Song recommendation for this part
***
Malam hari, pukul delapan waktu Busan.
Makanan hangat tersaji di depan. Mommy Jeon duduk di depan Kim dan Jeon yang duduk bersebelahan. Di bawah meja, tangan mereka bertautan hangat.
Senang begitu dirasakan oleh mommy Jeon, anaknya datang ke rumah dengan membawa kekasih. Tidak tau saja kalau mereka baru saja balikan di depan rumah.
"Mommy titip anak manis mommy padamu ya, jangan berani buat dia menangis. Paham? "
Kim menganggukan kepalanya sebagai jawaban, sedangkan Jeon terkekeh geli di sampingnya.
"Dan kau Jeon, lain kali hati-hati. Jangan sampai jatuh lagi, pelipismu pasti sakit kan? " pandangan khawatir terpancar dari mommy Jeon. Jeon mengaku dia terjatuh, bukan karena terkena lemparan ranting dari hantu wanita yang masih misterius seluk beluknya.
"Oke Mom, jangan khawatir"
"Bagaimana pekerjaanmu sayang? Apa ada kendala?"
"Tidak ada mom-"
"Mom-"
"Iya sayang? "
"Apa mommy sama sekali tidak bisa rujuk lagi dengan daddy? "
Pertanyaan Jeon sontak membuat mommynya batal untuk memasukan potongan daging ke dalam mulutnya.
"Maaf sayang, mommy tidak bisa. Mommy tidak mencintai daddy lagi"
"Apa yang membuat mommy tidak mencintai daddy lagi? "
"Hal itu tidak perlu kamu tau sayang. Jika kamu tau, mommy takut kamu akan membenci daddy"
Ya, selama ini Jeon tidak tau pasti apa alasan mereka berpisah. Ketika Jeon bertanya, jawabannya pasti tidak jelas.
"Nak, mommy harap kamu tidak akan mengalami apa yang mommy dan daddy alami" tatapan sendu meliputi mata cantik yang sama bentuknya dengan Jeon.
"Pasti tante, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Aku akan menjaga Jeon dengan baik" Kim mengeratkan pegangannya pada tangan Jeon yang berada di bawah meja, sedangnya matanya menatap penuh keyakinan ke arah mommy Jeon.
"Aku percayakan padamu Kim"
🌹🌹🌹🌹
Dan kepercayaan mommy Jeon melekat bagai benang yang mengikat dirinya, pun Kim terikat dengan bahagia dan sukarela.
Mereka kini telah kembali ke Berlin, tepatnya mereka berada di apartemen Kim yang hangat. Saling berbagi selimut dan kecupan manis pada bilah bibir masing-masing, pun saling membisikan kata sayang.
"Kamu," suara berat Kim mengalun,
"Ya? "
Cup!
Kecupan sekilas mendarat di ujung hidung bangir Jeon.
"Sayang sekali padamu" Kim menenggelamkan wajah Jeon ke dadanya, sedangkan Jeon mendusal di dada Kim, menyembunyikan pipinya yang memerah.
Namun detik berikutnya, lelaki manis itu menjauhkan wajahnya lantas meraih rahang tegas milik kekasih tampannya.
"Mm, ngomong-ngomong bagaimana kau tau kalau aku berada di Busan? "