XIV.

679 77 12
                                    

Hyungseok sampai di rumah sore tadi, dia ingin langsung tidur tapi tubuhnya terasa lengket karena keringat. Dia juga merasa pegal karena padatnya kegiatan mereka selama tiga hati pelatihan, belum lagi perjalanan dengan bus selama empat jam.

Dia berharap berendam air hangat dapat mengurangi ketegangan ototnya, setelah itu memang tubuhnya terasa lebih baik tapi sepertinya dia masih butuh istirahat. Dia langsung merebahkan tubuh itu pada kasur yang lama dia tinggalkan, tanpa dia ketahui ternyata dia cukup merindukan kasurnya yang empuk dan lembut ini.

"Hari ini Hyungseok pulang, kan?" ucap Jungoo sambil menyenggol bahu Jonggun.

"Dia udah ada di rumah"
Jawabnya sambil berdecak sebal sebab Jungoo dengan sengaja menyenggolnya yang sedang berusaha menyalakan rokoknya.

"Seongeun aku akan pulang dengan Jonggun, kamu boleh pulang duluan"
Jungoo menggerakkan tangannya seolah menyuruh pria yang sejak tiga hari yang lalu menemaninya mengganggu Jonggun pergi, lain dengan Jonggun yang menatap Jungoo tak suka.

"Pakai mobilmu sendiri"
Jungoo menoleh dan menyeringai padanya.

"Nggak bawa, aku kesini pakai mobil Seongeun"
Jonggun kembali menolak, dia sudah terlalu jenuh melihat wajah pria itu. Tapi Jungoo terus memaksanya dengan alasan sebagai penghuni planet bumi mereka harus mengurangi emisi karbon agar efek rumah kaca bisa berkurang, salah satunya dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Dia terus berceloteh tentang pentingnya kesadaran akan pemanasan global hingga akhirnya Jonggun setuju untuk pulang bersama, meski dia meminta Jungoo yang mengendarainya.

"Sayang~ kakak pulang~"
Jungoo mengatakan itu dengan kencang sesaat setelah dia memasuki apartemennya, dia tersenyum dengan lebar meski dihadiahi pukulan keras di belakang kepalanya oleh Jonggun yang menyusul.

Tak ada jawaban, Jungoo dapat melihat isi rak sepatu mereka yang bertambah disana. Hyungseok memang sudah pulang, tapi Jungoo masih tak menemukan keberadaannya. Biasanya dia akan duduk menonton televisi sambil menunggu mereka pulang, dia masih memakai scent blockernya sehingga pria itu tak bisa menemukannya dengan bantuan feromon.

"Dia mungkin di kamarnya"
Jonggun berkomentar, dengan santai dia berjalan mendahului Jungoo. Dia membawa makanan yang mereka beli di perjalanan tadi, jadi dia langsung menuju dapur mencari peralatan untuk mereka makan.

Jungoo mengetuk pintu kamar Hyungseok sambil memanggil namanya, dia menunggu cukup lama karena dia kira omega itu sedang tidur. Jungoo lalu mengeraskan ketukan tangannya tapi tetap saja tak ada jawaban dari sana. Ingatannya kembali pada kejadian waktu lalu, tanpa pikir panjang dia mencoba membuka pintu itu. Lagi-lagi dia mengucap syukur tapi juga penasaran, apa mungkin selama ini Hyungseok memang tak permah mengunci pintunya.

Dari jauh dia melihat tubuh Hyungseok yang tertutup selimut di atas kasur, omega itu hanya menyisakan pucuk kepalanya yang dapat terlihat dari tempat dimana Jungoo berdiri sekarang. Hatinya lega, Hyungseok memang sedang tidur seperti dugaannya.

Pria itu lalu mendekat bermaksud membangunkan omega itu untuk makan malam, sebab Jungoo tahu Hyungseok pasti belum makan apa pun sejak dia sampai disini. Mereka tak lagi bertukar pesan semenjak pukul lima sore tadi, terakhir omega itu mengeluh lelah dan ingin tidur. Dia menebak Hyungseok belum bangun sejak saat itu, Jungoo mengangguk mengerti mengingat intensitas balasan pesan yang dikirim omega itu yang muncul hanya dalam waktu tertentu menandakan dia sangat sibuk sekali.

Semakin mendekat dia mendengar rintihan lirih dari Hyungseok, merasa aneh dia langsung membangunkan omega itu. Sensasi panas dapat dia rasakan di permukaan kulitnya, Hyungseok demam. Dia pasti kelelahan tapi kenapa suhu tubuhnya sepanas ini. Jungoo melihat Hyungseok yang kesulitan membuka matanya, mulutnya merengek dengan lirih.

Jungoo bersimpuh di lantai mensejajarkan dirinya dengan tinggi ranjang Hyungseok agar dapat mendengar apa yang omega itu katakan dengan jelas. Dia terus mendengar Hyungseok mengatakan bahwa tubuhnya terasa sakit, dengan itu dia merogoh ponsel di kantungnya dan menghubungi seseorang disana.

"Jongguuuun! Park Jonggun!"
Dia ingin memberitahu Jonggun soal kondisi Hyungseok sekarang tapi dia juga tak ingin meninggalkan omega itu. Sambil mengelus lembut kepalanya, Jungoo terus menerus membisikkan kata penenang pada Hyungseok.

"Kenapa?"
Melihat gerak-gerik mereka yang tak biasa, Park Jonggun langsung menghampiri mereka berdua. Dia dapat melihat air mata Hyungseok yang perlahan turun membasahi permukaan bantal disana, tanpa ragu dia menyentuh dahi Hyungseok.

"Aku udah nelpon Park Jinyoung, bentar lagi dia nyampe"
Ucap Jungoo yang melihat perubahan raut wajah dari temannya itu.

Jonggun menggantikannya menenangkan Hyungseok, omega itu masih mengeluh soal sakit yang terasa di seluruh tubuhnya. Beberapa menit berlalu bel apartemen mereka berbunyi, Jungoo bergegas ke luar kamar Hyungseok untuk membukakan pintu.

Begitu sampai, dokter itu langsung diminta memeriksa keadaan Hyungseok. Duduk di tepi ranjang itu dirinya dengan telaten melakukan pemeriksaan, meski sebenarnya dia cukup terintimidasi atas tatapan dari kedua alpha disana. Mereka mengamati semua pergerakannya seolah dia bisa saja menyakiti omega mereka. Jinyoung memaki mereka dalam diam, mereka tak perlu waspada padanya sebab bagaimanapun dia juga menghargai pekerjaannya sebagai dokter.

"Dia cuma kelelahan"
Pria paru baya itu kemudian menyusuri leher Hyungseok sampai ke tengkuknya, dia berusaha melepas scent blocker yang masih omega itu pakai.

"Masalah yang sebenarnya ini"
Feromon omega itu menguar di udara saat Jinyoung berhasil melepas alat yang menahannya, semua alpha disana tertegun. Jungoo dan Jonggun mengenali feromon Hyungseok dengan baik, aroma omega itu membuat mereka merasa berada di tengah kebun bunga. Tapi ada yang aneh dengan aromanya sekarang, feromon itu terasa lebih manis dari biasanya. Mengingatkan mereka dengan teh bunga dan madu, hal itu membuat mereka tersadar, Hyungseok sedang heat.

Dokter itu kemudian menjelaskan pada mereka bahwa tak ada yang perlu mereka khawatirkan, Hyungseok memasuki masa pre-heat dimana demam yang terjadi disebabkan oleh hormon omega yang meningkat dan tubuhnya sedang bersiap. Sayangnya heat pertama omega itu datang disaat tubuhnya dalam kondisi yang kurang baik, dia masih kelelahan karena kegiatan sebelumnya. Tapi sepertinya penjelasan dari Jinyoung sama sekali tak membantu, kedua alpha itu masih menatap khawatir pada omega yang terbaring disana.

"Demamnya akan segera turun. Kalau tidak, kompres saja dengan air dingin. Saya akan memberi obat penghilang rasa sakit tapi minum itu hanya saat sakitnya tidak tertahankan lagi, selain itu biarkan dia pulih dengan sendirinya"
Dokter itu menuliskan resep dengan cepat, dia menyerahkan catatan itu dan diterima oleh keduanya. Sedari tadi dia cukup bingung dengan tingkah mereka berdua, lama mengenal mereka tak biasanya dia diminta memeriksa orang lain selain diri mereka sendiri.

"Kau yakin?" tanya Jonggun pada dokter yang tengah bersiap pergi itu.

"Ya, dia perlu mengenal tubuhnya sendiri"
Dokter itu bangkit dari duduknya, kedua alpha itu mengekor di belakangnya. Mereka memberi ruang pada Hyungseok agar kembali beristirahat, namun sebelum dia itu benar-benar pergi, dokter itu berpesan pada mereka berdua.

"Jangan terlalu kasar padanya, kalian yang lebih dewasa harus mengalah"
Pria itu berhenti melangkahkan kakinya,
"Oh iya, kalian tidak boleh memasukkannya sekaligus! harus gantian! Ini pengalaman pertamanya, kan? Jangan buat anak orang trauma" tegasnya.

Sebagai dokter tentunya dia tahu, omega tadi masih belum tersentuh. Dia dapat merasakan tubuh itu tidak menerimanya, tak peduli selembut apapun dia menyentuh omega itu. Tubuhnya belum bisa membedakan sentuhan mana yang mengancamnya, dia tidak terbiasa atau bisa jadi selama ini omega itu tak pernah merasa aman. Dia jadi sedikit khawatir karena omega itu tinggal dengan orang seperti mereka berdua.

Sepeninggal dokter itu mereka hanya diam berdiri di sana, perkataan dokter itu terputar berulang di kepala mereka. Teringat obat yang harus dia beli, Jonggun menelepon seseorang untuk membelikannya. Dia tidak bisa meninggalkan Jungoo hanya bersama Hyungseok disini, Jonggun sudah dapat menebak isi kepala Jungoo saat ini.

"Jonggun, gimana kalo-"
Belum selesai berbicara, kerah bajunya sudah ditarik kuat oleh pria itu seolah Jonggun tahu apa yang akan dia katakan selanjutnya.

"Nggak usah banyak tingkah! Pesen bubur aja sana!" ucapnya dengan keras di depan wajah pria itu.
Jungoo mendorong tubuhnya menjauh, meski dia terlihat tidak suka tapi pria itu kemudian sibuk dengan ponselnya. Dia sedang mencari rumah makan yang menyediakan bubur dan masih tersedia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CAROUSELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang