-Happy reading-
Ruangan itu kotor, berdebu, engap, barang-barang yang ada di sana berantakan, juga terlihat sedikit menyeramkan, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Di bagian pojok ruangan itu terdapat gadis kecil yang tengah merintih kesakitan sambil memegangi perutnya. Sudah dua hari lamanya ia dikurung di ruangan ini, tanpa diberi makan oleh ibunya.
Penampilannya acak-acakan, rambut yang kusut, pakaian yang sudah kotor, pipi yang lebam karena tamparan bertubi-tubi yang ibunya layangkan padanya, serta kantong mata yang menghitam karena kurang tidur.
"Shhh perut Zella sakit," rintih gadis itu sambil memegangi perutnya. Ia Grazella Vallerie Abiegatha, biasa dipanggil Zella. Sosok pendiam dan tidak suka keramaian.
"MAH! BUKAIN PINTUNYA MAH, ZELLA JANJI BAKAL LEBIH RAJIN BELAJAR!" teriak gadis itu dengan sisa tenaganya.
"MAH! ZELLA LAPER. PERUT ZELLA JUGA SAKIT," lanjut gadis itu.
"MAH!"
Beberapa hari lalu gadis itu kembali mendapatkan nilai yang menurut ibunya jelek hingga ia harus dihukum, dan dikurung di tempat yang sangat tak layak untuk ditempati ini.
Tak berselang lama pintu terbuka menampakkan wanita paruh baya yang tengah menatap gadis itu tajam, nama wanita itu Lana. Ditangan kanan wanita itu terdapat ikat pinggang yang bisa kapan saja bisa mengenai anaknya.
Wanita itu berjalan ke arah gadis kecil yang saat itu tengah menatapnya ketakutan. Badannya bergetar hebat, menanti apa yang akan ibunya lakukan padanya.
"Kenapa kamu teriak-teriak, laper? Sakit perut?" tanya sang ibu beruntun.
"Zella sakit mah," Lirih gadis itu.
CTAR!
Ikat pinggang itu dengan sangat keras menghantam punggung Zella. Rasa panas juga sakit menjalar dibagian punggungnya. Sebisa mungkin gadis itu tidak mengeluarkan ringisan 'nya, kalau tidak ibunya akan lebih menyiksanya lagi dan lagi.
"Sakit kamu bilang? tidak usah lebay, kamu sudah besar."
"Manja!" Sindir wanita itu.
"Tapi mah. Zella beneran sakit," bantah gadis itu menatap sendu sang ibu.
"Makanya jadi anak jangan tolol, KENAPA NILAI KAMU BISA KECIL?!" bentak wanita itu mencengkram dagu sang anak.
Kuku-kuku wanita itu itu seakan menembus kulit Zella. Lalu dengan kasar ia menghempaskan dagu Zella, hingga menoleh kesamping. Bahkan bekas cengkeramnya tercetak jelas di dagu sang anak.
"Tapi mah, nilai sembilan delapan bukan nilai yang kecil!" bela zella pada dirinya sendiri.
"ITU BAGI KAMU!" Teriak wanita itu keras.
"TAPI ZELLA JUGA CAPE MAH, HIDUP ZELLA BUKAN CUMA TENTANG NILAI. ZELLA MATI-MATIAN BELAJAR TAPI APA? MAMA SAMA SEKALI NGGAK NGEHARGAIN USAHA ZELLA!" ungkap Zella mengeluarkan unek-uneknya yang selama ini ia pendam. Bahkan sampai-sampai gadis itu bangkit dari posisi duduknya untuk menyamai posisinya dengan sang ibu, walau masih menahan rasa sakit yang dipendam.
"Berani kamu?!" desis wanita itu.
Tak!
Wanita itu menendang sang anak dengan sekuat tenaga yang ia punya, hingga Zella tersungkur dilantai karena tak mampu menjaga keseimbangan tubuhnya. Tak sampai disitu wanita itu kembali menendang perut sang anak hingga gadis itu terbatuk-batuk.
Uhuk!
Cairan merah keluar dari mulut gadis itu, bau anyir menguar begitu saja di ruangan itu. Tampak sang ibu terlihat biasa saja melihat anaknya tersiksa, bahkan wanita itu malah lebih memilih meninggalkan tempat itu.
"Lemah!" ejek wanita itu sebelum benar-benar meninggalkan ruangan itu.
Kepala gadis terasa sangat berat tetapi sebisa mungkin ia tetap sadar, tangannya mengepal tanpa sadar. Pengelihatannya mulai memburam, dan tanpa sadar ia kehilangan kesadarannya.
Pantaskah ia menyerah? Ia lelah.
Bersambung...
***
2 April 2023
Hiii!!
Ini cerita kedua aku semoga terhibur
Feel-nya kena tidak?
Maaf klo aneh🙏 maklum amatir
Next?
Sii yuu guyss
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerebretonia
Teen Fiction"𝐒𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐛𝐢𝐫𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐥𝐚𝐧𝐠𝐢𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐭𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐦𝐚𝐢" Grazella Vallerie Abiegatha gadis cantik pencinta warna biru, ia sosok pendiam, tertutup, suka menyendiri dan tidak suka keramaian. Mungkin julukan yan...