13. Dimensi lain

63 7 1
                                    

Haidar dan Freya berjalan bersama masuk kembali kedalam hutan. Pakde Wiryo yang memerintahkan, pasalnya Mbah Jan tak kunjung kembali. Waktu sudah hampir sore, membuat Freya dan Haidar juga terburu-buru mengingat mereka tak memiliki banyak waktu.

"Dar, apa kita bisa ketemu yang lain?" Freya berucap.

"Bismillah, pasti bisa kok" Haidar mempositif kan pertanyaan Freya.

"Semoga mereka ga kenapa-kenapa" Freya.

"Aamiin"

Masih tetap terus melangkah, sebenarnya mereka merasakan sesuatu yang aneh. Perasaan gelisah dan takut bercampur jadi satu. Karena takut membuat tidak nyaman mereka berdua malah saling diam tak mengutarakan isi hati masing-masing. Memilih semakin mendempetkan diri dan genggaman tangan yang semakin mengerat.

Mereka terus berjalan hingga netra mereka menemukan keberadaan Mbah Jan yang sudah berdiri tak jauh dari hadapan mereka. Freya juga penasaran dimana sosok yang terakhir kali dia jumpai itu.

Freya berjalan menuju ke arah Mbah Jan berada yang mana Mbah Jan berdiri membelakangi Freya dan Haidar.

"Lama sekali kalian" Mbah Jan berkata bahkan sebelum keduanya sampai.

Mbah Jan berbalik sambil menggerakkan tangannya seolah seperti menyerang angin. Kemudian terdengar suara teriakan yang bersaut-saut an dari arah belakang Freya dan Haidar. Mereka berdua menoleh, Freya memegang pundak Haidar karena kaget dan takut. Haidar juga sama terkejutnya.

"Kalian diikuti sama mereka, sudah biarkan ayo kita lanjutkan perjalanan" Mbah Jan berjalan membelah Haidar dan Freya. Karena masih takut Freya segera menarik Haidar yang kaget untuk berjalan menyusul Mbah Jan.

Ngomong-ngomong sebenarnya Freya ingin bertanya kemana perginya sosok menyeramkan itu.

"Dia sudah saya musnahkan" Mbah Jan, Freya kaget.

"Loh bisa baca pikiran juga toh nih orang" batin Freya.

"Saya tidak bisa membaca pikiran, dari wajahmu saja sudah terlihat jelas" Mbah Jan menjelaskan.

Freya cengengesan.

Tibalah mereka disuatu tempat yang membuat Freya dan Haidar tak habis pikir. Didepan sana ada puing-puing bangunan. Yang membuat tak habis fikir adalah, jika dilihat bangunan itu dulunya adalah sebuah rumah besar. Itu pasti dilihat dari sisa-sisa bongkahan material yang besar.

Haidar berfikir, siapa yang dulunya menempati rumah itu. Mengingat lokasi rumah itu berada di tengah hutan angker yang dipenuhi makhluk berbagai jenis.

Freya dan Haidar masih menatap aneh puing-puing tanpa atap. Benar-benar runtuh tak berbentuk lagi. Terheran-heran seperti apa bentuk rumah itu sebenarnya.

"Dua teman kalian sudah berhasil keluar, cari dulu mereka" Mbah Jan berjalan menuju ke tempat rumah yang tak lagi berbentuk itu berada.

"Joshua!" Haidar berteriak.

Haidar segera berlari melewati bongkahan beton untuk menghampiri tujuannya. Joshua.

Freya ikut membuntuti Haidar.

Joshua terkapar bersandar di bongkahan besar, dan rupanya Joshua tak sendiri ada Jeanne juga disana yang lokasinya tak jauh dari keberadaan Joshua dengan kondisi yang hampir sama.

Freya melangkah mendekati Jeanne, menepuk pelan pipi Jeanne berharap dia segera bangun dan tak bernasib sama seperti Jennifer.

"Ayo mbah kita bawa ke gubuk dulu" tutur Haidar sudah menggendong Joshua dipunggungnya.

"Tidak ada waktu"

Freya menoleh.

"Kita akan menemui dia sekarang, dua sisanya harus kembali sebelum hari berganti atau mereka berdua akan musnah" Mbah Jan duduk dibongkahan besar.

Soop Teror (Holiday Creepy)✔️✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang