Bab 13 - Peraturan Ganjil

256 78 3
                                    

Selamat puasa bagi yang melaksanakan ngehehe

Aku kasih asupan pagi-pagi ini biar cemangat 🔥

Aku kasih asupan pagi-pagi ini biar cemangat 🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

HAURA memang tidak terhitung sebagai siswa berprestasi yang sering membawa medali kemenangan, tetapi dia cukup pandai di kalangan siswa-siswi di kelasnya. Setidaknya, untuk pelajaran Sains, Haura cukup percaya diri. Dia baru akan kelabakan kalau berhadapan dengan kegiatan seni rupa, atau musik, pokoknya sesuatu yang berurusan dengan kreativitas menggunakan otak kanan. Haura muak, bukan karena dia mengutuk kelemahannya, tetapi karena orang-orang di sekelilingnya menemukan itu sebagai bahan ledekan.

"Maneh teh kalau gambar kelelawar, sayapnya bukan melengkung gitu. Lebih tajem lagi, Ra," Kinanti, teman satu bangkunya yang kali ini menjadi pasangannya di kelas seni rupa, mengkritik gambar Haura yang kelihatan seperti coretan gambar anak TK.

Haura mendecak kesal, lantas mencampakkan pensilnya ke atas meja. "Ini bukan kelelawar. Ini sayap malaikat!"

"Hah?" Kinanti memelototi gambar itu sekali lagi, kemudian tergelak lebar sampai menunduk-nunduk di atas gambar. Rambutnya yang ikal halus menggesek lengan Haura dengan lembut. "Lah aing kira itu gambar kelelawar! Maneh gambar apaan, deh? Malaikat? Kok sayapnya lebih mirip bebek?"

"Ya kan masih sketsa. Ini emang sayapnya belum dikasih bulu. Terus ini tangannya." Haura mengikuti garis dengan ujung pensilnya.

"Oh, bilang dong dari tadi," Kinanti menyipitkan mata untuk menyelidiki gambar itu lebih cermat. "Hm, kayak Lucifer Morningstar, ya? Itu tuh, yang ada di serial Netflix. Maneh nonton, enggak?"

Haura mendengung seperti lebah. "Mm-hm, nonton. Tapi ini bukan si Lucifer, Kin. Ini ... mirip Raffe di novel Angel Fall. Pasti tahu, kan? Dia lebih muda dan ganteng, tahu."

"Ah, kalau bicarain novel gitu, kagak tahu aing."

Haura hanya mengedikkan bahu, merasa lebih nyaman fokus menyelesaikan gambarnya sendiri. Mapel seni rupa kali ini memerintahkan seluruh murid di kelas Haura untuk menggambar objek apa pun disertai filosofi yang melatarbelakanginya. Kinanti menggambar sebuah boneka beruang yang kelihatan seperti habis diceburkan lumpur, sebab dia menuang terlalu banyak warna cokelat tua untuk melapisi beruangnya yang gempal. Menurut Kinanti, filosofi gambar ini muncul setelah dia meyakini adanya tingkat kekeramatan tak wajar dari Bobo―boneka beruangnya yang dia simpan sejak TK. Setiap kali mau menghadapi ujian sekolah, Kinanti akan memandikan bonekanya dengan air rendaman kembang, dan besoknya―voila! Ujiannya lancar!

"Itu namanya syirik," Haura meledek Kinanti dengan bibir mengerucut ke depan, lantaran terlalu serius menggoreskan pensil di gambarnya sendiri. Sementara sahabatnya tak ambil pusing dan malah bertanya hal lain;

"Emang maneh gambar kayak gitu filosofinya naon? Pasti enggak jauh-jauh dari cowok fiksi yang namanya Raffe itu, kan? Atau jangan bilang maneh mau punya jodoh siluman."

𝐀𝐍𝐆𝐄𝐋'𝐒 𝐂𝐈𝐑𝐂𝐔𝐒 (𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang