I.

981 73 7
                                    

⚠️DISCLAIMER⚠️

- BXB FANFICTION
- OOC
- Omegaverse
- 18+
- Harshwords
- Bottom Park Hyung Seok
- Semua karakter milik Park Taejoon
- Update suka suka

-_-

Saat ini jam makan siang tapi dia dan beberapa siswa lainnya memilih untuk tetap berada di dalam kelas. Untuk orang yang tersisih sepertinya jelas kantin sekolah tak jauh berbeda dengan neraka, meski dia bisa menghindar kali ini tapi di sana seseorang menggantikan perannya sebagai pesuruh.
Perundungan bukanlah hal baru dan juga bukan sesuatu yang mendapat perhatian serius dari orang dewasa. Meski melapor guru, rasanya seperti menuang segelas air pada kobaran api dan berharap dapat memadamkannya. Walaupun begitu, dia menolak untuk menyerah begitu saja. Dia masih berusaha melawan mereka, karena itu dia membuat seorang berandalan bernama Lee Taesung harus mendapat perawatan medis.

Tapi itu bukan semata-mata karena bertarung dengannya, jika soal kekuatan dia jelas kalah dengan seorang atlet seperti Lee Tae karena satu pukulan dari bajingan itu saja sudah membuat kakinya bergetar hebat, hingga dirinya tak kuat menahan sakit membuatnya sekuat tenaga menerjang badan besar itu saat ada kesempatan. Hal itu membuat rak besi tua yang berada di belakang Lee Tae ambruk menimpa mereka berduadan seketika gelap menyerang kesadarannya.

Dia tak tau apa yang terjadi setelahnya, pihak sekolah mengatakan bahwa penjaga sekolah yang membawa mereka ke klinik. Penjaga sekolah itu juga lah yang pertama kali menemukan mereka setelah mendengar suara ribut dari gudang di samping gedung olahraga. Sudah dua hari sejak kejadian itu, dia masih menanti dengan cemas apa keputusan pihak sekolah soal kejadian ini. Tapi hal yang membuatnya sedikit tenang adalah dia tak lagi melihat kehadiran Lee Taesung atau anak buahnya dan bukan hanya itu, kejadian tempo hari itu membuat siswa lain juga tak berani hanya sekadar menatapnya. Sepertinya rumor buruk tentangnya sedang menjadi pembicaraan terpanas saat ini.

"Hyungseok" Dia menoleh menemukan seorang siswa memanggilnya dari ambang pintu. "Pak Guru Lee memanggilmu ke ruangannya, pamanmu juga ada disana" ucapnya.
Hyungseok bangkit dari kursinya bermaksud menemui wali kelasnya itu, dia mengucapkan terimakasih dengan pelan saat melewati siswa yang masih berdiri di pintu itu.

"Paman, bagaimana?" tanya Hyungseok saat melihat pamannya baru saja keluar dari ruang guru, melihat raut wajah pria tua itu sepertinya keputusan pihak sekolah lebih merugikannya.

"Mereka bilang kamu harus pindah sekolah, aduh bagaimana ini?" ucap paman itu sambil menepuk-nepuk dahinya.

"Kenapa aku yang harus pindah? Dia biang masalahnya kenapa aku yang pergi?! Bukan cuma aku yang diganggu, aku yakin siswa lain juga sering melapor!" Hyungseok protes tak terima.

"Kamu tau kan dia itu atlet yang menyumbang piala untuk sekolah ini, paman dengar dia juga akan ikut olimpiade bulan depan. Anak seperti itu, mana mau sekolah melepasnya"

Mendengar itu Hyungseok hanya bisa mendengus kesal, memang seharusnya dia tak perlu berharap. Tapi sepertinya tidak seburuk itu, setidaknya dia tidak akan bertemu lagi dengan Lee Taesung. Dia bisa memulai lagi di sekolahnya yang baru, mungkin dia harus pergi jauh ke tempat dimana tidak ada orang yang mengenalnya. Melewati koridor dengan pikirannya yang tak mau diam, Hyungseok masih merasakan beberapa siswa yang berbisik sambil mencuri pandang kearahnya.
'Dasar pembawa kayu bakar' rutuknya dalam hati.

"Jangan terlalu dipikirkan Hyungseok, istirahat saja. Nanti aku suruh bibi bawakan makanan"
Hyungseok hanya tersenyum saat pamannya mencoba menghiburnya, semenjak ditinggal ibunya hanya pria itu dan kerabat ayahnya yang menjaganya. Dia berbaring di kasur sambil berpikir apa yang harus dia lakukan sekarang, tiba-tiba sebuah ide terlintas dalam kepalanya.

Hyungseok mengambil ponselnya, mencari nomor seseorang. Dia satu-satunya kerabat dari pihak ibu yang Hyungseok kenal, dia juga lah menampung semua keluh kesah dirinya selama ini. Hyungseok menekan tombol panggilan, namun panggilan itu tak kunjung tersambung. Merasa tak enak hati dia tak lagi mencoba menghubungi, mungkin pria yang tiga tahun lebih tua darinya itu sedang sibuk. Maka Hyungseok hanya mengirim pesan kali ini.

Maaf kak, tolong hubungi aku lagi kalau tidak sibuk
- 15.45


Hyungseok kembali berbaring, kali ini rasa kantuk membuatnya terlelap. Selang satu jam dia terbangun karena ketukan dari pintu kamarnya, bibinya pasti membawakannya makanan.
"Makan dulu, Hyungseok. Pamanmu sudah cerita, maaf ya aku cuma bisa ikut kesal" ucap bibinya itu sambil menata makanan di atas meja dengan bantuan Hyungseok.

"Lukamu sudah sembuh? Tidak berbekas, kan?"
Kedua tangan wanita itu menyentuh wajah Hyungseok, memandangi dan memutar wajahnya ke kanan dan kiri mencari jejak luka yang dia derita.

Hyungseok selalu bersyukur atas apa yang dilakukan kerabatnya itu, meski dia kini sebatang kara mereka tak membiarkannya merasa sendirian dan membantunya semampu mereka. Tapi sekarang dia sendirian dalam artian yang sebenarnya, bibinya sudah pergi dari rumahnya. Dia menyalakan tv agar tak merasa sepi meski sebenarnya dia tak benar-benar menonton tayangan tv tersebut, dirinya sibuk meratapi nasib, memikirkan hal apa yang bisa dia lakukan kini. Getaran ponsel membuyarkan lamunannya, dia melihat layar yang menyala itu.

Maaf kak, tolong hubungi aku lagi kalau tidak sibuk
- 15.45

Udah tidur?
- 21.56

Belum kak
- 21.56

Beberapa detik setelah pesan itu terkirim ponselnya kembali bergetar, bukan pesan tapi kali ini panggilan telepon yang dia terima.
"Ada apa, hm?" suara seorang pria langsung terdengar begitu Hyungseok menerima panggilan telepon.

"Aku ada masalah" jawab Hyungseok dengan ragu, dia sudah memutuskan untuk bercerita pada orang yang dirinya panggil kakak itu tapi saat berbicara langsung seperti ini muncul dalam benaknya rasa tak enak hati, takut jika kakaknya menganggap dirinya merepotkan.

"Udah kubilang kan, kamu tinggal minta kakakmu ini buat hajar mereka" Suara tegas pria itu terdengar.

"Memangnya kakak tau siapa saja yang menggangguku? Walau pun kakak tau mereka siapa juga aku nggak mau begitu" jawab Hyungseok. Setiap dia mengeluh soal dirinya yang dirundung, pria itu selalu menawarkan diri untuk menghabisi para berandal yang mengganggunya. Hyungseok selalu menolaknya selain dia tak ingin merepotkan saudaranya, dia juga tak tahu maksud dari menghabisi oleh kakaknya itu seperti apa.

"Ya. Ya... terserah. Sekarang masalah apa lagi?"
Hyungseok tersenyum saat mendengar nada bicara yang lebih lembut dari sebelumnya.

"Aku diminta pindah dari sekolahku, aku sedih tapi senang juga karena nggak harus ketemu mereka lagi, tapi sedih, tasanya tak adil sekali tapi ah... nggak tau" tawa kecil terdengar dari seberang sana, Hyungseok merengut saat perasaannya ditertawakan oleh pria itu.

"Udah tau mau pindah kemana?" tanya kakaknya itu.

"Belum" jawabnya singkat.

"Kesini, pindah kesini saja Hyungseok. Biar kakak yang urus" ucapan pria itu membuat Hyungseok terkejut.

-_-

Tebak yuk pasangan Hyungseok siapa ya kira-kira?

Bukan cuma cerita ini, kedepannya mungkin aku bakal bikin pairing lain. Kalo tertarik baca aja ya!!
Kasih tau aku kalo kamu suka ceritanya, jadi jangan lupa klik bintangnya ya bestie😘

With Love, Hiro💕

CAROUSELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang