Bab 16 - Mutiara Hitam

247 75 26
                                    

Aku mematahkan janjiku di awal yang sempat bilang kalau book ini bakalan lebih santai daripada book-ku yang lain

Aku mematahkan janjiku di awal yang sempat bilang kalau book ini bakalan lebih santai daripada book-ku yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

Bab 16
Mutiara Hitam

HAURA muak mendengar ibunya mengoceh seperti ayam betina yang mau bertelur. Sejak kedatangannya beberapa menit lalu, dia sudah dihujani pertanyaan macam-macam tentang siapa cowok yang mengantarnya pulang. Gadis itu sudah menyiapkan akting semaksimal mungkin untuk menyiratkan bahwa dirinya lelah, bahwa jawabannya masih tetap sama; "Dia teman, Ma." Namun, mamanya memilih cara lain untuk membuat keributan.

"Teman mana yang ngajakin main sampai malam gini?"

"Ya ampun, Ma, ini baru jam setengah delapan!" Haura berusaha sabar sambil terus menyibukkan diri di dapur. Dia membuka lemari es dan mengambil botol air mineral besar. Sambil menuangkan isinya ke dalam gelas, melanjutkan menggerutu, "Dan kita enggak main-main. Aku kumpul sama temen lainnya di kafe dekat masjid raya, tuh. Ngerjain tugas kelompok."

"Siapa namanya?"

"Jauza," kata Haura selepas meneguk.

"Kelas berapa? Dia kelihatannya bukan orang Indo."

"Kelas dua, sama kayak aku. Dan Jauza emang punya darah Prancis," dusta Haura dengan cepat. Dia meletakkan gelasnya di konter dapur dan berniat mengakhiri percakapan malam itu dengan serangan telak, "Dia lumayan populer di sekolah gara-gara pintar, Ma. To be honest, aku temanan sama dia karena pengin belajar bahasa asing."

Mama melipat tangannya di dada dan menarik napas panjang. Ekspresinya berubah lunak saat mendengar jawaban itu, "It's good for you, then. Kalau tujuannya buat belajar, Mama enggak masalah kamu temenan sama siapa pun. Pokoknya jangan sampai pertemanan itu bikin kamu lupa sama kewajiban. Apalagi kalau deketnya sama cowok, salah-salah malah kebablas."

"Kenapa? Mama takut aku pacaran sama Jauza?" Haura tidak repot-repot menyembunyikan kesinisannya saat berkata seperti itu. Kalimatnya barusan sepertinya menohok mamanya, karena dia melihat bibir sang mama berkedut sedikit sebelum menjawab;

"Mama enggak suka kamu terjerumus sama pergaulan bebas."

"Kayak Mama selama ini perhatian aja sama hal-hal kayak gitu."

"Haura," Mama menggertakkan rahang. Wajahnya sedikit mendongak untuk menunjukkan keangkuhan dan determinasi. "Mama ini peduli sama masa depanmu."

"Masa, sih?" Haura berputar dan menghadap mamanya, memasang raut sedingin mungkin sebagai upayanya untuk menyembunyikan remuk di hati. "Mama sering kumpul sama entah-siapa-di-luar-sana dan pulang dalam keadaan mabuk berat, terus jadiin aku sama Mahindra samsak pelampiasan buat marah-marah enggak jelas. Melihat sikap Mama yang kayak gitu, gimana bisa aku percaya kalau Mama peduli sama masa depanku?"

𝐀𝐍𝐆𝐄𝐋'𝐒 𝐂𝐈𝐑𝐂𝐔𝐒 (𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang