Races and secrets
°°°
“Bagaimana Bisa?!”
Suasana kian memanas saat Marcell berucap bernada tanya dengan suara rendah. Semuanya menunduk tak berani menatap Marcell, sedangkan Jefri menatap ke arah lain, asalkan tak bertemu manik dengan Milik sang Abang.
Setelah jam kuliahnya selesai pukul setengah tiga sore tadi, Marcell mendapatkan kabar dari Hega untuk kumpul segera di markas. Awalnya Marcell abai sebab ia berniat Nongkrong di cafe dekat kampus sejenak, Namun kabar berikutnya dengan Hega membawa nama Renjun pun membuatnya bergerak dengan cepat dari kampus menuju markas.
Sesampainya di sana, Semua sudah berkumpul, Terutama Chandra yang saat itu baru kembali dari Pontianak, Tertinggal Jendral yang masih berada di luar negeri dan membutuhkan waktu untuk sampai ke tanah air.
Ketika Marcell tiba, keadaan sudah kacau, Jefri dan Chandra saling memukul satu sama lain tak berniat untuk menyerah, Hega berusaha menengahi mereka sedangkan Juan hanya duduk di sudut ruangan terlarut dalam pemikirannya.
Mau tidak mau, Marcell turun tangan menengahi keduanya. Chandra sempat memberontak, Berniat kembali menghajar Jefri yang juga menatapnya bengis.
“Lo masih nanya “Bagaimana Bisa” Bang?! Adek Bangsat Lo yang Mulai!” Semprot Chandra menunjuk Jefri yang duduk di samping Hega dengan Tangan kiri memegang Es batu. Jefri mendengus, Menoleh ke sisi kanan dan menatap jendela yang memperlihatkan Langit Abu.
“Sejak Kapan? Semalam?”
Pertanyaan yang Marcell maksud adalah Renjun. Hega menjelaskan semuanya tadi Dan di dengarkan dengan baik oleh Marcell, terutama tentang Juan yang memukul Renjun saat masuk ke kelas mereka tadi. Tak ada yang terpotong atau di lebihkan, Hega menjelaskan semuanya dengan baik.
“Renjun Udah mentato Lambang ANTAKA Di atas dada nya tadi. Itu artinya... Dia serius” Lirih Hega di akhir. Kedua tangannya saling meremat melampiaskan rasa gundah dan perasaan khawatir yang singgah.
“Bisa jadi dia hanya menjadikan ANTAKA umpan buat kita nyesal karena udah memperlakukan dia seenaknya disini!” Gumam Marcell yang membuat Juan mendengus.
“Semuanya berubah semenjak Renjun sadar dari komanya. Itu salah kalian—” Juan berdiri, Menatap satu persatu Petinggi Zairenth yang juga menatapnya Datar.
Menolehkan pandangan ke arah tembok, dimana di sana tertancap sebuah bingkai foto berukuran sedang, Foto yang mereka ambil beberapa tahun lalu, Foto yang memperlihatkan kebahagiaan dan tawa di antara mereka, Saat Jendral masih ada. Maniknya terhenti saat di gambar Renjun, Pria manis itu terlihat cantik dengan Surai hitam legam lumayan panjang tersenyum manis memperlihatkan gigi ginsul yang menyembul malu-malu.
Di sampingnya adalah dirinya, Yang tanpa sadar Juan merangkul pinggang dan memeluk Renjun dari belakang. Tawa mereka terlihat begitu tulus tak terlihat bahwa ada yang berkhianat.
“—we are all traitors. you realize that?” Sambungnya seraya melangkah mendekat ke arah bingkai foto. Yang lain terdiam, memperhatikan Juan yang mendekati Foto mereka bersama.
Bibir Juan tergetar, Tangan kanan itu terangkat dengan perlahan hingga jemari nya menyentuh Foto Renjun, dengan gerakan pelan penuh kelembutan seakan-akan Yang Juan pegang memanglah Renjun yang sebenarnya, Takut tersakiti melalui gerakannya dan mengelus Gambar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Zairenth || RENJUN HAREM✓
Fanfiction[SUDAH TERBIT DI HIFUMI PUBLISHER] BEBERAPA PART TELAH DI HAPUS. END Raihan, Pria dewasa berusia tiga puluh tahun itu terjebak di dalam tubuh remaja laki-laki yang mempunyai wajah manis dan bersifat ramah nan lembut. berbeda dengan dirinya yang din...