IX.

445 66 0
                                    

"HAAAHH!! SIAL, APA-APAAN INI!"
Jungoo mengerang tak suka saat mendapati pegawainya sedang menonton video di jam kerja, lebih tepatnya dia kesal setelah melihat isi video tersebut. Awalnya dia ingin menegur pegawai di perusahaannya yang menggunakan waktu kerja untuk bersantai tapi dia malah menemukan hal lain.
Dia melihat sosok yang dikenalnya dalam video itu, sosok itu sedang menyanyi dengan diselingi rap dari partner duetnya. Park Hyungseok terlihat sangat cantik dan dia juga menyanyi dengan baik, tidak bukan itu masalahnya tapi kenapa dirinya tidak tahu soal ini.

Tak ingin membuang waktu dia langsung bergegas pergi menuju parkiran, dengan terburu-buru dia menyalakan mesin mobilnya. Jungoo sampai tak sadar jika sedari tadi Seongeun mengejarnya dan mengingatkannya soal pertemuan yang harus dia hadiri, mendengar itu dia berteriak pada pria malang itu untuk menggantikannya. Jungoo mengendarai mobilnya seperti sedang kesetanan, meski begitu dia masih punya kesadaran untuk menaati peraturan lalu lintas. Dia tak ingin waktu yang dia punya terbuang untuk berurusan dengan polisi karena pelanggaran yang tak seberapa, Jungoo punya masalah yang lebih penting dari itu. Dia harus segera sampai di kantor Jonggun karena ingin mendengar penjelasan soal video Hyungseok dari pria itu.

Mengabaikan semua sapaan pegawai disana, begitu sampai Jungoo langsung menuju ruang kerja Jonggun yang berada di lantai atas gedung itu. Dia melihat asisten pria itu berada di meja kerjanya, Jungoo mengangguk karena itu pertanda bagus. Jika asistennya berada disini, keberadaan Jonggun juga sudah dapat dipastikan.

Pria itu bangkit dari duduknya saat sadar akan keberadaan Jungoo disana, dia dengan sigap berdiri di depan pintu besar bosnya bersiap menyambut Jungoo.
"Selamat pagi, apa anda kesini untuk bertemu tuan Jonggun?" tanya pria itu.
Junggo menghembuskan napasnya kasar, merasa muak pada formalitas dari pria itu mengingat ini bukan pertama kalinya dia kesini.

"Ya, bisa minggir? Aku ingin menemui bosmu" ucapnya tegas tapi pria itu menggelengkan kepalanya.

"Maaf, Tuan Jonggun bilang dia sedang tidak ingin bertemu siapapun"
Mendengar itu Jungoo semakin kesal, dia memandang remeh pria dengan luka disudut bibirnya itu.
"Minggir!"
Pria itu tak bergeming pada tempatnya membuat kesabaran Jungoo kian menipis. Jungoo dengan cepat melayangkan pukulannya pada wajah pria itu tapi pria itu dapat dengan mudah menangkisnya, seringai tecetak dibibir Jungoo saat pria itu tertipu pada serangan tadi karena serangan yang sebenarnya ada pada tendangan yang datang setelahnya.

Jonggun terkesiap dengan pintu ruang kerjanya yang terbuka dengan tiba-tiba, terlebih dia dapat melihat asistennya yang terkapar disana. Dia menatap malas pria yang masih terbaring itu, dia sudah dapat menebak siapa keparat yang mengganggu waktu sibuknya.
"Manusia tak beradab, nggak tau malu bikin ribut di kantor orang" ucapnya dengan jengah.

"Maafkan saya bos"
Asistennya itu terlihat sangat menyedihkan saat ini, dia tak perlu bertanya ulah siapa itu.

"Kamu bisa istirahat, Gimyung"
Setelah berkata demikian Jonggun bangkit dari duduknya, dia melangkah mendekat pada pria lain yang tengah menyeringai padanya. Dia menatap sinis pada sumber masalahnya pagi ini, sial sekali belum saja matahari bergeser tapi harinya sudah terasa sangat buruk.
"Kalau urusanmu nggak penting, keluar sekarang juga!" titahnya.

Jungoo berdecih mendengar itu, dengan cepat dia membuka ponselnya. Dia mengacungkan benda persegi itu tepat di depan mata Jonggun, video Hyungseok menyanyi terputar dengan volume yang besar.
"BISA JELASKAN PADAKU APA INI?!!"
Suara Jungoo terdengar seperti raungan, entah mengapa dia terlihat kesal sekali. Dia mengatakan itu berkali-kali dengan jarinya yang menunjuk pada wajah Hyungseok di layar kaca.

"Oh, apa pihak sekolah yang mengunggahnya?" Jonggun menyita ponsel itu untuk melihatnya lebih jelas lagi, setelah itu ponsel Jungoo dia tinggalkan tergeletak diatas meja. Dia lalu mengambil ponselnya sendiri untuk membuka aplikasi berisi unggahan video tersebut, dia duduk dengan tenang di sofa yang ada di ruangan itu sambil menonton video Hyungseok. Merasa diabaikan Jungoo melangkah mendekat, dengan sekuat tenaga dia menarik kerah pria seumurannya itu.

"Jawab aku, sialan!" Jungoo berteriak didepan wajah Jonggun.

"Apa yang harus kujelaskan?! Hyungseok menyanyi di festival sekolahnya! Apa videonya kurang jelas? Kau itu bodoh ya?!" jawab Jonggun dengan suara yang tak kalah kencang.

"Bukan, bukan itu! Kenapa nggak ada yang ngasih tau aku!"
Kalau saja dia tahu lebih awal, Jungoo ingin melihat Hyungseok bernyanyi secara langsung. Semakin frustasi, Jungoo menarik-narik kerah Jonggun sampai tubuh pria itu terguncang. Melihat Jungoo yang seperti itu membuat Jonggun semakin ingin mengusilinya.

"Memangnya harus, ya?"

Zin sedang mencari Hyungseok, setelah pelajaran olahraga berakhir batang hidungnya tak juga nampak. Mijin yang khawatir memintanya untuk mencari Hyungseok, meski sambil menggerutu dia tetap pergi atas permintaan perempuan itu. Melewati jajaran ruang kelas dia tak juga menemukan omega itu, dia terus melangkah sambil sesekali bertanya soal keberadaan Hyungseok pada siswa lain. Sampai seseorang mengatakan padanya jika dia melihat Hyungseok sedang bersama Hobin, Zin menggeram khawatir pada omega itu terlebih saat mengingat keduanya punya masalah yang belum terselesaikan.

Zin bergegas menuju tempat sesuai arahan siswa tadi, dia harus segera bertemu Hyungseok sebab dia tak tahu hal apa yang bisa Hobin lakukan padanya. Setengah berlari sambil melihat sekelilingnya dia akhirnya menemukan mereka berdua, terlihat Hyungseok yang bersandar pada tembok dan Jin Hobin sedang memojokkan omega itu. Zin langsung menarik kerah alpha itu agar menjauh dari tubuh Hyungseok, sangat cepat sampai Hyungseok tak bisa berkata apapun saat melihatnya.

"Brengsek! Apa yang kau lakukan?!"
Zin masih menggenggam kuat kerah pria itu, dia menoleh saat Hyungseok mencoba melepas lengan kanannya.
"Zin tenang dulu, Hobin cuma mau minta maaf!"
Zin menatap Hyungseok dengan satu alisnya yang menaik, mencoba mencari kebohongan pada sorot mata omega itu.

"Lepas dulu, ya?" Hyungseok berusaha membujuk Zin agar mau melepaskan Hobin. Cengkeramannya mengendur dan perlahan terlepas saat dia melihat Hyungseok yang bersungguh-sungguh.

"Dengerin Hyungseok! Apa sih, baru datang udah cari ribut aja!"
Zin menatap tajam pada Hobin yang mencibirnya, sementara Hyungseok masih memeluk lengannya untuk menenangkannya.
"Kau itu memang selalu seperti ini ya? Ototmu bekerja lebih cepat dari otakmu, kah? Pantas aja kamu ditinggal matemu" ucap Hobin sambil tersenyum remeh padanya.

"Mijin juga mengabaikanmu, tuh"

Hyungseok menatapnya khawatir, Zin sering mendengar hal yang sama jadi dia masih bisa menahan diri karena sudah terbiasa. Dia tak ingin mendapat masalah hanya karena cibiran remeh seperti itu tapi sayang Hobin tak berhenti disana.

"Orang yang membelimu kemarin juga meninggalkanmu, kan? Orang sepertimu emang kayanya nggak pantes buat siapa pun!"

Perkataannya membuat Hobin harus menerima tinjuan keras pada pipi kanannya, Hyungseok terdiam melihat itu mungkin karena dia pikir Hobin layak mendapatkannya. Tapi saat alpha itu mencoba memukul kembali Hyungseok dengan cepat memeluk tubuh Zin dan menariknya agar dia menjauh dari Hobin, omega itu berusaha dengan keras agar Zin mau menyudahi perkelahian mereka.

Segala usaha Hyungseok masih belum membuahkan hasil, Hobin semakin gencar memprovokasi temannya dan Zin malah semakin jatuh pada provokasi Hobin. Ditengah kejadian itu perutnya berdenyut nyeri, Hyungseok yang semula masih menarik tubuh Zin perlahan melepaskan diri dari alpha itu. Dia kembali merasakan nyeri yang tak asing pada bagian tubuhnya yang lain, sampai tubuhnya ambruk karena nyeri teramat sangat yang dia rasakan di dadanya. Dia merasa sesak sama seperti saat seseorang menendang dadanya dengan keras, belum lagi rasa sakit itu berpindah-pindah membuatnya kewalahan.

"Zin- Ziiinnn"
Dia merintih memanggil temannya yang masih beradu pukulan dengan alpha lain, Hyungseok bersaha menggapai Zin tapi sudah terlambat, kesadarannya perlahan menghilang.

-_-

Aku ga tau wattpad error atau cuma akunku aja yang lagi edan... Draft ceritaku ada yang ilang :') untung ada salinannya

CAROUSELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang