"Hah?!"
Jonggun terkejut saat mendengar perkataan Hyungseok, setelah mendapat kesempatan pria itu mendorong Hyungseok agar mau menceritakan semua yang terjadi selama Jonggun pergi."Maaf aku ngerusak keran airnya, Kak Jungoo bilang kerannya udah dibenerin kok"
"Bukan itu, lukamu nggak parah, kan?" tanyanya dengan penuh kekhawatiran.
Jonggun dapat melihat sorot mata Hyungseok yang berbinar, dia jadi bingung apalagi saat melihat omega itu tiba-tiba memunggunginya."Lukanya udah kering, kakak bisa liat sendiri, kan? Aku nggak papa hehe" ucap Hyungseok sambil menyingkap ujung kaosnya menampilkan punggungnya yang terluka pada alpha itu.
Jonggun menahan napasnya, dia tak menyangka Hyungseok akan melakukan hal itu, padahal dia bisa menjelaskannya pada Jonggun lewat perkataan. Dia sudah tak peduli pada luka dipunggung omega itu, sejak awal fokusnya sudah tertuju pada pinggang ramping nan elok milik Hyungseok. Omega itu mengatakan bahwa Jungoo membantu mengobati luka di punggungnya yang berarti pria itu sudah melihat apa yang dia lihat sekarang. Jonggun menggeram tak terima, dia paham dengan baik tabiat busuk dari rekan kerjanya itu.
"Hyungseok, kakak udah bilang buat jauh-jauh dari Jungoo, kan?"
Hyungseok berhenti berbicara, dia berbalik dan menatap kakaknya bingung. Dia tentu tahu kakaknya bukan sekali dua kali mengatakan itu, Hyungseok pikir Jonggun tak pernah serius soal itu sebelumnya."Hmm... Kenapa kak?" tanyanya.
Hyungseok dapat melihat pria itu mencebikkan bibirnya kesal, dia semakin bingung dengan apa yang sedang terjadi."Nggak, cuma jangan mudah percaya sama orang yang kamu baru kenal"
Jonggun berkata sambil membantu Hyungseok merapikan kaosnya yang belum menutup tubuhnya dengan baik, dia masih merasakan tatapan Hyungseok yang masih betah tertuju kepadanya."Aneh, kalo akhirnya kakak bilang begitu kenapa kakak biarin dia tinggal disini? Kakak kan lebih kenal kak Jungoo daripada aku. Kalo kakak aja nggak bisa percaya dia, kenapa kita tinggal bersama?"
Jonggun sedikit terkejut, awalnya dia kira Hyungseok akan menurut dengan mudah. Tapi yang dikatakan Hyungseok tak sepenuhnya salah, memang dia yang membiarkan Jungoo berada disekitar mereka.Dia juga pernah menganggap bahwa pria itu dapat dia percayai, tidak sampai Jungoo menunjukkan ketertarikannya pada Hyungseok. Jonggun kira Jungoo hanya penasaran soal hubungannya dengan Hyungseok mengingat pria itu sering mencari alasan untuk mengganggunya tapi tampaknya ketertarikan Jungoo lebih dari itu. Karenanya dia memutuskan bahwa mulai sekarang dia tak bisa meninggalkan mereka berdua.
"Ya karena aku lebih kenal dia makanya aku bilang kamu nggak usah terlalu deket sama dia" ucapnya dengan tegas.
Hyungseok masih menatapnya dengan kebingungan, tak ada pembicaraan yang terdengar dalam beberapa menit. Keduanya memilih mengalihkan pandangan mereka pada tayangan televisi yang terabaikan sejak tadi, mereka pernah berdebat lebih hebat daripada ini tapi itu tak pernah mereka lakukan secara bertatap muka seperti tadi. Kecanggungan setelahnya terasa sekali, Hyungseok sesekali melirik ke arah Jonggun untuk mengintip raut wajah pria itu.
"Kak" panggilnya, mata mereka kembali beradu saat Hyungseok memanggil pria yang lebih tua itu.
"Sebelum punya kakak, aku pernah ngelewatin semuanya sendirian. Jadi tolong jangan pernah berpikir kalo aku nggak bisa jaga diri aku sendiri"
"Bukan begitu, aku cuma khawatir"
Jonggun melihat senyuman omega itu merekah, dia yang sempat mengira omega itu marah mendadak merasa lega."Aku mau pergi ke perpustakaan sama teman" ucapnya tapi sebelum dia pergi dari sana, Hyungseok memeluk Jonggun dengan wajah yang dia benamkan di dada pria itu. Meski sempat terkejut, Jonggun membawa kedua tangannya merengkuh lebih dekat tubuh Hyungseok, dia juga merasakan Hyungseok yang merapatkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAROUSEL
FanfictionHyungseok selalu mengingat nasihat ibunya yang mengatakan bahwa dirinya harus menjaga dan merawat tubuhnya dengan baik sebab di tempat yang jauh itu, belahan jiwanya dapat merasakan sakit yang dia terima. Hyungseok selalu menanti saat dimana dirinya...