Halo siders, minimal pencet vote ya, jangan ngumpet-ngumpet gitu bacanya.
🍓🍓🍓🍓
Song recommendation for this chapter;
🌼🌼🌼🌼🌼🌼Entah sudah berapa kali Jeon menghela nafas, mencoba mengontrol emosi yang hampir meledak di ubun-ubud.
Lihat saja sekarang, tangan halusnya berada pada genggaman tangan besar bertato yang kasar.
"Tidak akan pernah melepaskanmu. Tidak akan pernah lagi"
"...."
Terdiamnnya Jeon sama sekali tidak menganggu Kim Vicle, kini dirinya sedang berada di ruangan berukuran tujuh kali tujuh, yang terdapat empat cermin tempat berhias, di depannya terdapat peralatan make up. Jeon dan Kim berada di posisi cermin paling ujung kanan.
Bukan Jeon yang sedang berhias, tapi orang yang sedang memegang tangannya erat; sang mantan kekasih.
Pagi itu, dirinya ditangkap dan diseret masuk ke dalam mobil, persis seperti penculikan.
Jeon sempat menendang selangkangan Kim, melawan dengan semua tenaga yang dia miliki, tapi tidak berbuahkan hasil. Nyatanya, dirinya sekarang duduk di samping Kim Vicle yang sedang memegangi tangannya agar tidak kabur.
"Kau egois! "
"Biarkan saja, aku egois untuk tidak melepasmu lagi"
"Pffftt... " Ethan, sang vokalis band Rezz yang sedang berias di samping Kim menahan tawanya.
"Akan kurobek mulutmu itu Than! " Kim langsung melempar omelan kepada lelaki berambut blonde dengan wajah khas eropanya itu.
"Kau menculik seseorang Vic, itu tindakan kriminal loh" seseorang yang duduk di depan kaca rias paling ujung kiri menanggapi, itu Dominic, seorang gitaris dengan mata biru dan wajah khas eropa, dia mirip seperti vampire karena kulitnya yang super pucat.
Seseorang yang duduk di samping Dominic mengangguk pelan. Dia Jarrel sebagai bassis.
"Jujur, kalau orangnya semanis dia, akupun akan menculiknya lalu... " Jarrel mengangkat tangan kanannya, mempertemukan ujung jari telunjuk dan ujung jempolnya, membentuk sebuah lingkaran, lantas telunjuk jari kirinya ditusukan di tengah-tengah lingkaran yang telah dia buat.
Tak!
"Auh! " Jarrel memekik ketika sebuah pensil alis menabrak dahinya.
"Kau mesum! Go to the hell" Jeon berteriak lantas mengumpat, itu hal biasa, lagipula Jeon sudah kenal lama dengan mereka karena sering menemani Kim konser dulu.
"HAHAHAHHA! "
Ruangan dipenuhi dengan tawa para personil band dan para make up artist.
Namun tidak dengan Jeon, dia menyadari sesuatu. Ada yang berdiri di belakangnya. Sosok itu mengikutinya dari tiga hari lalu, entah makhluk itu datang dari mana.
Sosok lelaki dengan celana Jeans dan kaos berlumuran darah, Jeon melihat dari ujung matanya, berpura-pura tidak menyadari kehadiran sosok itu.
Beberapa saat kemudian, semua personil band telah berdiri karena telah selesai berhias, Jeon pun ikut berdiri karena Kim menariknya.