III.

579 78 1
                                    

"Aku berterima kasih tapi sepertinya ini tak perlu" ucap Hyungseok sambil menyentuh lehernya canggung. Pagi ini Jungoo menyiapkan sarapan untuknya dan sekarang mereka berdua pergi mengantarnya ke sekolah, banyak orang diluar sana yang sedang menatap ke arah mobil mereka sambil bertanya-tanya orang macam apa yang akan keluar dari sedan mewah itu.
"Ini kan hari pertamamu. cuma hari ini kok. Setelahnya kamu boleh berangkat sendiri" Jungoo berbicara dari kursi kemudi, kini gilirannya untuk menyetir mobil.

"Ya, memangnya kalian nggak pergi kerja?" Hyungseok memandang kearah mereka bergantian meminta jawaban.

"Bolos kerja satu hari nggak bikin aku miskin"
Jonggun berkata dengan raut wajah yang serius, terdengar gumaman kecil Jungoo yang menyetujui ucapan Jonggun tersebut.

Hyungseok tak berkata apa-apa lagi membiarkan kedua pria itu melakukan apa yang mereka mau, sekarang dia hanya fokus pada gerbang sekolah yang tak jauh dari tempat mobil mereka terparkir. Tidak seperti sekolahnya yang dulu, sepertinya sekolah barunya membiarkan siswa berekspresi melalui apa yang mereka pakai. Sebanyak apa yang dia lihat, beberapa siswa bahkan mengecat rambutnya. Hal ini sangat menarik bagi Hyungseok, dia tak sabar untuk masuk ke dalam sana.

Tangan Jonggun menghentikan pergerakannya saat dia merapikan seragamnya bersiap untuk keluar, Hyungseok memandang pria itu dengan tanya.
"Tunggu dulu, pakai ini sebelum pergi" dia melihat sesuatu di tangan pria itu.

"Hmm... Apa itu kak?" tanya Hyungseok.

"Scent blocker" jawabnya singkat. "Kamu tau?" Hyungseok langsung menggeleng sebab itu pertama kalinya dia melihat benda yang berada di tangan saudaranya itu. Jonggun mempersilakannya untuk mengambil dan mengamati benda asing itu dan membaca aturan pakainya.
"Usiamu sekarang 17 tahun, sebentar lagi heat pertamamu pasti datang, feromonmu juga akan lebih kuat dan sulit dikendalikan. Sebelum itu terjadi pakai ini buat jaga-jaga"
Jonggun khawatir, meski dia sudah mengajari Hyungseok teknik dasar beladiri tapi tidak ada yang bisa melawan kehendak naluri. Dia takut hal buruk terjadi pada Hyungseok saat pertahanan dirinya melemah dan menjadi sasaran empuk bagi para alpha lapar diluar sana. Dia sudah berjanji untuk menjaga anak itu dan tak akan membiarkan hal itu terjadi, tidak saat Hyungseok berada dibawah pengawasannya.
"Disini ada perawan, perawan~" Jungoo bersenandung ceria.
Jonggun memutar bola matanya malas mengabaikan tingkah rekannya, fokusnya kembali pada lelaki yang lebih muda darinya itu.
"Sini aku pakaikan"
Mendengar itu Hyungseok membuka jas seragamya, dengan cepat dia melonggarkan dasi dan melepas dua kancing kemejanya menampilkan tengkuknya secara nyata kepada saudaranya. Dia menoleh saat mendengar geraman rendah dari arah kursi depan, Hyungseok melihat Jungoo mencengkeram kuat kemudi mobil.

"Hyungseok, jangan sembarang menunjukkan tengkukmu di depan Alpha seperti itu" ujarnya.
Hyungseok tersentak, dia tak ada maksud lain tapi mendengar ucapan Jungoo membuat pipinya memerah.
"Tapi... Ini kak Jonggun" cicitnya malu.
"Jungoo benar, lain kali hati-hati. Jangan karena disuruh terus kamu nurut gitu aja" Jonggun hendak mengusak rambutnya tapi tertahan oleh tangan Hyungseok karena dia tidak mau rambutnya yang sudah ditata rapi itu berantakan.
Jonggun tetap memakaikannya karena tak ada cermin yang dapat membantunya melihat tengkuknya sendiri saat ini, itulah kenapa tubuhnya menegang saat ujung hidung saudaranya itu menyentuh kulitnya mencari letak pasti dimana dia harus meletakkan alat itu.
"Disini" ucapanya saat pria itu menemukan kelenjar feromon milik Hyungseok, dia akan mengingatnya.

"Tahan sebentar, ini akan sedikit sakit"
Ctak, bunyi alat itu saat jarum kecil menembus jaringan kulitnya. Hyungseok mengerang karena rasa sakit, beruntung rasa sakit itu masih bukan masalah baginya. Alat itu sudah tertempel dan tersambung dengan kelenjar feromonnya, namun Jonggun masih menambah plester luka untuk memastikan alat itu melekat dengan kuat. Setelah selesai Hyungseok langsung merapikan seragamnya, mengecek kembali penampilannya lewat kamera depan ponselnya.

"Setelah heat pertamamu nanti kamu harus pasang inhibitor" Hyungseok mengangguk patuh pada perkataan Jonggun.

"Kalau heat nanti, Hyungseok mau coba sama kakak?" pria berambut kuning itu berkata sambil menaik turunkan alisnya. Hyungseok mengerutkan kedua alisnya dan berseru "IH KAKAK MESUM"
Ucapan Hyungseok itu langsung disambut oleh tawa Jonggun, pria itu terlihat puas pada respon dari adiknya itu.
"Kamu liat sendiri kan dia itu mesum, jangan dekat- dekat dia" ucap Jonggun lalu dibalas decihan keras Jungoo.

"Aku cuma mau melakukannya dengan mate-ku" ucapnya tegas.

"Kuno!" ledek Jungoo.

"Biar!" tak terima dikatai kuno, Hyungseok menjulurkan lidahnya mengejek Jungoo yang dapat melihat tingkahnya lewat cermin dashboard.

"Udah sana keluar, sebentar lagi bel masuk" ucap Jonggun sambil melirik arloji ditangannya.

"Kakak aku pergi dulu, Kak Jungoo terimakasih sudah antar" ucapnya saat sebelum dirinya benar-benar keluar dari mobil itu.

"Jagain dia bakal susah, tenang aja aku bakal bantu"
Jonggun menatap rekannya dengan senyum meremehkan, "Jelas susah, aku juga harus jagain dia dari kamu" Jungoo kembali berdecih mendengar itu.
"Omong-omong, bisa nggak pindah ke depan? Rasanya seperti aku supirmu" ucap Jungoo.

"Cepat, jalan aja" meski tak terima Jungoo tetap menginjak pedal gas meninggalkan lingkungan sekolah baru Hyungseok tanpa tahu ada seseorang yang memperhatikan mereka dari tadi.

"Ayo, Pak guru antar ke kelasmu" ucap wali kelasnya setelah Hyungseok menghadap dan mengecek ulang berkas kepindahannya tadi.
Pintu kelas terbuka, Hyungseok masih mengikuti wali kelasnya dari belakang. Ruang kelas itu terlihat luas dengan hanya terisi kurang dari 30 orang murid disana.
"Lihat kesini sebentar anak-anak! Nah, perkenalkan dirimu" wali kelasnya meminta Hyungseok memperkenalkan diri setelah semua perhatian siswa tertuju padanya.
"Selamat pagi teman-teman, nama saya Park Hyungseok. Saya akan menjadi teman kalian semua mulai sekarang, mohon bantuannya" ucapnya gugup.
"Hyungseok akan menjadi teman sekelas kalian, jangan membuatnya tak nyaman, sekarang kamu cari saja kursi kosong untukmu duduk. Dimana saja, teserahmu" wali kelas itu menepuk pundak Hyungseok mempersilakan dirinya untuk meninggalkan pria itu.

Kursi kosong yang tersisa hanya ada di deretan paling belakang yang diisi hanya oleh seorang laki-laki disana, Hyungseok mendekat kearahnya akan lebih baik jika dia bisa mengenal satu orang dulu begitu pikirnya. Dia duduk disebelah anak lelaki yang sedang menyembunyikan wajahnya dalam lipatan tangan dia atas meja, perlahan dia menepuk pundak siswa itu.
"Halo, Aku Hyungseok. Siapa namamu?" ucapnya saat anak itu mengintip dari celah tangannya.
"Zin, Lee Jinsung. Jangan ajak bicara dulu aku ngantuk" jawabnya acuh.
Mendapat respon yang cukup baik dari pengalaman sebelumnya Hyungseok tersenyum, misi perkenalannya berhasil.
"Kalau begitu,aku duduk disini, ya?"
Hyungseok mendapat gumaman sebagai jawabannya, tak lama setelah itu guru yang bertugas masuk dan mulai mengabsen siswa disana.

-_-

Baru sadar tiap chapternya lebih dari 1000 kata...

CAROUSELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang