Kertas tulisan

277 75 61
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Caksa niatnya ke ruang ADC karena ingin mengambil flashdisk-nya yang ketinggalan. Tapi begitu masuk, ternyata di dalam ruangan ada Alinda juga, dia tengah sibuk dengan surat keluhan siswa.

Sesekali Alinda tertawa keras karena membaca curhatan atau gombalan yang kebanyakan dari kaum hawa untuk para laki-laki anggota ADC. Yah, mereka tidak menampik kalau mereka cukup famous di kalangan para siswa. Apalagi setelah kasus penggelapan dana SPP yang menggegerkan itu.

"Nggak gila kan lo?" Caksa bergidik ngeri.

"Diem deh! Ganggu aja lo. Ternyata murid SMA kita pada pinter gombal ya?" Alinda terkekeh.

"Halah, nggak penting." Caksa mengambil minuman dingin kemudian merebahkan diri di sofa.

"Gak asik lo!" Alinda memutar bola matanya.

Tangannya asik membuka surat demi surat yang cukup menghibur itu. Matanya bergulir membaca rentetan kata demi kata, tawanya meledak ketika membaca surat lamaran yang ditujukan untuk Javan. Mana ngelamarnya pakai cincin hadiah dari ciki-ciki duaribuan lagi, ditempel di kertas pakai selotip.

Namun tawanya seketika mereda, berganti dengan tatapan serius ketika membaca surat yang kali ini.

"Kalau aku kenapa-napa, tolong bilang ya sama orang tuaku kalau aku sayang sama mereka, hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau aku kenapa-napa, tolong bilang ya sama orang tuaku kalau aku sayang sama mereka, hehe. Eh? Nama anaknya pak Presiden siapa ya?"  Alinda membaca dalam hati.

Alisnya mengkerut tajam. Maksudnya apa sih? Ini bunga apaan lagi? Alinda menatap gambar bunga di pojok kanan bawah kertas itu. Bunga kamboja? Atau kenanga? Apa dah?

"Ini bunga apaan sih Cak?" tanya Alinda. Yah, khusus Caksa, Alinda tidak memanggilnya dengan embel-embel Bang.

Caksa bangkit dari posisi rebahannya dan berjalan ke arah Alinda. Ia mengambil alih kertas itu, kemudian membacanya.

"Anaknya presiden? Presiden yang mana nih?" ia mengangkat sebelah alis.

"Peduli amat gue sama anaknya presiden. Itu bunga apaan woy, tanda pengirimnya kan itu?" Alinda memutar tubuhnya menghadap Caksa.

(ADC) Antariksa's Detective Club 2.0 -Dear Diary Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang