Warn: 18++
***
Jika saja,
Jika saja, Jeon tidak membuat kekasih tampannya cemburu. Dirinya tidak akan tergolek lemah dengan ruam kemerahan di sekitar leher dan tulang selangkanya.
"Ang-ahh, s-sakit"
Yang mana rintihan lemah itu keluar begitu saja ketika Kim menyentuh titik manisnya dengan keras dan kasar.
Mencapai dunia putihnya sebanyak lima kali tentu membuat pahanya bergetar seperti anak rusa baru lahir. Rasanya panas, basah, tidak kuat.
Namun Kim tetap mengungkungnya, masih setia membubuhkan kecupan kupu-kupu di sekitar rahangnya.
Kedua tangan pucat itu berusaha mendorong dada Kim, namun prianya itu tetap bergerak konstan dan cepat, membuat kepala Jeon terantuk-antuk di kepala ranjang, pun tubuhnya semakin tertanam ke ranjang.
"Ann-ahh! ahhn! uuh... "
"My Lily so beautifull as always"
Bibir mungil yang telah bengkak itu disambar kembali oleh Kim, mengh*s*p bibir bawah kekasih manisnya dengan kencang, hingga pekikan tertahan mengalun pilu.
Menutup matanya dilakukan oleh Jeon, tenaganya tidak cukup digunakan untuk melawan--malah hanya membuang-buang tenaga saja.
Sial, kaki nya mati rasa akibat mengang*ngk*ng terlalu lama. L*bangnya terasa perih, namun nikmat masih mendominasi for sure.
"Anghh--, huhh"
"Ya sayang? " Kim mengelus-elus pipi lembut yang tengah merona cantik.
"M-mau cium... " Jeon merasa ingin mengubur dirinya ketika mengeluarkan suara manja yang membuat pria di atasnya semakin semangat mencumbunya.
"Katakan sekali lagi sayang... " Kim mengatakannya tepat di depan bibir mungil bengkak milik Jeon.
"Ma-mau cium.. " Jeon hampir menangis mengatakannya, mengubur rasa malu demi mendapat kembali sentuhan memabukan dari prianya.
Tentu tanpa diminta pun, Kim akan meraup bibir kesukaannya itu.
Sedangkan Jeon mengalungkan tangannya di leher Kim, memainkan rambut bagian belakang milik Kim yang berantakan akibat ulahnya.
Memejamkan mata, berapakalipun Jeon berciuman dengan prianya. Rasanya akan tetap memabukan seperti ini. Total mengabaikan rasa sakit dan kebas di bagian bawahnya.
Kim Vicle memang besar, namun tidak sekedar itu. Kim Vicle selalu membuat dirinya penuh, berulang kali bisa membuat dirinya berteriak nikmat.
"Uh... " ciuman terlepas,
Kembali Kim berkonsentrasi untuk menghantam titik manis Jeon.
Tatapan Kim begitu memuja pada lelaki manis di bawahnya yang sedang melengkungkan dadanya degan indah.
Beberapa kali hentakan lagi, dirinya sudah bergetar.
"My Lily... " geraman di akhir kalimat, sembelum Kim memeluk erat kekasih manisnya dan menjemput dunia putihnya, membuat pria drummer itu bergetar akibat pelepasan yang keras.
"Ungh....pe-penuh sekali" Pun pinggul Jeon bergetar merasakan sesuatu yang panas memenuhinya.
Cup!
Satu kecupan pada pelipis Jeon,
Brug!
Kim merebahkan tubuh besarnya di samping Jeon, tidak ingin menindih tubuh yang lebih kecil darinya itu.
Manatap langit-langit ruangan dilakukan oleh Kim,
"Mau peluk... " Jeon meringsut mendekat, memeluk Kim yang sedang terengah akibat sisa pelepasannya.
Kim merubah posisinya menjadi menyamping,
"Kesini sayang... " Kim menarik kepala Jeon dan menenggelamkannya di dada bidangnya.
"Apa kau masih marah Kim?"
"....."
Menghela nafas dilakukan oleh Jeon. Sudah tau kalau prianya ini cemburuan, tapi Jeon malah bercerita tentang Hossi. Apalagi Kim tidak pernah menyukai Hossi akibat Jeon terlalu dekat dengan dokter muda itu. Bagaimana tidak dekat? Mereka adalah sahabat, dan dekat itupun masih dalam batas wajar. Tapi namanya cemburu mau bagaimana lagi?
Jeon menoel-noel pipi sang kekasih yang memasang wajah datar,
"Tidak boleh marah lama-lama nanti cepat tua! " Jeon terkikik di akhir kalimat.
"....."
Masih tidak ada jawaban,
Ternyata Kim masih ngambek?
Tbc...