- # 09.

139 109 227
                                    

( : heyoo! back lg sm aku. Maaf deh kalo upnya lama, soalnya aku punya target tersendiri. Btw happy 1k readers for Déjàvu! Sebelum baca, pastikan kamu sudah vote yya. Oke happy reading! : )

◇◆◇

Setelah keluar dari coffee, Dejja tidak langsung pulang kerumahnya. Ia kini tengah berada di halte, bukan untuk menunggu bus melainkan hanya ingin duduk sembari melihat suasana jalanan sore itu.

Di seberang jalan, dari toko baju dengan pintu kaca dan semuanya kaca. ia melihat dua anak remaja, lelaki dan perempuan. Remaja lelaki itu umurnya mungkin sekitar 16 tahun? dan remaja perempuan itu mungkin sekitar 13 tahun? Mereka tengah asyik belanja dan mencocokkan baju. Tentu saja didampingi kedua orang tua mereka. Lagi-lagi senyum tipis Dejja muncul saat melihat mereka.

'keluarga cemara ya? haha lucu. sialan, coba keluarga gue kayak gitu juga' Batin Dejja.

Argh sudahlah. Keluarga itu sudah berhasil membuat Dejja iri. Lalu, Dejja meninggalkan halte dan segera pulang kerumahnya.

◇◆◇

Dejja adalah anak orang berada. Papanya—Dimas adalah seorang CEO di perusahaan ternama. Mamanya—Dinar adalah pemilik butik yang sangat terkenal. Dan Dejja juga mempunyai adik yang tengah duduk dibangku kelas 2 Sekolah menengah pertama. Dimas, Dinar, Dejja dan Della. Kalau dilihat dari namanya mereka adalah keluarga yang kompak, serasi dan selaras ya. TAPI TIDAK UNTUK DEJJA.

Awalnya Dejja sangat disayangi, dicintai dan dimanja oleh kedua orangtuanya. Namun itu tidak berlangsung lama. Semenjak Dejja duduk dibangku kelas 5 Sekolah Dasar, tiba-tiba saja kedua orangtuanya tidak menganggapnya lagi. Entah apa alasannya.

Ratusan bahkan ribuan kali Dejja mencoba mengajak Dimas maupun Dinar berbicara, namun tetap saja tidak ada jawaban yang ada malah di diamkan. Dejja benar sudah lelah dengan hal itu. Lalu ia berpikir untuk menjadi pintar.

Dejja yang semulanya anak yang nakal, berubah menjadi anak yang pintar supaya dilirik oleh kedua orangtuanya. Sudah banyak piala dan medali yang ia dapatkan, namun tetap saja mereka tidak menganggap Dejja.

Sifat itu membuat pandangan Dejja terhadap dunia berubah. ia sangat membenci orang-orang disekitarnya, termasuk kedua orangtuanya. Kecuali Della dengan pak mamat—satpam dirumahnya dan bik inuy—pembantu dirumahnya serta guru-guru yang memujinya.

Namun ia tidak membenci orang-orang disekitarnya secara terang-terangan. Membenci ala Dejja cukup dengan senyum palsu dan berlaku baik didepan orang-orang.

Semenjak SMP dan SMA Dejja menjadi siswa populer, terganteng dan terpintar disekolahnya. Bukannya senang ia malah risih jika dirinya dikenal oleh banyak orang. Apalagi ia harus membalas sapaan orang-orang disekitarnya dengan senyuman. Huh, ia sangat malas melakukannya.

Justru dengan itu ia dijuluki dengan siswa ramah disekolahnya, dan berhasil mendapatkan pujian. Ada juga beberapa guru yang bangga dengan sifat Dejja. Selagi mendapatkan pujian, Dejja akan melakukan apapun.

Jika kalian beranggapan bahwa Dejja adalah orang yang haus pujian. YA KALIAN BENAR.

◇◆◇

<< FLASHBACK ON

"Mama Dejja belum makan loh" anak lelaki itu berucap supaya mendapatkan perhatian dari mamanya, tapi tidak ada jawaban dari mamanya.

Déjàvu : Dejja - AvuzellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang