V.

529 68 4
                                    

Semua berjalan dengan baik selama seminggu ini, Hyungseok berharap seterusnya akan begitu. Tapi harapannya pupus setelah dia mendengar suara shutter kamera, tubuhnya membeku dia tak bisa menutupi kegelisahannya. Dia punya pengalaman tak mengenakkan di masa lalu saat seseorang mengambil fotonya dan menggunakannya untuk hal yang kurang baik, dia memutar tubuhnya menemukan seorang siswa bersamanya dalam toilet itu. Dia tak terlihat memegang ponsel, namun dia berdiri dengan kikuk mengundang rasa curiga. Hyungseok melangkah mendekat membuat seorang siswa itu beringsut menjauh, dengan sigap Hyungseok menangkap tangan siswa itu sebelum dia benar-benar pergi.

"Maaf, tapi aku ingin memastikan sesuatu. Apa kamu tadi mengambil fotoku?" tanyanya menyelidik.

"Kenapa juga aku ngelakuin itu?! Kamu terlalu percaya diri" ucapnya. Hyungseok mungkin akan tak enak hati saat mendengarnya tapi tidak saat siswa itu tak berani memandang wajahnya dan cenderung menghindar saat mata mereka bertatapan, Hyungseok semakin curiga.

"Kalau begitu, boleh aku lihat hpmu?" pintanya, jika siswa itu tak bersalah nanti, Hyungseok akan meminta maaf padanya. Tentu setelah dia memastikan sendiri kalau dugaannya salah tapi siswa itu menolak dan berusaha melepaskan dirinya dari cengkeraman Hyungseok.

Hyungseok menunduk berusaha membaca name tag siswa tersebut, disana tercetak 'Pyeon Deokhwa". Dia tak pernah melihat wajah siswa itu sebelumnya, jelas dia bukan siswa kelas Fashion sepertinya atau mungkin dia seniornya. Hyungseok tak tahu, yang pasti dia harus menyelesaikan masalah ini secepatnya.
"Deokhwa, kalau kamu nggak ngelakuin itu jangan takut. Sebentar aja, aku mau lihat hpmu" ucap Hyungseok dengan sedikit memohon, meski Deokhwa masih tak bergeming.

"Mau pup aja susah. Ribut banget aku jadi nggak bisa konsentrasi"
Seorang siswa keluar dari salah satu bilik toilet, dia mendekat,  mengambil posisi dibelakang Deokhwa dan terlihat memegang sesuatu disana.

"Deokhwa jangan begitu, ngambil foto orang diam-diam bisa kena tuntut loh" ujarnya, dia menarik paksa tangan Deokhwa yang lain memaksa jari telunjuknya untuk menyentuh ponselnya yang sudah berada ditangan orang lain. Hyungseok terpaku melihat siswa itu membantunya memeriksa ponsel milik Deokhwa, tak lama siswa itu menunjukkan fotonya yang terpampang dilayar ponsel itu.

Dengan cepat dia merebut ponsel itu, menggeser layar dan menemukan beberapa fotonya dalam sudut pengambilan gambar yang berbeda.
"Aku hapus, ini nggak ada salinan kan?" tanyanya dengan suara yang tegas, matanya menatap tajam Deokhwa yang tengah menggeleng lemah disana.

"Kamu nggak kirim ke siapa pun?" tanyanya lagi, Deokhwa kembali menggelengkan kepalanya. Hyungseok kembali memastikan semua fotonya terhapus sempurna dan tak ada salinan dalam aplikasi lain sebelum mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya.

"Kali ini aku bakal maafin. Cuma sekali ini aja, jadi jangan diulangi!"
Hyungseok memutuskan untuk mengawasinya sementara waktu, sampai dia tahu dengan pasti Deokhwa tidak akan melakukan hal serupa padanya atau hal kurang mengenakkan lainnya. Setelah Hyungseok berucap begitu, Deokhwa dengan buru-buru keluar dari sana.

"Pyeon Deokhwa, kelas Dance and Vocal tahun pertama. Kalau dia cari masalah lagi kamu harus tau dia ada dimana" ucap siswa yang sudah membantunya tadi, setelah semuanya selesai Hyungseok dapat dengan jelas memperhatikan siswa itu. Dia lebih tinggi dari Hyungseok, ototnya menghias tubuhnya dengan apik walau tak seheboh otot tubuh milik Jonggun. Namun bukan itu yang menjadi fokusnya, telinga yang lebar itu membuat Hyungseok tak bisa mengalihkan perhatiannya.

"Itu, ehmmm...yang tadi terimakasih ya"
Siswa itu memandang lekat wajah Hyungseok, dia yang dipandangi sebegitunya merasa malu. Tak ada kesan intimidasi dalam tatapan siswa itu tapi Hyungseok tak tahu harus berbuat apa.

"Park Bumjae, kelas Arsitektur tahun pertama sama sepertimu. Panggil aja Bumjae" siswa itu mengulurkan tangannya. Hyungseok tersenyum padanya dan meraih uluran tangan siswa itu. "Park Hyungseok, kelas Fashion. Sekali lagi terimakasih, Bumjae"

"Ya, hati-hati"
Jawabnya singkat sebelum kembali masuk ke dalam bilik toilet tempat dia keluar tadi, saat itu Hyungseok menyadari bahwa orang itu belum mencuci tangannya.

Dalam perjalanan kembali ke kelas Hyungseok mendengar suara ribut dari arah tangga menuju ke atas, dia tak ingin tahu tapi dia mendadak khawatir setelah mendengar suara pukulan. Tak ingin ikut campur tapi dia ingin memastikan bahwa tindakan mereka tak melewati batas. Keputusannya untuk berhenti dan menguping membuatnya mengerti bahwa seseorang sudah memaksa Deokhwa untuk mengambil fotonya di toilet tadi, awalnya dia akan melabrak mereka saat itu juga tapi bel pertanda bergantinya jam pelajaran berbunyi, dia harus bergegas kembali ke kelasnya. Karena dia tak bisa melihat wajah orang itu maka dia akan berusaha mengingat suaranya.

Bel tanda berakhirnya pelajaran hari itu sudah berbunyi tapi ketua kelas menahan kepergian mereka. Rupanya mereka harus mendiskusikan apa yang akan mereka lakukan di festival nanti, menurut undian antar jurusan kelas mereka mendapat bagian untuk menyediakan makanan. Sebab kelas Baking pasti akan menyediakan makanan, maka kelas Fashion yang akan bertanggung jawab pada minuman. Setelah masalah itu menemukan sepakat mereka beralih ke masalah lain, yaitu noyeting atau lelang pacar. Dimana peserta akan dilelang dan dibeli dengan harga tertinggi untuk diajak kencan selama 8 jam.

Ada tiga kandidat peserta noyeting termasuk Hyungseok dan kini mereka sedang mengadakan voting untuk memilih diantara ketiga siswa tersebut. Hyungseok mendapat suara terbanyak dengan alasan bahwa omega biasanya ditawar dengan harga tinggi diantara yang lainnya. Dia tak bisa berkutik, meski dua kandidat lain dengan wajah tak kalah meyakinkan yaitu Jay dan Zin, keduanya adalah seorang Alpha. Dia menurut saja, apalagi setelah tahu kalau uang hasil noyeting akan didonasikan.

Satu hal yang tidak mereka ketahui adalah, perjalanan ketua kelas terhenti saat dia akan menyerahkan hasil diskusi kepada wali kelas mereka. Dua orang siswi yang dia kenal membawanya dengan paksa ke dalam ruang kelas lain yang sudah kosong, dia terlihat kebingungan.

"Ketua kelas tolong ganti peserta noyetingnya!" ucap salah satu siswi tersebut.

"Loh kenapa? Kita kan sudah sepakat tadi"
Ketua kelas mencoba mempertahankan wibawanya sebagai pemimpin mereka, terlebih kesepakatan sudah diterima dengan baik oleh anggota kelas mereka.

"Terlalu beresiko untuk Hyungseok. Meski nilai jualnya tinggi, kita nggak tau dia bakal dibawa pergi kemana aja" siswi yang lain mengungkapkan pendapatnya.

"Tapi kalau begitu siapa yang gantiin Hyungseok?" tanya ketua kelas pada mereka.

"Zin, suara dia peringkat kedua kan? Jadi dia saja!" usul mereka.

"Tapi...dia belum tentu mau, kalo dia ngamuk gimana?" jawab Ketua kelas dengan ragu.

"Gampang, biar aku yang bujuk dia" kedua siswi itu masih mencoba meyakinkan.

"Sekarang cepat ganti namanya, Mijin sudah mau bertanggung jawab"

"Iya... Iya, kamu juga harus bertanggung jawab ya Haneul. Hyungseok itu sedang naik daun jadi pasti banyak yang nggak terima kalau dia diganti" ucap Ketua kelas itu seraya menuruti kemauan mereka menghapus nama Hyungseok dan menggantinya dengan Jinsung.

"Kalau begitu bilang aja kalau perwakilan kelas kita rahasia, biar mereka menebak sendiri siapa yang akan maju" Mijin kembali memberi usul.
Ketua kelas terdiam memikirkan perkataan perempuan itu, ide yang cukup bagus karena siswa kelas mereka pasti sudah menyebar rumor soal Hyungseok yang akan mengikuti noyeting dan akan lebih mudah jika mereka tahu hal itu. Dengan merahasiakan Hyungseok yang sudah diganti, itu tidak akan mengurangi antusias mereka pada noyeting kali ini.

CAROUSELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang