17. Love is love

107 9 2
                                    

Terhitung empat hari sejak dirinya tersadar dari tidur panjangnya, William baru saja dipindahkan ke ruang VVIP yang hampir sama seperti dengan teman-temannya, bedanya dia tidak bersama dengan Graciella. Mereka berdua masih menikmati kesendirian mengingat Freya belum kunjung terbangun. Bukan berarti keduanya bermasalah, justru mereka semakin dekat juga. Graciella yang sering berkunjung karena kondisinya yang lebih baik dari William.

Seperti saat ini, Graciella sudah duduk di kursi rodanya yang di dorong oleh Michelle dan Haidar. Kenapa Haidar ada di sana, karena dia ingin saja. Toh sekarang juga jam gantian berjaga. Ada Danny dan Lian disana. Raja memilih tidur di ruang VVIP yang mereka sewa.

"Gue abis nengokin Freya" Graciella berucap.

Graciella memberi tahu William karena William masih belum diperbolehkan bertemu dengan Freya. Apalagi dia sempat kejang setelah tau Freya belum bangun sama seperti dirinya.

Tak ada jawaban dari William. Hanya senyuman kecil yang terlihat dipaksakan yang muncul.

"Gue pengen liat langsung Grace" tutur William lemah.

"Lo pasti segera ketemu dia kok will" Michelle.

"Semoga dia ga ke istana" William.

Terdengar aneh dan sedikit nyelamur, Graciella, Michelle dan Haidar saling pandang.

"Istana?" Haidar. Jujur dirinya mendadak sensitif mendengar hal begini.

"William baru pulih, pasti dia nyelamur, lo tau sendiri kan dia lagi aneh-anehnya" bisik Michelle pada Haidar.

Melihat William begini, hati Graciella tergores. Apalagi kala mengingat William yang mati-matian melindunginya kala itu.

***

Freya menyembulkan kepalanya keatas, tubuhnya basah. Kemudian menatap sekeliling, kehampaan yang dia rasakan. Apa yang dia bayangkan benar terjadi. Dirinya masih di tempat yang sama. William tak lagi disana. Mata Freya bergerak kearah bukit, seketika dia kembali termenung. Disana masih istana yang berdiri, bukan pohon rindang seperti yang William katakan. Sejujurnya bahkan istana itu tidak pernah berubah sejak tadi. Entahlah sebuah ilusi atau apa, yang jelas Freya yakin dirinya masih di bebankan dengan pilihan hidup atau berjalan mengikuti setapak menuju ke istana.

Gadis itu bangkit, mengambil beberapa bunga yang tumbuh disekitar danau. Dan akhirnya duduk di sana untuk menikmati sebentar pemandangan indah itu, ada atau tidak di dunia nyata, Freya berharap kalau ternyata takdirnya adalah bunga Lily maka dia berjanji akan mencari tempat seperti ini didunia nyata.

"Apa yang kamu pikirkan?" Suara tak asing membuat Freya menoleh. Mencari sumber suara hingga akhirnya dirinya melihat orang lain dengan pakaian yang hampir sama seperti dengan dirinya berada di seberang danau sana.

Tubuh yang cantik, sepertinya seumuran dengan ibunya kalau dilihat dari wajahnya yang tak nampak tua. Namun suaranya sangatlah tidak asing ditelinga Freya.

"Siapa kamu?" Tanya Freya tanpa mengeraskan suaranya. Aneh memang, sebrang danau cukup jauh namun sepertinya suara kecilpun dapat terdengar dari keduanya.

Terlihat jelas dia tersenyum kearah Freya.

"Kamu tidak mengenali saya?"

Freya berusaha mengingat. Tapi tidak ada yang dia jumpai dalam ingatannya wajah dari wanita itu.

"Akan saya bantu, saya adalah dia yang kamu lihat tanpa orang lain bisa melihat"

Freya masih tidak faham.

"Saya adalah dia yang menyuruh kamu menusukkan belati kecil ke dadamu, untuk memusnahkan iblis itu"

Mbah Jan?  Itu tidak mungkin, suaranya bukan seperti ini. Ataukan iblis wanita? Itu juga bukan. Arjuna? Sangat tidak mungkin.

Soop Teror (Holiday Creepy)✔️✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang