9. dihukum?

146 81 87
                                    

⚠️ PASTIKAN SCROLL SAMPAI BAWAH⚠️
⚠️VOTE+KOMEN⚠️
⚠️BACA SECARA PERLAHAN ⚠️


"Siapapun penggantinya, masa lalunya lah yang akan menjadi pemenangnya." -John Alviero

Happy reading

———

Rusuh, satu kata yang menggambarkan kondisi kelas XII IPS³. Entah kemana perginya pak Sapri, guru yang seharusnya mengajar di jam pertama ini. Guru dengan perawakan yang pendek dan berbadan gempal itu sering dipanggil bapak 'Sepri gembrot'. Guru dengan sejuta lawakan yang membuat banyak murid yang menyukainya, namun akan terasa menyebalkan jika sudah berceloteh tentang materi-materi pelajaran. Serasa didongengkan jika kata kebanyakan siswa.

"WOI! BAPAK KESAYANGAN GUE KEMANA? KOK NGGAK MASUK-MASUK SIH," teriak John menarik intensi teman-teman sekelasnya. Ia sedang terduduk di atas meja, sambil memangku sapu lantai yang habis ia curi dari kelas sebelah. Memainkannya layaknya tengah memainkan gitar.

"Napa lo? kangen lo sama bapak Sepri gembrot?" tanya Verra selaku bendahara kelas yang terkenal akan kegalakannya dan kejudesnya.

"Iya lah kangen dia. Kan anak kesayangannya, ya nggak John?" sahut Aksel sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Yoi," balas John dengan begitu songong.

"Eleh kalau anak kesayangan nggak mungkin sering dihukum kali," timpal Verra memutar bola matanya malas.

Gadis itu duduk di bangkunya sambil memainkan bolpoin di tangannya. Ia baru saja selesai mencatat hasil pemasukan hari ini, alias uang kas yang masuk. Ia kembali meneliti siapa yang belum bayar di minggu ini. Ia menyipitkan matanya, berusaha meneliti.

"Heh! John, Aksel. Lo berdua belum bayar kas ya, nunggak banyak nih!" teriak Verra mendekati keduanya. Tanduk di kepalanya sudah keluar, dengan asap di telinganya, persis seperti banteng yang tengah mengamuk.

"Apaan, gue nggak ada nunggak ya!" balas John tak terima dirinya di tuduh belum bayar kas.

"Nggak nunggak nggak nunggak. Emang kapan kalian pernah bayar hah?!" cibir Verra tak mau mengalah.

"Tahun lalu," sahut Aksel menahan tawanya.

"Lo juga ege, nggak pernah bayar!" sungut John menoyor kepala Aksel yang sedang duduk di bangkunya.

"Enak aja lo, gue nih rajin bayar."

"Kapan?!" tanya Verra memelototi kedua insan itu.

"Kapan-kapan," jawab Aksel asal.

"Pft!"

Ketiga orang itu kompak menolehkan kepalanya ke bawah meja. Ketiganya melototi seseorang yang tengah bersembunyi di bawah sana. Verra tertawa jahat, lalu tangannya bergerak menarik telinga orang itu hingga menimbulkan ringisan ngilu.

"Lo mau sembunyi, tikus? hm?" tanya Verra yang belum melepaskan jewerannya di telinga orang itu.

"Aws. Iya ampun, Ver," ringis Zidan. Ya, orang itu Zidan. Ia sengaja bersembunyi di bawah meja agar tak ditagih uang kas oleh Verra.

CerebretoniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang