Jalanan kota Berlin sedang ramai-ramainya.
Seorang pemuda putih pucat berjalan dengan cepat dengan wajah tertekuk dan rahang mengeras. Di belakangnya, ada seorang pemuda yang berusaha untuk mengejar, memasang wajah sedih dan kalut.
"Pergi kau!"
"Hei! Hei! Jangan begitu! Aku hanya ingin bersamamu sebentar saja! kenapa susah sekali sih!!"
Tep
Berhenti dilakukan oleh pemuda putih pucat yang berada di depan. Menyebabkan pemuda satunya berhasil menangkap pergelangan tangannya.
"Apa yang kau mau Jimy?"
"Aku suka padamu sejak pandangan pertama Yoonki!"
Menghela nafas dilakukan oleh Yoonki, dirinya bertemu dengan Jimy beberapa hari lalu. Tidak sengaja.
Betul-betul tidak sengaja.
Waktu Yoonki ditelpon oleh rumah sakit pusat untuk melakukan pemeriksaan pada dua mayat: pria bertato dan seorang wanita, dirinya kalang kabut karena ban mobilnya pecah saat perjalanan ke rumah sakit. Namun beruntung, sebuah mobil berhenti.
Seorang pria manis dan imut keluar dari mobil, memasang senyum cerah padanya, menawarkan bantuan.
Karena kepepet, akhirnya Yoonki meminta bantuan untuk diantarkan ke rumah sakit pusat Berlin.
Pun, didalam mobil, mereka berkenalan dan sedikit bercengkrama. Walau dalam percakapan itu Yoonki lebih banyak diam dan mendengarkan ocehan pemuda disampingnya.
Malam itu dirinya diantar dengan selamat oleh seorang bernama Jimy dan berhasil tepat waktu untuk melakukan otopsi dua mayat itu bersama dengan Seokjun, Hossi dan Jeon.
Tak disangka, entah darimana Jimy bisa mendapatkan nomornya. Setiap hari Jimy mengirim pesan dan menelpon dirinya. Tapi Yoonki hanya bisa membalas pesannya, dan itupun terlampau singkat.
Pagi hari, pukull sepuluh.
Yoonki berjalan keluar apartemennya untuk membeli bahan-bahan makanan. Namun alangkah terkejutnya ketika dia mendapati Jimy sedang berdiri di depan apartemennya dengan sebatang rokok yang terselip di bilah bibir tebalnya.
Dan berakhir sekarang Yoonki diikuti oleh Jimy.
"Kau penguntit! Lepaskan tanganku sialan!" Yoonki menyentak tangannya sehingga tangan Jimy terlepas.
Menggelembungkan kedua pipinya dilakukan oleh Jimy,
"Kau kasar sekali pada pemuda manis sepertiku?"
"Kau kriminal! "
"Kenapa kau tidak membalas pesanku Yoonki?"
"Aku tidak ingin!"
Jimy menghentak-hentakan kakinya, lalu---
"HUWAAAA!" pura-pura menangis dengan sangat kencang, menyebabkan mereka menjadi pusat perhatian orang-orang yang sedang lalu lalang.
"HUWAAA YOONKI JAHAT!" teriak Jimy lagi, tentu membuat Yoonki menjatuhkan rahangnya, panik sekarang harus berbuat apa.
"Ji-jimy! jangan menangis sialan!"
"HUWAAA AKU DIKATAI SIALAN!"
Tangis palsu Jimy semakin kencang, membuat orang-orang menatap tajam ke arah Yoonki, bahkan seorang pria besar sudah mengayun-ayunkan ikat pinggang dan mengeraskan rahangnya.
Masyarakat pikir, pasti Yoonki lah yang jahat!
Menggaruk kepalanya yang tidak gatal dilakukan oleh Yoonki, lalu dia berinisiatif untuk memegang kedua bahu Jimy, mengelus-elusnya lembut berharap pemuda gila ini berhenti bersandiwara dan menyudutkannya di hadapan orang-orang!