Jungoo yang sedang menunggu sambil menonton siaran olahraga di televisi terkejut saat mendengar suara teriakan dari kamar Hyungseok, dia langsung mengetuk pintu kamar omega itu tapi tak ada jawaban yang diterimanya. Semakin khawatir semakin kencang pula suaranya memanggil nama Hyungseok, Jungoo mencoba membuka pintu itu beruntung pintu kamar Hyungseok tak dikunci.
"Hyungseok, ada apa? Kakak masuk, ya? Hyungseok?"
Masih tak ada jawaban membuat Jungoo merangsek masuk dengan terburu-buru, namun dia tak menemukan siapa pun disana. Suara gemericik air membuatnya mengerti, melangkah mendekat ke arah kamar mandi Jungoo kembali mengetuk pintu sambil memanggil Hyungseok."Kakak, tolong!"
Mendengar itu Jungoo panik, tanpa menunggu dia langsung masuk ke dalam kamar mandi di kamar Hyungseok. Tubuhnya langsung mematung saat menemukan Hyungseok yang bersimpuh sedikit jauh dari shower air yang menyala dengan kepala menunduk dan wajah yang dia tutupi dengan kedua tangannya."Kakak!"
Jungoo menyudahi keterkejutannya saat mendengar rengekan dari Hyungseok, saat mendekat dia bisa merasakan uap panas menguar dari arah shower, dia langsung mengerti ada masalah dengan pemanas air disana."Hyungseok, kamu nggak papa?"
Jungoo bertanya setelah mematikan shower yang bermasalah itu, Hyungseok mengangkat tangannya bermaksud meminta uluran tangan dari pria itu."Mataku perih kak, tolong!"
Menyambut tangan itu Jungoo menuntun Hyungseok menuju wastafel disana, dia juga membantu omega itu membersihkan sisa sampo di rambutnya. Saat itu juga dia melihat ruam kemerahan di punggung Hyungseok, omega itu mulai menjelaskan mengapa dia bisa berada dalam keadaan seperti tadi."Tadi aku aku mau putar keran air buat bilas karena mataku kena kemasukan sampo tapi malah air panas yang keluar. Karena panik aku jadi nggak sengaja ngerusak keran airnya" Jungoo mengangguk, itulah mengapa hanya air panas yang keluar dari sana.
"Apa sakit?"
Jungoo bertanya setelah melihat omega itu bereaksi ketika ujung jarinya mengoleskan salep untuk luka bakar di punggungnya, luka itu terlihat kontras sekali dengan kulit seputih salju milik Hyungseok."Nggak, salepnya dingin" jawabnya.
Dia mengoleskan salep itu dengan sangat lambat, dia terpana melihat Hyungseok yang hanya mengenakan jubah mandi dengan bagian atas yang tersampir sampai lengan, bahu dan setengah punggung sang omega tersaji dengan indah dihadapan pria itu. Dia menawarkan diri untuk membantu Hyungseok mengoleskan salep luka tapi ini bukanlah hal yang dibayangkannya. Sungguh prinsipnya sebagai pria sejati sedang diuji karena dengan polosnya omega itu menunjukkan dirinya yang tanpa pertahanan dihadapannya.Jungoo masih betah memandangi tubuh setengah telanjang Hyungseok, bukan cuma bagian bahu tapi tubuh bagian bawahnya juga banyak terekspos. Kenyataan bahwa omega itu tak memakai apapun dibalik jubah itu mengobrak abrik kewarasan Jungoo. Apalagi dia sudah melihat keseluruhan tubuh Hyungseok di kamar mandi tadi, nalurinya mendorong keinginannya untuk lebih jauh menyentuh sang omega.
Tidak, dia tidak boleh seperti itu, tidak seharusnya dia berpikiran seperti itu pada omega yang bahkan belum mendapatkan heatnya. Terlebih Hyungseok menilai dirinya dengan begitu tinggi, dia bahkan meninggalkan pintu kamarnya tanpa terkunci. Jungoo memang bukan orang baik tapi rasanya dia tak ingin membuat si cantik itu kecewa, dia ingin Hyungseok terus merasa aman tinggal bersama mereka. Pria itu berusaha keras mengenyahkan bayangan vulgar yang memenuhi kepalanya sejak tadi. Dia mendadak merindukan Jonggun, berduaan dengan Hyungseok ternyata bisa sangat berbahaya. Sekelibat ingatannya tentang wajah dan tingkah menyebalkan Jonggun membantu mengembalikan kewarasannya, Jungoo mendesah lega.
"Hyungseok, cepat pakai pakaianmu. Ayo kita pergi, kakak udah lapar"
Ucapnya sambil menaikkan jubah mandi Hyungseok, omega itu tertawa kecil sambil terburu-buru membuka lemari pakaiannya. Keluar dari kamar Hyungseok dia menuju kamarnya sendiri, Jungoo perlu mengganti bajunya yang basah.Malam itu Hyungseok dibawa ke tempat dengan makanan paling enak yang pernah dia rasakan selama ini, dia sampai takut tidak bisa memakan makanan lain setelahnya. Melihat tingkah omega itu Jungoo ikut bahagia, apalagi Hyungseok juga menyukai tempat yang biasa dia kunjungi.
Jungoo sudah lama ingin mengajak Hyungseok pergi bersama, bukan dengan maksud tertentu, hanya saja dia tahu Jonggun tak akan melakukan hal seperti ini tanpa Hyungseok minta. Dia yakin manusia kaku itu tak akan tahu bagaimana remaja normal melewati kesehariannya, Jungoo sendiri paham keberuntungan untuk merasakan itu tidak datang baik pada Jonggun atau dirinya. Tapi Hyungseok berbeda, itulah kenapa dia bersikeras menunjukkan bagaimana cara manusia seusia Hyungseok bersenang-senang. Entah apa yang membuatnya berpikir demikian tetapi untuk sekarang dia hanya bertindak atas dorongan keinginannya saja.
Paginya Jungoo mendapati Park Jonggun datang lalu pria itu buru-buru pergi lagi sebelum Hyungseok terbangun. Jungoo merasa puas, mungkin memang hanya Hyungseok yang bisa membuat bajingan itu terlihat konyol sebegitunya. Dia tersentak saat merasakan tepukan halus dipipinya, Jungoo menunduk, pandangannya beradu dengan sepasang mata bulat yang tengah menatapnya penuh rasa penasaran.
"Kakak kenapa senyum-senyum sendiri begitu? Aku jadi takut"
Jungoo tertawa mendengarnya, lalu dia membelai lembut kepala omega yang sedang serius membuat simpul dasi untuknya, sementara dia sendiri sibuk memandangi wajah Hyungseok.Senyum tak pernah meninggalkan wajah Jungoo bahkan saat sarapan tadi, kali ini giliran Hyungseok yang menyiapkannya. Omega itu memasak dengan sangat baik, Hyungseok sangat terampil dan cekatan saat mengolah bahan masakan. Jungoo terpaku melihat punggung omega itu yang bergerak kesana kemari seperti sedang menari, hal itu membuatnya berpikir mungkin seperti ini jadinya jika dia mempunyai seorang istri. Diam mengamati, dahinya berkerut ketika melihat Hyungseok menyiapkan dua kotak bekal, jelas itu bukan untuk dirinya dan Hyungseok juga tak biasanya membawa bekal.
"Buat siapa?" tanyanya.
"Temanku, Aku minta dia buat bantu aku belajar. karena dia cuma punya waktu di jam istirahat, kita jadi nggak bisa makan dengan benar"
Hyungseok mengecek kembali semua barang yang perlu dia bawa, semenjak pindah dia sibuk mengejar ketertinggalannya tentang materi yang harus dia pelajari. Itulah mengapa dia juga harus bekerja lebih untuk ujian yang akan datang, dia ingin mempertahankan nilai raport yang sudah bagus sebelumnya.Selang dua hari Jonggun sudah kembali, Hyungseok memberinya rentetan pertanyaan soal hal apa yang pria lakukan selama ini sampai tak pulang ke rumah. Bukan bermaksud mencampuri urusan alpha itu tapi Hyungseok jenuh karena terus dibuat khawatir. Jonggun tak keberatan menjelaskan semuanya pada Hyungseok, meski kebanyakan dari ucapannya hanya karangan belaka. Salahkan saja pria berambut kuning itu, Jonggun kembali mengerang saat dirinya dengan mudah dikelabui pria itu.
Tentu ada hal yang lebih mengganggunya sekarang, lama menghindari Hyungseok membuatnya merindukan sang adik tapi yang dia temukan sekarang adiknya malah terlihat lebih dekat dengan pria lain. Sedari tadi dia menatap jengah Hyungseok yang tertawa karena gurauan remeh Jungoo, Jonggun jadi ingin tahu apa yang terjadi pada mereka selama dia tak ada karena seingatnya sampai beberapa hari yang lalu Hyungseok masih terlihat waspada pada alpha berambut kuning itu.-_-
Rejeki Jungoo cuma segitu guys, doain ya biar nambah

KAMU SEDANG MEMBACA
CAROUSEL
Fiksi PenggemarHyungseok selalu mengingat nasihat ibunya yang mengatakan bahwa dirinya harus menjaga dan merawat tubuhnya dengan baik sebab di tempat yang jauh itu, belahan jiwanya dapat merasakan sakit yang dia terima. Hyungseok selalu menanti saat dimana dirinya...