-HAPPY READING-
Suasana kelas sudah sangat sepi, hanya menyisakan dua gadis yang tengah sibuk membereskan alat tulis yang berserakan diatas meja milik keduanya. Bel pulang sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu, keduanya sengaja memilih berdiam di kelas terlebih dahulu, enggan berdesak-desakan dengan murid-murid yang lain."Gue udah nih Zel, ayo keluar." Celetuk salah satu diantara keduanya. Setelah gadis itu memasukkan semua alat tulis kedalam tasnya, ia segera menutup resleting pada tasnya, lalu menggendongnya di kedua bahunya.
"Iya, ayo." Balas temannya.
Setelah merasa cukup keduanya berjalan beriringan ke luar kelas yang sudah terlihat sangat sunyi, atau mungkin tidak?
"BA!!" Teriak cowok dengan suara yang cukup menggelegar ke seluruh penjuru sekolah. Entah pita suaranya terbuat dari apa hingga terdengar ke seluruh penjuru sekolah.
Ternyata cowok itu tak sendiri, disamping cowok itu berjajar antek-anteknya yang berjumlah empat orang dengan raut wajah yang tampak lesu, mungkin habis dipaksa Jovan untuk menemaninya bertemu dengan Nessya.
"BUSET! LU BISA NGGAK SIH SEKALI AJA NGGAK NGAGETIN GUE?!" Nessya, gadis yang baru keluar kelas bersama temannya dibuat kaget oleh Xaveriano jovanda yang tak lain tak bukan adalah kekasih gadis itu. Tangannya yang sudah mengepal dengan bebas melayang di pipi Jovan, tak begitu kuat, namun mampu membuat Jovan meringis.
"Aws, sakit nyet." Desis Jovan menatap sang kekasih dengan tatapan tajam, tangan kirinya ia gunakan untuk memegangi pipinya yang memerah akibat ulah Nessya.
"Ya makanya lo nggak usah ngagetin gue, untung ni jantung kagak copot."
"Kalau copot emang mau jantung lo buat gue? Hah?!" Bukannya takut mendapat tatapan tajam dari kekasihnya, Nessya malah nyerocos tidak jelas, dirinya pun tak sadar sudah berkacak pinggang.
"Ya jangan lah nanti gue mati lo nangis tujuh hari tujuh malem lagi." Seloroh Jovan pada Nessya.
"Idih males banget gue nangisin cowok modelan kayak lo." Sela Nessya dengan cepat.
"Mending gue pacaran sama oppa-oppa Korea, dari pada nangisin lo." Sambung Nessya dengan bangganya.
"Halu dek! Mereka aja nggak tau lo hidup, jadi kalo halu jangan berlebihan, oh iya sama karakter-karakter fiksi yang lo sukain tuh, inget mereka nggak nyata, dan nggak bener-bener ada." Terang Jovan seakan ingin menyadarkan kekasihnya yang suka berhalu tentang bujang-bujang Korea, dan karakter-karakter fiksi yang dibaca gadis itu.
DUAR!
Gadis itu benar-benar diam seribu bahasa, memang benar yang dikatakan kekasihnya bahwa idol favoritnya tak tahu bahwa ia hidup. Tapi apa salahnya jika gadis itu menyukainya, semua orang berhak menyukai apapun yang membuatnya bahagia, terlebih hal itu tidak merugikan orang lain, jadi tidak-tidak apa apa kan?
Dan yang bersangkutan dengan karakter-karakter fiksi yang disukainya, memang kenapa kalau gadis itu menyukainya? Ia suka, karena menurutnya karakter fiksi tidak akan pernah menyakiti para pembacanya, karena apa? Ya karena ia tak nyata. Mungkin semua orang menganggap gadis itu aneh menyukai hal-hal yang berbau fiksi, tapi apakah kalian tahu rasanya seseorang yang selalu merasa kesepian dan seperti tidak memiliki teman untuk sekedar tempat bercerita? Ya, kadang gadis itu merasa kesepian, dan untuk menghilangkan rasa sepi yang selalu menyeruak pada dirinya ia biasanya selalu membaca novel ber-genre fiksi remaja. Sejak saat itu ia seakan menemukan dunianya.
Dari awal Nessya sadar jika yang disukainya tidak benar-benar ada, tapi jika tidak suka karakter fiksi, apa yang akan menjadi alasan dirinya untuk selalu tersenyum. Jovan? Heum, cowok itu hanya bisa membuat dirinya naik darah saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerebretonia
Teen Fiction"𝐒𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐛𝐢𝐫𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐥𝐚𝐧𝐠𝐢𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐭𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐦𝐚𝐢" Grazella Vallerie Abiegatha gadis cantik pencinta warna biru, ia sosok pendiam, tertutup, suka menyendiri dan tidak suka keramaian. Mungkin julukan yan...