10. Tolong!

151 52 76
                                    

Happy reading

"Hidup kalau nggak ngehalu ya ngegalau." -Zidan Pranata

————


Semilir angin menyapu lembut permukaan kulit kedua insan yang masih terjebak dalam keterdiamannya. Menerbangkan surai hitam milik seorang gadis pemilik mata berwarna hazel yang ia biarkan tergerai bebas. Ia menghirup udara segar yang ada di sekitarnya. Tenang, itu yang dirasakannya.

Senja terlukis indah di langit, seakan menghangatkan relung hati bagi beberapa orang yang menyukainya. Banyak orang-orang yang lebih menyukai senja dari pada pelangi, alasannya simpel saja. Karena senja akan selalu hadir di esok hari, sedangkan pelangi entah kapan akan memunculkan diri dan lalu akan menghilang lagi.

Kalau kata orang-orang...

❝Senja memang tak secantik pelangi, dan senja selalu pergi bila sudah waktunya, namun ia berjanji akan kembali esok hari. Tak seperti pelangi, hanya indah sesaat, ia akan kembali menghilang setelahnya, namun entah kapan akan kembali.

Seperti, dia...

Gadis itu memainkan jari jemarinya yang ada di pangkuannya. Gadis itu belum mengganti seragam sekolah yang dikenakannya. Dia Zella, sedangkan seseorang di sampingnya adalah Vano.

Zella menghela napas pelan. Kepalanya mendongak ke atas, menatap sinaran senja di sore ini. Menikmati ciptaan tuhan yang teramat indah, "Lo lagi ada masalah?" tanya Zella disela-sela dirinya menikmati kegiatannya.

"Nggak," jawab Vano sekenanya.

"Lalu?" tanya Zella seolah ingin tahu mengapa kakak kelasnya itu mengajaknya ke tempat ini, tempat dimana Vano mengajaknya duduk sehabis dari pemakaman beberapa hari lalu.

"Gue cuma pengen aja," terang Vano memberi tahu.

Zella hanya manggut-manggut saja, sebenarnya ia tak begitu peduli kepada cowok itu, mau punya masalah atau tidak, toh bukan urusannya.

"Kenapa harus ngajak gue?" tanya Zella menolehkan kepalanya ke samping, tepat ke kedua bola mata Vano.

Vano yang ditatap gadis yang ada di sampingnya langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain, menghindari kontak mata dengan gadis itu. "Ekhem. Nggak papa," lidah Vano kelu untuk menjawab pertanyaan gadis itu. Ia merutuki dirinya sendiri di dalam hati. Mengapa juga ia mengajak gadis itu, padahal mereka belum terlalu mengenal satu sama lain. Dasar Vano bodoh!

"Nama lo siapa?" tanya Vano mengalihkan topik. Entah dirinya benar-benar belum mengetahui nama gadis itu atau hanya sekedar basa-basi dirinya pun bingung. Tapi ini basa-basi yang terlalu basi! Sangat memalukan!

"Hah?" beo Zella. Raut wajahnya berubah menjadi terkejut, jadi cowok yang ada di sampingnya ini belum mengetahui namanya? Yang benar saja!

"Nama gue Grazella Vallerie Abiegatha, kak. Panggil aja Zella," gadis itu memperkenalkan dirinya sendiri sambil mengulurkan tangannya ke hadapan Vano berharap ingin menjabat tangannya.

"Eh iya, Vano."

Dan dengan begitu polosnya Vano menjabat tangan gadis itu. Entahlah mengapa menjadi sangat aneh seperti ini.

CerebretoniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang