"will, gimana?"
"Gue ga yakin Grace, gimana kalo setelah kita keluar akan ada hal aneh lagi yang ternyata nunggu kita disana" jelas William.
"Tapi-"
"Kita bermalam lagi disini"
Mereka masih di rumah itu, pintu masih belum terbuka. Graciella menatap sekeliling, hingga matanya terhenti pada lemari yang masih penuh misteri itu.
Langkah kaki gadis itu berjalan ringan menuju lemari yang tertutup. Melihat itu William juga ikut membuntuti Graciella.
"Will, lo penasaran ga sih sama lemari ini" tanya Graciella.
Mereka berdua bertukar pandangan, berbicara melalui hati, mungkin.
Segera William dan Graciella membuka lemari itu dan...
Tidak ada apa-apa. Hanya lemari tua kosong yang rapuh dan bersarang laba-laba di setiap pojoknya. Oh ada satu benda lagi, sebuah cermin kecil yang bergagang, meski sudah tidak terlalu jelas untuk berkaca setidaknya cermin itu tidak retak. Namun baik William maupun Graciella tidak ada yang berniat menyentuh cermin itu. Ya mungkin karena penampilan cermin yang tidak menarik bagi mereka berdua.
Keduanya masih tak berkata apa-apa, menatap bahkan menelusuri setiap inci detail lemari itu.
"Kosong Will"
"Jangan lupa kita lagi di mana? Di negeri antah berantah" sambung William mengingatkan.
"Udah, tutup lagi kita istirahat aja buat besok atau malah malam ini.." negatif William.
Graciella jadi teringat kembali.
Baru saja Graciella bergerak hendak menutup lemari tersebut, lagi-lagi lemari itu bergerak-gerak membuat kaget Graciella dan William yang sudah saling berpegangan tangan entah sejak kapan.
Pintu lemari terbuka, cermin kecil tadi memancarkan cahaya keabu-abuan. Pandangan keduanya beralih pada barang-barang disekitar yang mulai terlempar tak karuan. William berusaha melindungi dirinya dan juga Graciella. Seolah diserang angin puting beliung, bahkan sofa lapuk juga ikut terangkat.
Perlahan tapi pasti, sesuatu muncul. Menyesakkan rongga dada Graciella.
Tangan putih pucat muncul dari sana hingga menyentuh lantai diikuti bagian bagian tubuh lain yang juga muncul membentuk sosok.
Graciella harap ini mimpi, dia berharap seseorang membangunkan dirinya sekarang. Ibunya atau ayahnya atau malah Freya yang membangunkan dirinya untuk menemani pergi shopping pasti akan Graciella temani.
Senyuman menyeramkan terbit tadi sosok tadi. William menahan dirinya untuk tidak muntah. Bau busuk tercium dari sana. Jangan lupakan dirinya juga baru saja melihat belatung jatuh kala sosok itu menyeringai hingga merobek tulang pipinya.
Lupakan lengan baju William yang sobek, dekil dan compang camping. Dirinya bahkan tak merasa sakit saat kayu-kayu kecil menyentuh kulitnya demi melindungi Graciella.
"Jadi ini tumbal itu" sosok itu berkata.
Graciella dan William tidak bisa bergerak, tubuh mereka terlalu kaku untuk bisa melarikan diri.
"Manusia tamak itu mengirim kalian kesini?"
Perlahan wajah menyeramkan itu berubah menjadi sosok manusia biasa yang tak terlalu menyeramkan untuk keduanya.
"Kalian masih punya pilihan"
Keduanya menyimak masih tanpa bisa bergerak, sosok tadi yang berubah mulai mengitari mereka berdua.
"Menjadi pengikut ku atau mati di tanganku"
Lengan Graciella disentuknya, kemudian tanpa aba-aba lengan itu dia cengkram dan tarik sehingga Graciella tak lagi ada si sisi William. Graciella hanya mampu meringis, apalagi sekarang orang itu, ah ralat makhluk entah apa itu sedang memaksa Graciella untuk menatap wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soop Teror (Holiday Creepy)✔️✔️
HorrorSaran Graciella untuk berlibur dipuncak membuahkan hasil yang tak terduga. Zigot Squad harus terjebak di dimensi lain akibat permainan dari seseorang. Freya tidak tau jika dirinya memiliki sesuatu yang membuat mereka yang tak terlihat bisa takut dan...