14. Feeling

65 7 0
                                    

Situasi rumah kediaman Wiro Kartawijaya alias Haidar, sangat tak terkondisikan. Orang tua zigot Squad masih belum terkontrol. Terlebih orang tua dari Joshua, Jeanne, William dan Graciella.

Graha, ayah Raja sedang duduk berdiskusi bersama dengan Abay.

"Siapa itu Arjuna?" Tanya Graha, menatap Abay dan istrinya bergantian.

Tatapan Maya kosong, jelas dia terpukul saat tahu bahwa putri mereka dalam bahaya. Sungguh awalnya tidak ada yang percaya kepada keluarga Kartawijaya, bahkan mengatai mereka berbohong dan halusinasi. Namun setelah kembalinya Biru, Ajeng dan Michelle mereka percaya ditambah lagi tak lama kabar soal tiga serangkai, Danny dan Jennifer yang ada dirumah sakit mereka percaya. Jelas percaya karena korban sendiri yang bercerita.

"Arjuna itu pemilik villa yang jadi tujuan destinasi anak-anak" Abay menjawab.

Dirinya berusaha menenangkan istrinya.

"Dimana dia sekarang?" Wiro bertanya.

Abay menoleh kearah istrinya, jujur saja dia tidak tahu siapa itu Arjuna. Yang dia tahu istrinya yang mengenalkan villa Arjuna kepada anak-anak. Abay menggeleng, berbicara menggunakan bahasa isyarat kepada adik kakak itu tentang kondisi istrinya yang belum bisa diajak kerjasama.

Mita menangis, ibunda dari Jeanne itu tak sanggup menerima keadaan putrinya yang masih belum kembali.

"Maaf pak Abay, tolong bicarakan pada bu Maya, supaya masalah segera terselesaikan, ini juga demi kelangsungan hidup anak-anak kita" Graha bangkit, niatnya memberi ruang untuk keluarga yang masih dalam keadaan berduka.

"Saya nggak tau dimana dia, tapi saya masih bisa mencari dimana dia, tolong bantu Greciella, saya percaya sama kalian Kartawijaya" ucap Maya yang menghentikan langkah Graha.




Dirumah sakit, Jennifer terbaring dengan selang infus yang tertancap di tangannya. Danny tidak ada disana. Orang tua Jennifer, Herman Dzumafo dan Ghania, duduk di sisi ranjang putri mereka.

Ada Raihan juga disana, dia juga diperiksa syukurnya tidak ada yang terluka. Tiga serangkai sudah cerita banyak tentang apa yang terjadi, dari mereka datang sampai mereka pulang tak ada yang terlewat.

Keluarga Kartawijaya melarang untuk melaporkan pada polisi. Jelas, ini bukan kasus yang masuk akal. Terlebih mereka saja tidak tau ada apa sebenarnya yang terjadi hingga begini.

Orang tua Raihan masuk bersama dengan Orang tua Jidan dan Jidan. Sepertinya Lian masih di periksa oleh dokter.

"Ghania, kamu sudah makan?" Tanya Karmila Ibunda Jidan.

Ghania menggeleng.

"Makan dulu nia, biar aku yang jaga Jennifer disini" Karmila.

Sahara mengangguk mengiyakan ucapan Karmila, dia berjalan duduk ke sofa menghampiri putra satu-satunya, Raihan.

"Kita akan jagakan Jennifer, kalian berdua makan dulu ya, kasihan Jennifer kalau tau kalian belum makan" Sahara.

"Terima kasih, kami nitip Jennifer sebentar ya, ayo mah" Herman mengajak istrinya.

Membenarkan ucapan Sahara, Ghania pergi untuk mengisi perutnya. Toh dia juga belum makan sejak mengetahui kabar dari keluarga besar Kartawijaya.

"Mama tinggal dulu ya nak"



"Bagus, kalau begini akan ada banyak pengikutku ahahahahahah hihihihihiiiii" Freya cekikikan.

"Frey, sadar gue mohon Frey" Haidar sedih.

"Percuma! Kamu menangis pun, anak ini akan jadi miliku, raganya, dan jiwanya akan setia berada dibawahku!!!"

"Frey..." Graciella tersadar. Tangannya berusaha menggenggam gadis yang berdiri jauh membelakanginya.

Soop Teror (Holiday Creepy)✔️✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang