Hari yang semua siswa nantikan telah tiba, festival sekolah yang sudah mereka siapkan dengan baik. Tenda makan dan minum berjejer rapi dan dihias dengan apik, ditambah siswa kelas Vocal and Dance tak ketinggalan pula kelas Practical musik yang bertanggung jawab pada bagian hiburan menambah kemeriahan festival tahun ini. Hyungseok belum pernah melihat festival sekolah semeriah itu, mungkin inilah perbedaan antara sekolah di tengah kota dan daerah. Dia tak menyesal mengikuti saran kakaknya untuk tinggal disini, dia jadi bersemangat saat memikirkan hal apa yang akan dia temui nanti.
Teman-teman Hyungseok sangat antusias megajaknya kesana kemari, mereka juga mencoba makanan yang kelas lain sediakan. Mereka juga berkesempatan menonton acara fashion show dari kakak kelas mereka. Semuanya terasa menyenangkan meski sedikit diwarnai keributan saat Zin yang sedang asyik bercanda harus digered paksa oleh panitia noyeting agar mau bersiap, Hyungseok jadi tak enak hati karena Zin menggantikan tempatnya.
Mijin dan Haneul berusaha keras meyakinkan Hyungseok bahwa Zin akan baik-baik saja, meski kelihatannya tak begitu. Dia dapat melihat dari jauh Zin yang hampir menangis diatas panggung sana, ditambah riuh protes dari siswa lain yang sudah menantikan Hyungseok sejak lama.
Setelah suasananya lebih kondusif acara noyeting dilanjutkan, Hyungseok dapat menebak jika peserta yang diikut sertakan dalam acara ini memang siswa populer dari setiap kelas. Panggung itu diisi oleh nama-nama yang selalu terselip dalam setiap obrolan siswa sekolah ini, dia jadi tahu meski Hyungseok sendiri tidak pernah mengenal mereka secara pribadi selain Zin.
Satu persatu peserta disana sukses terjual, Hyungseok sempat ingin tertawa saat melihat wajah gugup Zin saat gilirannya semakin dekat. Tapi hal yang menjadi perhatian Hyungseok adalah para siswa dan siswi dari berbagai sekolah yang berkumpul di festival ini mau membayar uang dengan jumlah besar hanya untuk kencan delapan jam dengan orang yang mereka sukai, dia heran melihatnya.
Teman sekelasnya bersorak saat giliran Zin sudah tiba, Zin masih berusaha terlihat tegar saat dirinya dengan jelas dikhianati Mijin setelah sebelumnya dia merasa bersyukur tidak harus mengikuti acara menyebalkan ini. Sorot matanya menatap tajam kearah Hyungseok, Hyungseok yang tahu itu langsung memalingkan wajahnya melihat kearah lain.
Sementara itu pelelangan untuk Zin sudah dimulai, dengan harga yang terus menaik dan melebihi peserta sebelumnya. Haneul menjerit tak menyangka temannya yang menyebalkan itu ternyata cukup berharga, hal itu langsung dibantah Mijin yang mengatakan selain soal wajah, Zin juga orang yang memperhatikan penampilannya itulah mengapa dia langsung mengajukan Zin untuk menggantikan Hyungseok.
"300.000 won"
Hyungseok mengalihkan perhatiannya setelah menyimak obrolan kedua temannya tadi, dia merasa aneh saat mendadak semua siswa di sekelilingnya mendadak diam. Hyungseok menatap ke arah dimana semua tatapan siswa lain tertuju, seorang siswi berdiri dengan bangga disana. Dengan aksesori yang berkilau dari ujung kepala sampai ujung kaki, dia tak sanggup menatapnya lebih lama."Ya ampun, dia datang lagi"
Mijin berkata dengan tatapan tak percaya, dia bahkan menutup mulutnya dengan kedua tangannya, Hyungseok kebingungan."Dia siapa?" tanyanya. Mijin menoleh kearahnya, belum sempat menjawab Haneul sudah menimpali dan bergabung dengan obrolan mereka.
"Lara Kim, banyak yang bilang kalau dia memperlakukan orang yang dibelinya seperti budak. Ah... Mungkin itu berlebihan tapi pokoknya dia orang yang menyebalkan. Untung aja bukan Hyungseok yang disana" ucap Haneul sambil memeluk lengan kanan Hyungseok.
Mendengar itu bukannya merasa beruntung Hyungseok malah semakin panik, dia khawatir akan nasib Zin selanjutnya.
"300.000 won, ada lagi?! Atau sudah cukup di 300.000 won?!" pembawa acara berteriak dengan heboh, meski itu tak perlu karena suaranya tetap akan terdengar lewat pengeras suara meski dia bicara dengan sewajarnya tapi suasana lelang ini terlihat lebih panas setelah Lala Kim bergabung, semua orang menanti siapa yang akan bersaing dengannya untuk memenangkan Zin.
"500.000 won"
Suara seorang lelaki terdengar ditengah kerumunan itu, terdengar jauh sampai Hyungseok tak bisa melihat orang seperti apa dia, yang jelas mendengar itu Lala Kim semakin terlihat bersemangat, siapa pun itu Hyungseok tak bisa menunggu tanpa merasa cemas."1 juta won"
Pembawa acara terlihat terkejut, itu adalah penawaran dengan jumlah paling besar sepanjang sejarah acara noyeting SMA Jaewon. Lala Kim terlihat panik, dia masih tak mau mengalah."1,5 juta won!"
Kali ini Zin terlihat terharu, dia sendiri tak menyangka kalau dia akan semahal itu. Dia jadi punya hal yang bisa sombongkan sebagai peserta noyeting termahal disini."2 juta won!"
Penawaran berhenti disana, sebab tak ada lagi yang mampu menawar lebih dari itu. Hyungseok dapat melihat Lala Kim masih berusaha menang dengan menyerahkan harta benda yang dia bawa, jelas itu akan ditolak sebab hasil dari pelelangan ini harus berupa uang karena itu akan langsung disumbangkan.Anehnya setelah acara noyeting itu selesai Zin masih belum bisa menemui orang yang membelinya, padahal semua temannya penasaran setengah mati tentang siapa yang membelinya tadi. Hyungseok memperhatikan teman sebangkunya yang kini memasang wajah masam itu, dia mengerti bahwa susana hati Zin sedang tidak bagus itu terlihat lebih buruk setelah acara noyeting itu selesai, dia penasaran tapi lebih baik jika dia memilih untuk diam.
Jauh dari keramaian, seorang lelaki terlihat menghampiri seorang pria, pria itu memakai setelan jas lengkap khas pekerja kantoran kontras sekali dengan pengunjung festival yang memakai seragam sekolah. Semakin mendekat lelaki itu dapat melihat pantulan dirinya lewat kacamata hitam yang dipakai pria itu.
"Terimakasih sudah mengabari" ucapnya sambil terus melangkah melewati pria itu."Yakin nggak mau ketemu dia?" tanya pria itu.
Langkah lelaki itu terhenti, dia berbalik menatap pria itu dengan heran."Aku nggak punya alasan buat ketemu dia lagi, urus aja omegamu"
Dengan begitu lelaki itu kembali melangkah menjauh, pria itu memperhatikan punggung si lelaki yang perlahan menjauh. Dia mengambil sebatang rokok dan menyelipkan diantara kedua belah bibirnya, percik api pemantik membakar gulungan tembakau itu, dia menghisapnya lalu menghembuskan asapnya ke udara.Jonggun datang kesini setelah mendengar kabar bahwa Hyungseok menjadi peserta noyeting tahun ini. Tapi bukannya Hyungseok, dia malah melihat mate dari orang yang dia kenal disana. Jonggun hanya berniat memberi informasi, tak disangka orang itu langsung datang kemari. Meski dia tak perlu membeli Hyungseok, dia memutuskan menunggu sampai giliran Hyungseok tampil, lagipula dia juga terlanjur datang kesini.
Tapi sepertinya Jonggun tak perlu menunggu terlalu lama, riuh penonton sudah menjadi pertanda. Dia melihat Hyungseok yang naik ke panggung dengan ragu, dia tak sendiri disana. Jonggun langsung tahu bahwa orang itu yang sudah membuat Hyungseok sibuk dan menyita waktu kebersamaan mereka. Dia tak mengenalnya tapi dia tidak menyukai orang itu.
Mengesampingkan itu, matanya kembali tertuju pada Hyungseok yang terlihat bersinar dibawah lampu sorot. Dia tidak tahu siapa yang mendandaninya jelas itu bukan selera Hyungseok dalam berpakaian. Siapa pun itu, dia sudah melakukan pekerjaannya dengan baik. Hyungseok terlihat lebih cantik seolah dia terlahir untuk berada disana, dia merasa bahwa Hyungseok memang layak mendapat perhatian sebesar itu, ia layak dipuja. Hari itu, Jonggun melihat sosok lain dari Hyungseok yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Jonggun tertawa kecil saat melihat Hyungseok yang terang-terangan menunjukkan rasa gugupnya, dia menebak itu bukan masalah bagi semua orang yang menontonnya sebab dia masih mendengar sorak sorai dari orang-orang yang memberi dukungan untuk Hyungseok. Dia terkejut saat Hyungseok melambaikan tangan kearahnya, disela nyanyiannya omega itu tersenyum. Hal itu juga yang membuatnya tak sadar senyumannya sendiri terkembang, dia tak menyangka Hyungseok dapat menemukannya dikerumunan ini.
-_-
Yup segini dulu...
KAMU SEDANG MEMBACA
CAROUSEL
FanficHyungseok selalu mengingat nasihat ibunya yang mengatakan bahwa dirinya harus menjaga dan merawat tubuhnya dengan baik sebab di tempat yang jauh itu, belahan jiwanya dapat merasakan sakit yang dia terima. Hyungseok selalu menanti saat dimana dirinya...