7. Maaf

213 137 112
                                    

Pastikan scroll sampai bawah!
Ada yang spesial icikiwir😘😘
Vote
Komen


"Istirahat! nangis juga butuh tenaga." -gii


Happy reading


Keduanya masih terkunci rapat dalam diam, tak memutuskan kontak mata sedari tadi. Hingga pada akhirnya salah satu dari keduanya memutuskannya, ia berdeham canggung. Benda yang sedari tadi dipegangnya tak teralih sama sekali. Melindungi gadis yang berada di depannya dari guyuran air hujan.

Gadis yang masih terduduk di atas tanah yang becek itu pun lantas bangkit, berdiri menyamai tinggi lelaki yang berada di depannya. Kedua netra gadis itu tak teralih dari netra lelaki yang berada di depannya, seolah ada magnet di mata lelaki itu. Ia diam enggan memulai percakapan.

"Ayo ikut gue," ajak lelaki yang tengah memegang payung dengan tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo ikut gue," ajak lelaki yang tengah memegang payung dengan tenang.

"Ngapain lo di sini?" tanya gadis itu tak mengindahkan pertanyaan lelaki di hadapannya.

Mereka Vano dan Zella. Tadi saat Vano berada di tempat itu matanya tak sengaja melihat gadis yang terlihat sangat hancur. Samar-samar indera pendengaran cowok itu mendengar Zella yang tengah bercerita entah kepada siapa. Saat melihat Zella yang bercerita disertai dengan deraian air mata berhasil mengetuk relung hatinya. Ia merasa perihatin, lantas ia mendekati gadis itu.

"Ayo berteduh!" ajak Vano sekali lagi, enggan menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulut Zella.

"Gue mau di sini," balas Zella enggan menatap netra cowok yang ada di depannya.

Kedua mata Vano meneduh, ia bisa melihat bahwa gadis yang berada di depannya ini tengah menahan pedih. Dari kedua mata gadis itu Vano bisa melihat betapa sakitnya gadis itu. Tangan kanannya bergerak melepas jaket yang menempel di tubuhnya, memperlihatkan kaos hitam yang masih membalut tubuhnya. Tanpa ba-bi-bu ia memakaikannya di tubuh Zella yang sudah basah kuyup.

Gadis itu tersentak kaget saat Vano memakaikan jaket itu ke tubuhnya, meski begitu ia tetap diam, tak ingin protes.

"Ayo! muka lo udah pucat," ajak Vano kesekian kali.

Tanpa disadari kedua kaki Zella mulai melangkah pergi dari area pemakaman bersama dengan Vano yang berada di sampingnya. Keduanya berjalan beriringan meninggalkan tempat itu yang sangat mencekam, dengan payung yang mengayomi tubuh keduanya.

°•°•°•°

Di bangku yang terlihat usang keduanya duduk bersampingan. Vano membawa Zella ke tempat ini, tempat yang jarang sekali dikunjungi oleh orang-orang. Di bawah pohon yang menjulang tinggi keduanya tetap terdiam. Tak ada yang berniat memulai percakapan, keduanya sibuk bergelut dengan pikiran masing-masing. Pandangan keduanya terfokus ke depan, tanpa menghiraukan seseorang yang ada di sampingnya.

CerebretoniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang