Bab 18. Teman yang Harus Diwaspadai

245 78 5
                                    

-oOo-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

Bab 18
Teman yang Harus Diwaspadai

"KAMU kelihatan kayak cewek tolol kalau melongo seperti itu terus."

Suara itu memecut kepala Haura bagai cemeti yang menggores kulitnya. Dia berpaling ke kanan dan melihat sebuah boneka anak perempuan tergeletak miring di atas tumpukan kostum. Tubuh mungil Umeko menghadap depan, tetapi kepalanya meneleng ke kiri, dan mata sipitnya menatap Haura. Bagian buruknya, itu bukan mata boneka yang layu dan mati. Mata itu hidup, dan berpendar.

Umeko sungguh-sungguh berbicara padanya lewat telepati.

Haura tidak punya waktu untuk berteriak, sebab akal sehat menyetir kesadarannya untuk kabur. Namun, saat dia mendorong dirinya bangkit dari kursi penonton, tali sepatunya entah bagaimana melilit kedua pergelangan kakinya sehingga dia terjerembab jatuh mencium lantai. Sejak kapan ikatan sepatunya lepas? Haura tak yakin dia bisa seceroboh ini. Sambil menahan sakit, gadis itu berjuang berdiri, tetapi lantunan suara Umeko mengusiknya lagi.

"Tenang, bocah. Aku enggak bermaksud mengganggumu, kok."

Haura membeku. Rasa-rasanya suara halus dan bernada tinggi itu mengetuk tempurung kepalanya begitu saja. Seketika, bagian lain dari dirinya―sifatnya yang enggan dipermalukan dan pantang dikalahkan, membuatnya memberanikan diri menoleh pada Umeko. Jantung Haura masih berdegup kencang, tetapi entah bagaimana dia meyakinkan diri untuk bertahan.

Gadis itu berpaling sebentar ke rombongan tim Sagara yang masih disibukkan dengan latihan di atas panggung, kemudian kembali lagi ke Umeko, yang kini sedikit menundukkan kepala untuk bertukar pandang dengannya.

Haura berceletuk pelan, "Kamu ... bisa ngomong?"

"Secara teknis, aku bertelepati."

"Kamu ini apa? Robot?" Akhirnya Haura berdiri tegak. Gadis itu lebih merasa berani saat memandang Umeko dari bawah. Dia bertindak agak sembrono dengan menyambar boneka itu dan meraba seluruh bagian tubuhnya dengan teliti, siapa tahu menemukan tempat baterai atau colokan kabel, yang bisa membuat benaknya melega karena dugaannya benar.

Namun, nihil.

Dan, saat pemeriksaannya mendarat pada wajah Umeko, lagi-lagi terdengar suara di kepalanya;

"Jangan pegang-pegang! Pikirmu aku ini mainan konyol yang bisa sembarangan diutak-atik?"

Karena terkejut, Haura langsung membuang boneka itu ke tumpukan pakaian.

"Kamu boneka hantu?" tanyanya sambil mengernyitkan kening tak mengerti.

"Ya. Aku udah ada di dalam sini selama enam puluh tahun."

"Sungguh?"

"Sebenarnya, enam puluh tahun lebih beberapa bulan."

Haura terdiam sebentar memproses jawaban itu. Barangkali bukan dirinya yang gila, melainkan memang boneka ini yang ajaib.

𝐀𝐍𝐆𝐄𝐋'𝐒 𝐂𝐈𝐑𝐂𝐔𝐒 (𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang