11. Penyekapan

128 28 45
                                    

"Senyumnya jangan sampai pudar." -Arrazka Mahendra

Happy reading

---

Hari sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Namun, keadaan markas Javegas masih begitu ramai. Semua anggota berkumpul di sana, padahal saat ini tak ada acara penting yang dibahas, tetapi entah mengapa semua anggota berkumpul semua. Walaupun besok bukan hari minggu, tak membuat mereka gentar untuk pulang lebih cepat. Alih-alih ingin pulang lebih cepat, malah kebanyakan anggota memilih menginap di sana.

Tapi tunggu! Sepertinya ada yang janggal, dimana keberadaan trio pulu-pulu, alias John, Zidan, dan Aksel? Kemana perginya Pulu-pulu itu? Memang ketiganya sering dipanggil trio Pulu-pulu oleh teman-temannya, padahal menurut ketiganya muka mereka tak jelek-jelek amat. Ya sebelas dua belas dengan pak Sepri gembrot lah, ups!

"WOI! NI TRIO PULU-PULU PADA KEMANA?" tanya Dimas, salah satu anggota geng Javegas yang paling sering dighosting para kaum hawa.

"Lagi nyari mangsa kali," kekeh salah satu cowok yang sedang tiduran di atas lantai.

"Dingin-dingin gini enaknya diselimuti kekayaan nggak sih?" monolog laki-laki itu lagi sambil menatap langit-langit ruangan.

"Kerja lah, goblok!" maki Dimas yang tengah duduk di sofa.

"Kuy, lah ngepet kita, mumpung malem jum'at nih!" seru lelaki tadi yang sedang tiduran di atas lantai. Namanya Jean, tetapi lebih sering dipanggil Jono oleh teman-temannya. Entah apa alasan mereka memanggil Jean dengan sebutan Jono, mungkin karena Jean sering bernyanyi eh, eh bang Jono.

"Sorry bro i am stay halal," kata Dimas dengan raut wajah diimut-imutkan.


"Gundulmu halal! Haram lo tuh!" maki Jono seakan ingin menampol muka sok imut Dimas.

"Muka lo tuh bukanya imut malah kayak lagi nahan berak!" hina Jono tajam.

"Anak salah sa- anak saya... Anak salah saya sa apa?" kata Dimas menirukan salah satu sound yang sering ia dengar di aplikasi tok tok.

"Gaje banget hidup lo kayak Dora!" Hina Jono sambil memutar bola matanya malas.

"Nyenyenye!" cibir Dimas mulai kesal.

Karena keributan yang kedua ciptakan semua pasang mata reflek memandang kedua cowok itu yang sedang adu cek-cok. Tak heran lagi memang jika keduanya ribut, sudah menjadi rutinitas sehari-hari!

Brak!

Pintu terbuka lebar menampakkan tiga insan yang tengah lari-lari seperti dikejar setan, muka ketiganya pun berubah menjadi merah padam disertai dengan peluh yang bercucuran. Raut panik plus ketakutan terpatri jelas di muka trio Pulu-pulu. Ya! Tepat sekali John, Zidan, dan Aksel.

"WOI TOLONGIN KITA WOI!" teriak Zidan sambil berlari ke arah belakang sofa.

"KITA DIKEJAR SAMA BOTI!" timpal Aksel masih dengan raut ketakutannya.

"Ngeri banget woi! Geli banget gue sumpah," kata John dengan nada geli.

"Aku masih lurus mas," kata Aksel mendramatisir. Cowok itu berpura-pura untuk menghapus air mata ghaib di pipinya.

"Boti seperti titisan siapa tuh," timpal salah satu cowok yang baru saja datang dari arah belakang. Sebut saja namanya Bagas. Cowok dengan perawakan tegas namun memiliki jiwa-jiwa receh, entah apa yang dilihatnya pasti akan ditertawakan olehnya, entah itu lucu atau tidak. Terkadang teman-temannya sampai keheranan dengannya yang hobi sekali tertawa, tak sesuai dengan badan yang berotot.

CerebretoniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang