"Hyungseok,ya?"
Tiga orang siswa menghampirinya selang beberapa detik setelah bel istirahat berbunyi. Dia tak bisa mengenali mereka dari bau, mungkin karena mereka beta atau mereka memakai scent blocker sepertinya. Dia hanya mengangguk menatap mereka bergantian, yang paling kurus diantara mereka kembali bersuara.
"Kau ini apa?" tanyanya.
"Aku omega" Hyungseok mengalihkan pandangannya sambil menjawab ragu, takut akan reaksi mereka setelah mengetahui bahwa dia seorang omega. Suasana kelas mendadak ricuh, ada yang mengaku kecewa, ada juga yang tak ambil pusing dengan dalih sudah menduga itu semua."Kubilang juga apa! Wajahnya terlalu cantik untuk jadi alpha" seorang siswi berujar pada temannya dan yang lainnya menimpali.
"Tapi aku tak mencium feromonnya, jadi kupikir dia beta" suara mereka dan semua siswa disana terdengar bersahutan."Kamu omega?"
Hyungseok menoleh, siswa yang sedari tadi menyembunyikan wajahnya kini terbangun. Dia mengangguk kikuk, menghindari tatapan laki-laki itu.
"Aku pakai scent blocker, aku janji nggak bakal merepotkan. Apa kamu mau aku pindah?" tanyanya hati-hati. Karena hirarki, beberapa alpha masih memandang rendah yang lainnya tapi teman barunya itu menggelengkan kepalanya.
"Pakai terus, buat kenyamanan bersama" ucapnya acuh lalu kembali menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangannya."Scent blocker ya? Pantas saja! Apa yang ditengkuk?"tanya salah seorang dari tiga siswa yang menghampirinya tadi.
"Be- benar", Hyungseok menengadah membaca name tag siswa bernama Jang Kiseok yang tertempel di seragamnya.
"Uwah orang kaya rupanya, baguslah. Zin sensitif dengan feromon makanya dia selalu duduk dibelakang sendirian" si kurus itu kembali berucap, kini Hyungseok tahu siapa namanya."Eh, aku bukan orang kaya" elaknya.
"Nggak usah malu, kita liat sendiri kok kamu keluar dari mobil bagus tadi"
Pada dasarnya memang dia bukan orang kaya, semuanya itu milik Park Jonggun, saudaranya. Tapi mendengar yang lelaki itu katakan Hyungseok membiarkannya sebab dia juga bingung bagaimana dia harus menjelaskan itu semua, dia takut mereka malah salah paham atau berpikir yang tidak-tidak padanya. Setidaknya mereka harus dekat dengannya dulu agar Hyungseok bisa dengan mudah menceritakan semua kondisinya, dia berharap dirinya bisa melakukan itu. Sekian lama dirundung dan sendirian dia tak berani berharap hanya untuk mendapat teman, dia harus bersyukur atas pandangan kasihan dari orang-orang.Sementara itu Lee Hyundoo, siswa kurus tadi. Sangat yakin bahwa Hyungseok berasal dari keluarga yang berada, itulah mengapa dia ingin menempel padanya sesaat setelah dia mengetahui Hyungseok turun dari sedan hitam berkilau itu tadi pagi. Ditambah lagi anak itu memakai scent blocker dengan teknologi paling mutakhir yang jelas harga satuannya tidak ramah dikantong, masyarakat umum biasanya lebih mengenal scent blocker yang berupa pill minum dan harus diulang penggunaannya. Sementara yang anak itu pakai akan terus berguna selama alat itu masih menempel pada tengkuknya.
Atas dasar keyakinannya bahwa jika seseorang tak ingin diremehkan mereka harus punya kekuatan, baik itu secara finansial atau kekuatan fisik seperti Lee Jinsung. Dia orang kurang beruntung sebab dia tak terlahir dengan keduanya, satu-satunya cara yaitu dengan menempel pada orang seperti Park Hyungseok dan Lee Jinsung. Kedua temannya itu sudah sepaham dengan pemikirannya, mereka sama-sama ingin merasa aman.
Dan disinilah mereka, mencoba mendekat pada sang omega yang terlihat baik hati itu. Meski Hyungseok masih terlihat waspada disekitar mereka tapi setidaknya mereka bisa membawa Hyungseok untuk satu meja dengan mereka di kantin siang ini. Suasananya cukup canggung dengan Zin yang menyibukkan diri mencari perhatian dari Mijin, pujaan hatinya, dan dihadapan mereka ada Park Haneul yang terus menerus memandang Hyungseok hingga membuatnya tak nyaman.
"Hei Park Haneul kenapa wajahmu begitu, sih! Bikin selera makanku ilang aja" ujar Hyundoo.
Gadis itu mencebikkan bibirnya, menggedikkan bahu.
"Eh, dia? Dia masih belum terima kalau Hyungseok itu omega" bukannya Haneul tapi Mijin yang menjawab.
"Ah.. Maaf" tak tahu alasannya tapi Hyungseok merasa tak enak hati membuat gadis itu menggeleng ribut.
"Nggak, nggak papa kok. Maaf ya kalau aku bikin kamu nggak nyaman" ucapnya.
"Bener, lagian itu bukan salahmu, Seok. Memang Park Haneul ini nggak bisa liat yang bening sedikit" Han yang sedari tadi sibuk dengan makanannya kini menunjukkan eksistensinya."Yah... Gimana dong. Hyungseok cakep betul, aku jadi nggak mau keduluan orang lain" ucap gadis beta itu dengan malu-malu.
"Tapi aku kan omega" Hyungseok menimpali.
"Dipikir lagi, kalau itu Hyungseok aku nggak keberatan heheheh... Pokoknya biar aku yang membuahi!" gadis berambut pendek itu bersemangat sekali. Mengerti maksud dari Haneul membuat semburat merah terpoles tipis di pipinya, dia masih tak mengerti mengapa gadis itu bisa mengatakan hal vulgar dengan mudahnya tapi sesosok pria berambut kuning muncul dalam pikirannya, Hyungseok berpikir mungkin mereka akan berteman baik.
"Tolol!!! kamu kan perempuan. Jangan mau dengannya Seok, otak dia kurang sepertinya" Zin mencibir membuat gadis disampinya dengan cepat bereaksi.
"Zin jangan kasar begitu bicaranya"
"Iya, yang pentingkan aku nggak kasar ke kamu" ucapnya gombal.
Semua orang yang mendengar ucapan Zin menatapnya dengan prihatin, usahanya yang kesekian kali untuk mendapatkan hati Mijin terlihat sia-sia. Hyungseok masih tak terbiasa dengan suasananya tapi melihat reaksi orang lain yang dilihatnya, sepertinya ini sudah menjadi kebiasaan dari teman barunya itu. Tapi satu hal yang tak akan pernah bisa membuatnya terbiasa adalah menjadi pusat perhatian, kabar kepindahannya ke sekolah ini rupanya menjadi isu terpanas bagi siswa yang lain. Bodoh kalau dia tidak sadar bahwa sedari awal dia memasuki area kantin banyak mata yang tersorot kearahnya, dia dapat merasakan setiap emosi yang terpancar pada setiap tatapan itu."Kamu lihat itu? Sial, memangnya laki-laki boleh secantik itu?" ujar seorang siswi dari meja lain.
"Mungkin karena dia omega" siswi lainnya menimpali.
"Aku nggak mau bilang begini tapi dia omega laki-laki yang paling cantik yang pernah aku temui" Seorang siswi lainnya bergabung dengan obrolan kedua temannya sambil memperhatikan sekumpulan siswa kelas Fashion di ujung sana.
"Aku setuju soal itu. Gimana menurutmu, Hyun?" tanya siswi itu pada satu-satunya lelaki diantara mereka.
Laki-laki itu tersenyum sampai matanya membentuk bulan sabit, dia menatap dalam ke arah Hyungseok.
"Dia memang cantik tapi rambutnya lebih menarik perhatianku" ucapnya.
Dia kembali memperhatikan Hyungseok, melihat dengan seksama bagaimana helai rambut omega itu tergerak perlahan mengikuti tiap kali anak itu bergerak, hitam legam, berkilau seolah merayu siapa saja untuk menyentuhnya. Lain kali dia akan meminta anak itu untuk menjadi modelnya, setidaknya dia harus menyentuh rambut seperti itu sekali seumur hidup.Berpaling dari kelas Kecantikan, di sisi lain kantin itu kini dipenuhi siswa kelas Arsitektur. Terlihat dari seragam praktek mereka yang terlihat berbeda dengan siswa kelas lainnya tapi sama seperti siswa lain, perhatian mereka langsung tertuju pada si pendatang baru dari kelas Fashion.
"Aku pikir mereka berlebihan tapi dia memang secantik itu" ucap seorang beta disana.
"Jangan ditatap seperti itu Bumjae, nanti dia tidak nyaman" meski berkata seperti itu pada temannya, nyatanya Vasko tidak dapat mengalihkan pandangannya pada omega itu. Hyungseok mungkin mendapat perhatian karena parasnya tapi rupa seperti itu terlihat seperti bencana baginya. Dia menaruh simpati pada Alpha yang akan mendampingi omega itu kelak karena semua orang tampaknya berkeinginan untuk dapat merebut omega itu kapan saja. Omega tetaplah seorang omega, dimatanya Hyungseok sama seperti omega lain yang memerlukan seseorang untuk melindunginya. Orang seperti itu, tak peduli secantik apapun dia, itu takkan cukup untuk membuatnya tertarik.
-_-
Hmmm... Aku ini nulis apa :')
Sebenernya aku belum tau siapa yang bakal jadi pasangannya Hyungseok wkwkwk
Aku habisin draft dulu sebelum ngilang dan update lain kali yang entah kapan itu wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
CAROUSEL
FanfictionHyungseok selalu mengingat nasihat ibunya yang mengatakan bahwa dirinya harus menjaga dan merawat tubuhnya dengan baik sebab di tempat yang jauh itu, belahan jiwanya dapat merasakan sakit yang dia terima. Hyungseok selalu menanti saat dimana dirinya...