kartu hitam lalu menempelkannya pada ujung dinding.
Drreggg
"Wow! " melebarkan mata birunya dilakukan oleh Jeon ketika melihat tembok ujung gang itu bergeser dan menampakan sebuah tangga yang menuntunnya untuk berjalan ke bawah, di dinding-dinding tangga itu ada lampu-lampu kecil yang menerangi mereka, menyebabkan Kim langsung mematikan flashlight ponselnya.