-oOo-
SETIAP sore sampai malam, Sirkus Sagara meluangkan lima sampai enam jam waktunya merancang konsep pertunjukan dan latihan di PCT. Jauza baru saja tiba di auditorium tempat mereka latihan ketika Amari, Ivan, dan Kenta menghampirinya.
"Emang bener kamu ngundang cewek yang waktu itu buat nonton latihan kita?" Pertanyaan Ivan entah bagaimana terdengar agak menuduh. Jauza melirik Amari, dan dia tahu bahwa gadis inilah yang baru saja memberitahu teman-temannya yang lain.
Jauza membalas sembari melangkah ke pinggir panggung, "Haura, maksudmu?"
"Siapa lagi."
"Iya, bentar lagi dia datang."
"Kok enggak bilang ke kita dulu?"
"Memangnya kenapa?" Jauza berputar dan menghadap Ivan.
Wajah Ivan sekonyong-konyong merengut, seperti baru saja diserang pertanyaan kasar, padahal Jauza mengatakan kalimat barusan dengan lembut. Ada yang aneh dari raut Ivan―ketiga teman yang menatapnya yakin tentang itu, tetapi Ivan lebih pandai memutar jawaban, "Kalau Haura kemari, artinya dia bakal melihat seluruh trik sulap kita," katanya. "Aku khawatir nantinya dia mengira permainan kita membosankan karena seluruh rahasianya udah ketahuan."
"Dia enggak bakal tahu semua triknya," balas Jauza, hampir tertawa. "Kamu dan Kenta sudah berpengalaman bermain sulap selama dua belas tahun. Apa bedanya menunjukkan permainan sulap ke satu atau dua ratus orang? Haura juga enggak akan bertanya-tanya."
Ivan menyahut, setengah skeptis, "Kenapa yakin banget?"
"Entahlah," kata Jauza. "Pokoknya dia bukan cewek yang ingin tahu segala urusan orang."
"Iya, makanya kutanya kamu," Ivan menatap Jauza lekat-lekat. "Kamu sedekat apa sama Haura sampai sudah yakin kayak gitu?"
Pertanyaan itu membuat Kenta dan Amari saling melirik, seolah mereka punya dugaan yang sama. Selagi Ivan menanti-nanti jawaban Jauza dengan tak sabar, si Jauza sendiri buru-buru melihat ke sekitarnya untuk mencari pelampiasan dari sikapnya yang kini salah tingkah. Dia tidak tahu mengapa mulutnya bisa seenteng itu berbicara soal Haura. Dia kan tidak dekat dengan gadis itu. Belum.
Sambil menatap gulungan tali trapeze yang digantung di langit-langit, Jauza mengalihkan topik sekenanya, "Oh, ya, kemarin malam Pierre datang."
Kenta merasa pergantian topik ini lebih mengagetkannya daripada soal Haura tadi. "Serius?" Sementara Amari langsung menjatuhkan rahang dan menyodok perut Ivan.
"Iya, tapi dia cuma mampir sebentar," kata Jauza, diam-diam bersyukur topik ini ampuh membuat ketiga temannya berhenti bawel soal kedatangan Haura. Dia menceritakan apa saja yang Pierre katakan padanya semalam (kecuali soal pengakuan Jauza mengenai Haura), dan melihat reaksi yang sama pada ketiga temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐍𝐆𝐄𝐋'𝐒 𝐂𝐈𝐑𝐂𝐔𝐒 (𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓)
FantasyCredit cover by noisa_art (Instagram) ⭐ Follow sebelum membaca ⭐ Tidak mudah menjadi Haura. Di rumahnya, Haura harus menghadapi ibunya yang temperamental dan depresif, sementara di sekolah dia selalu menjadi kutu pendiam yang dianggap membosankan. ...